Ketatnya industri makanan

Makandiantar.com, sempat bergetar kini tak terdengar

Sebagai start up yang memiliki pelanggan cukup banyak di kota pelajar (Yogyakarta), makandiantar sempat menjadi solusi bagi para orang khususnya dalam mencari makan. Tanpa harus keluar rumah, pelanggan cukup memesan lewat apps sesuai menu yang diinginkan, nantinya akan di antar ke rumah masing masing. harga yang di patok juga tidak terlalu mahal berkisar Rp. 19.000 - Rp. 52.000.

Start up yang bediri pada maret 2015 ini, rata - rata melayani transaksi sebanyak 60 transaksaksi. tentu bila di lihat memang keuntungan yang di hasilkan sangat menggiurkan. Sampai akhirnya makandiantar menjadi pesaing kulina.com yang merupakan situs akanan terpopuler saat itu.

Karena kurang bagusnya manajemen serta varian menu yang kurang kreatif, lambat laut makandiantar menglami penurunan jumlah konsumen. Walaupun sempat mengalami pertumbuhan 5 persen, hadirnya aplikasi Go - Food besutan dari gojek membuat start up ini mulai tergerus. Tidak di ketahui kapan bangkrutnya, namun website ini tidak bisa di akses sampai saat ini( Maret2017).

Inovasi menjadi permasalahan yang pelik bagi bara pengembang aplikasi. Pada kasus aplikasi ini, pihak developer kehabisan inovasi mengenai menu makanan sehingga user cepat bosan dengan menu-menu yang disediakan. Jika permasalahan ada pada menu, itu seharusnya bisa diatasi dengan mudah karena banyak sekali website atau aplikasi yang menyediakan resep menu makanan, jadi pihak yang mengelola bisa memberikan menu lain dengan mencontoh resep dari website atau aplikasi tersebut. Namun menurut saya, masalah sesungguhnya pada aplikasi ini ada pada SDM nya. SDM disini masih kurang untuk memasak menu yang lain, atau bahkan masih belum bisa untuk memasak menu tersebut. Sebenarnya jika pihak pengelola berani untuk menambah karyawan dibagian dapur yang bisa memasak varian menu lebih banyak lagi, aplikasi ini masih bisa berjalan sampai saat ini.

Go-Jek yang telah mendapatkan pendaan yang cukup besar untuk beroperasi, berani memberikan layanan pengantaran makanan secara gratis (Go-Food) pelanggan tidak perlu membayar ongkos pengiriman makananya, cukup membayar harga makanan beserta PPN nya saja. Mungkin hal itu yang menyebabkan banyak user dari makandiantar mulai beralih ke Go-Jek.

Manajemen pemasaran adalah kunci dari kegagalan startup ini. Bagaimana tidak, mereka pun harus bersaing dengan go-jek yang notabene telah booming dan dikenal secara luas oleh masyarakat. Belum juga, variasi pelayanan yang kurang, go-jek dengan basis ojeknya, mampu membuat variansi layanan yang sangat luas, kreatif, dan solutif. Mungkin langkah ini yang perlu di buat untuk selanjutnya. Juga mungkin segmentasi pasar yang masih sempit yaitu di daerah Jogja saja, sehingga jumlah usernya pun juga sangat terbatas.