Kesinambungan Akhlak dan Perkembangan Zaman

Niat

Akhlak adalah perbuatan, tata kelakuan, yang dilakukan secara terus menerus. Dalam kata lain, bisa dijadikan kebiasaan yang didasari dengan kesadaran di dalam hati dan pikiran. Akhlak dijalankan untuk manusia sesama manusia, manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, serta hubungan manusia dengan Tuhan.

Akhlak selalu diartikan seperti keindahan, estetika, dan kebaikan. Seperti agama Islam yang selalu menyerukan tentang keindahan, maka Islam menekankan untuk berbudi yang baik, luhur, dan agung. Berakhlak sebagaimana disyiarkan oleh Islam beberapa contohnya adalah ; jujur, amanah, berani dalam hal kebaikan, dan malu berbuat buruk, dzhalim, dosa, atau durhaka, serta beberapa perbuatan baik yang diperintahkan Allah dalam kalam firman-Nya yang indah pada kitab suci Al-Quran. Dan sebaik-baik suri tauladan adalah adalah Rasulullah s.a.w.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab ayat 21)

Akhlak yang mulia merupakan kunci untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, dan kedamaian dalam batin. Kebahagian dan kehidupan dengan makna yang sesungguhnya, hanya akhlak yang mulia adalah jawaban utama untuk menemukan keberadaan hal itu.

Berbicara tentang akhlak, banyak segi yang harus diperhatikan sebagaimana akhlak adalah sebagai penilaian utama bagi Allah terhadap hamba-Nya.

Abdullah bin 'Amr bin Ashz meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabada : “Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no 321)

Allah tidak menilai hambanya dari statusnya, kaya atau miskin, jelita dan rupawan, taat beribadah yang tekun beramal. Penyempurna iman dan ilmu agama adalah akhlak, atau adab yang baik. Percuma jika orang rajin sholat tapi ia tidak memperlakukan kerabat maupun tetangganya dengan baik, percuma jika ia tekun beramal semata-mata hanya karena menuruti dahaga dalam hati yang sejatinya ingin dipuji-puji. Bukankah ibadahnya hanya akan sia-sia? Dan justru yang di anggapnya sebagai suatu bentuk keindahan di dalam dirinya, malah sebenarnya dia melakukan hal durhaka secara sengaja, tapi hatinya diam untuk tak mengakuinya.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ

Dan diantara manusia (orang munafik) itu ada orang yang mengatakan: “kami beriman kepada allah dan hari akhir, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang beriman.” (QS. Al-Baqarah - 8)

Kaum muslimin harus memperkuat jati diri Islam sebagaimana agama yang sempurna, yang selalu menegaskan akhlakul karimah terhadap pemeluknya. Karena itu, kaum muslimin wajib menyempurnakan akhlaknya, dengan akhlak yang mulia inilah terpancar keindahan dari ajaran agama Islam. Bertambah ilmu agama dan imannya, serta akhlak yang mulia adalah bumbu yang pas untuk simbol eksistensi yang sempurna dari bagian Islam.

Salah satu perhatian tentang akhlak yang menarik adalah kesinambungannya dengan zaman yang terus mengubah peradaban menjadi kian modern. Bagaimana akhlak menjadi dan mampu di praktekkan manusia sebagai penangkal kemerosotan sebagai akibat dari pengaruh globalisasi, westernisasi, dan modernisasi.

Beberapa kemerosotan dalam hal perkembangan zaman adalah; lunturnya budaya tradisional dari negara sendiri, meningkatnya daya saing duniawi, apalagi manusia sampai meninggalkan adab, budi pekerti, atau akhlak untuk memudahkan jalan demi melampiaskan hedonisme dan egoisme mereka. Banyak orang-orang hanya sibuk mempromosikan jalan bisnis dan keuntungan, menjalankan hiruk pikuk atau tuntutan dunia yang tiada henti, dan mencari hal-hal baru untuk memuaskan dahaga.

Rasulullah bersabda,

“Sesungguhnya hati itu benar-benar berkarat, dan sesungguhnya (cara) menjernihkannya adalah (dengan) membaca Al-Quran, mengingat mati, dan menghadiri majelis dzikir.”

