Kepercayaan adalah Persoalan Siapa yang Berduit

2ad6d8df657865dc7f358388fbb08601
Sumber gambar : pinteres : http://www.who.int/

Setiap individu memiliki cara dan sudut pandang berbeda-beda dalam menyikapi sebuah masalah. Pada dasarnya mereka cenderung melakukan apa yang menurut mereka benar. Seperti halnya dengan masalah yang baru-baru ini sedang “in” untuk diperbincangkan. Yaitu munculnya penyakit baru dari Wuhan China yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat dipenjuru dunia. Mulai dari kalangan “berduit” sampai kalangan masyarakat lapisan bawah atau kurang mampu. Covid-19 merupakan virus mematikan yang penularannya sangat mudah, karena sekali ada inangnya maka virus ini akan mudah untuk berkembang. Segala edukasi mengenai penanganan Covid-19 dilakukan dimana-mana. Mulai dari anjuran untuk sering cuci tangan menggunakan sabun, anjuran untuk tetap dirumah atau social distancing dan apabila terdapat keperluan yang sangat mendesak maka diwajibkan menggunakan masker.

`

Masalahnya tidak semua masyarakat peduli dan mematuhi anjuran tersebut. Seperti halnya yang terjadi di desa saya. Terdapat dua tipe masyarakat dalam menanggapi adanya Covid-19. Pertama adalah mereka si panik dan mereka si pasrah. Jadi di desa saya juga terdapat warga yang peduli tentang anjuran pemerintah. Beberapa diantara mereka melakukan anjuran untuk tetap di rumah dan apabila mendesak harus keluar rumah dengan alasan sangat penting seperti bekerja maka mereka menggunakan pengaman seperti masker dan pelindung lainnya. Tipe seperti ini adalah mereka si panik. Dan untuk si pasrah adalah mereka yang merasa terbebani oleh anjuran-anjuran pemerintah dan bahkan berprinsip bahwa mereka tidak akan terkena virus mematikan itu.

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Tengah. Latar belakang saya adalah berasal dari keluarga kurang mampu dan hanya bertekad untuk menuntut ilmu lebih tinggi. Wajar apabila banyak ejekan dari masyarakat tentang itu. Dan lagi-lagi peran saya hanya sekadar mahasiswa belum bekerja. Jadi segala apa yang saya katakan masih dianggap remeh oleh beberapa warga yang tidak suka. Seperti halnya dengan masalah Virus mematikan tersebut. Semua bermula dari tingkah Om saya dan keluarganya. Sebut saja Om Danang sebagai Om saya dan saya adalah Mawar.

Om Danang berencana untuk pergi merantau ke kota sebagai seorang buruh bangunan. Apabila banyak orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman lain halnya dengan Om Danang yang menuju kota.

“Om, apa ngga sebaiknya diurungkan niat merantaunya?, atau bisa juga mencari yang lebih dekat dan lebih aman”

“Kamu tau apa tentang aman, emang kalau anak dan istriku ngga makan itu aman!!!” dengan nada yang sangat tinggi serasa tersinggung dengan ucapan saya. Ya emang sih beliau mempunyai kewajiban sebagai kepala keluarga tapi setidaknya menggunakan pelindung yang aman ketika bepergian.

“Yasudah Om, jangan lupa pakai masker atau Hand Sanitazer, Mawar punya di rumah. Soalnya kita tidak tau dalam bus yang Om tumpangi nanti ada virusnya atau engga. Buat jaga-jaga aja”

“Kamu itu masih kecil, jangan mentang-mentang mahasiswa kamu bisa menasehati saya. Kamu itu bukan siapa-siapa belum bekerja jadi belum tahu mana yang aman dan mana yang engga dalam dunia kerja. Paham!!!” Rasanya dibentak sama orang yang lebih tua itu pengen nangis saja, nggaberani ketemu sama Om lagi.

Lima hari setelah Om Danang merantau, ternyata beliau balik ke desa dalam keadaan sakit, demam tinggi dan batuk tanpa henti. Dikarenakan di desa saya jauh dengan Puskesmas, maka Om Danang dibawa ke bidan. Tetapi dari bidan menganjurkan untuk membawanya ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan. Tetapi, istrinya Om Danang diam-diam menyembunyikan semuanya. Beliau tidak membawa Om Danang ke Puskesmas. Katanya itu sakit ringan nanti sembuh.

“Pulang ngga bawa uang malah bawa penyakit, makan yang banyak ntar juga sembuh sendiri” gumam istri Om Danang.

Pada akhirnya keadaan Om Danang semakin hari semakin memburuk. Tidak ada perkembangan sama sekali. Akhirnya mau ngga mau Om Danang dilarikan ke Rumah Sakit. Ketika dilakukan pemeriksaan terbukti beliau terpapar virus mematikan tersebut. Dari kejadian itu 2 dinyatakan sebagai PDP dan 4 lainnya ODP. Padahal sebelumnya desa saya adalah desa yang asri. Bisa dibilang akan aman-aman saja apabila semua warga mematuhi anjuran pemerintah. Hanya karena satu orang yang merasa dirinya paling sehat, paling benar. Imbasnya ke banyak orang yang tidak bersalah.

Jadi, tetap jaga kebersihan, kesehatan dan patuhi anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Apabila harus keluar dengan keperluan yang sangat mendesak. Pastikan menggunakan masker dan pelindung lainnya.