Kent Thiry, CEO of DaVita

DaVita adalah sebuah perushaan yang bergerak pada bidang jasa pelayanan kesehatan, yang pada saat kedatangan Thiry perusahaan ini beradam pada ambang kebangkrutan. Sepuluh tahun kemudian perusahaan ini memfokuskan pada pengembangan SDM yang telah merubah nasib dari perusahaan itu sendiri dengan keuntungan mencapai USD 6 Juta. Itu semua berkat kecerdasan dari seorang CEO yang dapat mengolah SDM internal dari perusahaan itu sendiri.

Berbicara tentang SDM dalam perusahaan maka tak lain dan tak bukan SDM itu merupakan jiwa dari sebuah perushaan, CEO dari DaVita melihat peluang ini dan dia terus memfokuskan untuk membuat SDM dalam perusahaan ini. Selain itu Dia juga melihat perusahaan ini seperti sebuah desa dimana ada orang yang tinggal di dalamnya dan perusahaan itu adalah rumahnya yang tentunya teori ini juga berhubungan dengan yang tadi dimana inti penting dari perusahaan itu adalah karyawannya yang tentunya bila isinya menjadi baik maka rumah itu akan menjadi baik pula

Seseorang dibalik kesuksesan DaVita adalah tak lain adalah Kent Thiry CEO dari DaVita. Berbicara tentang CEO sudah pastinya dialah yang memimpin perusahaan DaVita, uniknya Thiry memmiliki teori tentang kepemimpinan yaitu

“Kepemimmpinan adalah sebuah cara hidup. Bukan sebuah strategi sementara. Bukan sebuah alat. Bukan sebuah latihan, ini adalah sebuah cara atau fungsi bagaimmana kamu berperilaku”.

Thiry melihat bahwa segi internal dari perushaan lah yang perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan SDM dari perusahaan itu sendiri

Selain tanggung jawabnya pada Perusahaan DaVita, Thiry juga menjadi Kepala dari Kidney Care, partner dan juga sekaligus anggota dari Harvard Business School’s Board of Advisors dan Trust for Public Land’s Board of Directors. Sebelumnya, Dia juga menjadi Kepala di Oxford Health Plans. Thiry memilik istri yang bernama Denise, dimana mereka di anugrahi dua anak. Putrinya yang bernama Christina dan Putranya yang bernaman Matthew

Bericara tentang kepemimpinan, Thiry pernah berkata

“Tidaklah penting bagaimana pikiranmu tentang kepemimpinan itu sendiri, namun yang lebih penting adalah bagaimana orang disekitarmu merasakan jiwa kepemimpinanmu”

dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa esensi kepemimpinan itu bukanlah bagaiamana kita berfikir untuk memimpin orang lain namun lebih kepada apa yang dirasakan orang lain dari sosok kepemimpinan kita

Thiry memulainya dengan melakukan sebuah pembiacaran yang membuka wawasan dari sudut pandang teman, bawahan dan supervisor. Ia juga berkata bahwa akan melalui perjalanan yang cukup sulit dengan mengenyampingkan sifat asli dari Thiry dimana dia masih mengalami kesulitan dalam menghilangkan rasa amarah ketika melihat karyawannya dalam performa yang buruk namun dia tetap mengahadapi itu semua dengan keterbukaan.

Thiry juga berkata bahwa Pemimpin itu adalah seseorang menggemakan mimpi kepada karyawannya serta mendorong mereka untuk dapat melihat visi dimana mereka dapat membuat sebuah tempat bekerja yang nyaman dengan “membiarkan para karyawan berpendapat dalam tempat kerja mereka” jika tidak ”maka kamu tidak akan mencapai tujuan yang kamu inginkan” yang dimana dalam hal ini adalah untuk membangkitkan perusahaan itu sendiri

Pada saat ia masuk, perusahaan sedang berada di dalam ambang krisis. Thiry pernah berkata bahwa budaya yang harus ada dalam sebuah perusahaan adalah dimana para karyawan seharusnya merasakan sebuah kepercayaan emosional dan komitmmen yang saling menguntungkan. Dengan begitu maka karyawan akan memberikan semua yang dia bias tanpa adanya unsur paksaan

Berbekal dengan teorinya ia mengibaratakan DaVita adalah seperti sebuah desa yang berarti karyawannya adalah penduduknya dan tetangganya adalah orang lain yang mmelihat pekerjaan satu sama lain. Tugas perusahaan adalah bagaimana caranya untuk mendukung desa itu sendiri bukan malah sebaliknya, dengan kata lain Thiry pada proses ini lebih memfokuskan untuk mengembangkan SDM internal perusahaan itu sendiri dengan menomersatukan karyawannya daripada perusahaan itu sendiri.

Banyak pendapat yang keluar akibat pernyataan Thiry yang menyatakan bahwa perusahaan itu nomer dua dan karyawan nomer satu, salah satu kritikan yang muncul adalah “Bagaimana bisa begitu? Perusahaan tetap nomer satu karena setiap perusahaan selalu mencari keuntungan” namun Thiry membantahnya dengan pernyataan bahwa

“Kita bukannya tidak mementingkan tentang keuntungan perusahaan namun ini adalah sebuah langkah awal yang harus dilakukan terlebih dahulu, dan ingat ini juga bukan akhir dari segalanya”