Kecintaan kaum manusia terhadap duniawi lebih pesat dari pengaruh pendidikan akhlak. Kesenangan dunia sangat memperdaya. Perubahan zaman dalam konteks utamanya adalah perkembangan beberapa teknologi yang semakin memudahkan segi atau bidang kehidupan. Dewasa ini manusia bisa memanfaatkan mesin-mesin super canggih dalam memproduksi bahan menjadi barang dalam skala besar. Mereka sibuk mengurusi duniawi karena semakin dipermudah semakin giat pula jalannya memperbanyak harta. Dan kenyamanan seperti itu membuat hati dan pikiran mereka mencanduinya. Dalam hal ini akhlak yang baik untuk menghadapinya adalah qana’ah. Orang yang hatinya memiliki sifat qana’ah akan merasa cukup tanpa berlebihan, dan tetap mengingat Allah sang Maha Pemberi yang adil.

Pengaruh yang paling utama bagi sebagian besar penduduk bumi saat ini adalah gadget, dan merambatnya berbagai media atau aplikasi hiburan pada ponsel. Pengguna ponsel belum tentu mampu memfilter baik dan buruknya secara kuat jika tidak di batasi oleh akhlak yang mulia secara langsung dari hati dan pikiran mereka. Karena adab menjaga mereka berperilaku, menuntun dan mengarahkan. Jika didapati banyak sekarang yang menggunakan ponsel untuk bermain game sampai lupa waktu atau tanggung jawabnya. Aplikasi komunikasi sosial universal seperti Facebook, Instagram, atau Twitter menyediakan fitur canggih untuk menyediakan konten-konten. Apa itu bisa difilter dari ruang pikir manusia? Sedikit! Banyak akun yang mengumbar maksiat secara terang-terangan, maupun secara tak langsung. Jika foto perempuan yang memakai bikini, itu bukan sekedar fotografi, melainkan pornografi yang diperhalus. Budaya asing yang tidak baik begitu mudah merambak masuk. Belum lagi beberapa web dengan konten video porno, berita hoax, kasus bully, dan yang lebih parah adalah cyber crime.

Bagaimana sebenarnya akhlak berkesinambungan dengan segala zaman? Akhlak itu dinamis, sangat baik digunakan ilmu utama dalam pengembangan, dan proses jalannya suatu kebaikan. Perubahan zaman, biasakan hanya memudahkan bidang kehidupan dengan tujuan baik. Jangan sembarangan mengubah tata laku, kebiasaan, sampai melupakan norma yang sudah benar. Pergunakanlah sifat yang realitas dengan zaman, adapun di antaranya adalah kreatif, inovatif, sabar, dan tawakal. Sesuaikan pilhan terbaik dalam perubahan untuk menciptakan hal yang sempurna. Contoh mudahnya seperti penerapan amar ma’ruf nahi mungkar dengan inovasi dan kreatifitas, pendidikan akidah akhlak yang memang harus dilakukan dengan kesabaran, semata-mata untuk mengarahkan generasi sekarang ke jalan kebaikan. Bertawakal untuk selalu memiliki semangat perbaikan dengan tetap menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman utama.

Hal lainnya yang utama adalah manusia harus benar-benar teliti dalam memahami peradaban, ambil dan pelajari mana baik dan buruknya. Dalam istilah lain, bangunlah benteng agar diri tak mudah goyah.

Menghadapi perubahan zaman seharusnya bukan hanya berorientasi pada kehidupan duniawi, keberhasilan yang sebenarnya adalah saat kita mencapai kesuksesan yang abadi bukan hanya kenikmatan yang bersifat sementara. Contohlah bagaimana makna nabi-nabi diutus Allah untuk merubah peradaban dengan ilmu dan agama. Pengajaran dan pengetahuan yang mulia.

Di dalam hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda : ’

‘Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.’’ (HR. Al-Baihaqi).

Jadilah manusia yang beradab, punya pengertian yang baik. Jangan kembali pada zaman jahiliyah, dimana pembodohan begitu mudah terjadi. Ketika orang-orang banyak berbuat kedhazaliman kita tidak menentangnya. Bahkan, kita tidak begitu kuat membetengi diri kita untuk berlaku durhaka kepada-Nya. Jangan jadikan kecintaanmu pada duniawi membuat lupa tujuan kehidupan. Dunia adalah perjalanan, sedang akhirat adalah rumah yang sesungguhnya. Allah ingin tahu apa jalan yang kita ambil, luruskah jalan kita, mampukah kita meluruskan diri dari beberapa godaan yang menyesatkan.

Seseorang yang ingin mencintai dunianya, perlu ia tahu bahwa dunia itu menyesatkan. Kita tidak akan puas dengan satu kenikmatan saja. “Siapa yang paling kuat, dia adalah rajanya,” dunia tak beda dari itu, yang paling unggul hal keduniawiaannya dia yang akan membuatmu tak berdaya. Persaingan duniawi hanya menimbulkan akhlak mazmumah (akhlak buruk), sebagaimana contohnya adalah hasad, iri, dan dengki. Dan tanpa akhlak yang benar kita akan hidup dengan sembrono di dunia, mengikuti hawa nafsu tanpa mengindahkan sifatnya yang licik, penuh tipu muslihat. Kemungkinan berjaya dengan jalan ini lebih menyakitkan, jika gagal jurangnya akan sangat dalam. Terpuruk dalam kegelapan tanpa cahaya harapan. Hanya keburukan yang akan selalu membutakan kita, dan menganggu jalan akal sehat.

Sesungguhnya hakikat cinta ada pada kalam Allah sang Maha cinta, pecinta yang sempurna, penyayang yang sabar, dan pengasih yang adil. Allah menciptakan keseimbangan berupa kesempurnaan yang pas untuk makhluk-Nya, seperti itu salah satu nikmat dari-Nya, belum lagi karunia Allah yang menciptakan seluruh makhluk-Nya dengan benih kebaikan. Jika manusia mengerti dan memahami dengan baik hatinya, maka akan dirasa setiap dia berbuat kebaikan dia akan tenang, sebaliknya jika melakukan keburukan barang kali satu saja dia akan gelisah dan ketakutan. Hati kita sebenarnya telah tertanam salah satu sifat mulia, yaitu kebaikan saat kita bisa merasa menyanyangi, mencintai, dan mengasihi. Siapa yang mengingat Allah di hatinya maka dia akan menjaga kelakuannya dengan adab yang baik. Sekali lagi jangan sampai keliru melihat simpang siur dunia! Jika Isinya hanya ada orang yang mengeluh lalu menghujat Tuhan. Jelas sekali mereka belum merasa cukup. Jika hatimu belum cukup kokoh, kau akan mengikuti jalan mereka.

Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda ;

“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah kalbu (hati).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Cara kita membangun atau menumbuhkan akhlak yang mulia sebenarnya mudah, dan meskipun seseorang yang memiliki akhlak buruk sekalipun. Asalkan ada niat, karena kunci utamanya adalah itu. Hati adalah atribut utama dalam komponen tubuh. Respon pertama dalam menghadapi seluk-beluk permasalahan adalah hati. Hati yang bersih menumbuhkan kebaikan, dan malah kebaikan itu bisa jadi berkembang. Sebaliknya jika hati terdapat satu titik keburukan saja, maka diluar dengan sadar keburukanmu terlihat.

Karena tujuan akhlak itu dijadikan pembeda bagi manusia dengan manusia, akhlak juga penyempurna iman dan pengetahuan tentang agama. Hanya dengan akhlak kita bisa memahami agama seutuhnya. Sekarang bisa diperjelas bagiamana menumbuhkan akhlak bisa dilakukan dengan cara membersihkan hati (membaca Al-quran, dzikir, mengingat mati, sesuai hadits Rasulullah yang tertera di atas sebelumnya) lalu menyempurnakan akhlak dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan kaum muslimin.

Peranan orang tua, lingkungan di sekitar, pendidikan akhlak yang memumpuni serta tekad atau kemauan seseorang mampu mempengaruhi bagaimana akhlaknya akan tumbuh dan berkembang lalu menjadi realitas sebagai jati dirinya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).

Adapun kita harus istiqomah dalam menjaga dan menperbaiki akhlak kita. Terkadang merasa begitu berat dalam menjalani cobaan yang diberikan Allah, iman seseorang bisa saja goyah, lalu hati dan pikiran tak lagi sejalan dengan kebaikan. Begitu mudahnya Allah menguji kita, tapi Allah juga ingin melihat hamba-Nya bisa menghadapi ujian dengan baik. Hendaknya kita harus menanamkan sifat muraqabah, merasa Allah selalu mengawasi kita, melihat, dan mendengar apapun apa yang kita lakukan, setiap waktu. Dengan begitu sifat muhasabah diri, akan sendirinya terlaksana.