Kenapa Sih Beauty Standard Masih Ada Sampai Sekarang?

"Kok kamu iteman sih? "
"Sekarang kok kurusan ya? "

Orang Indonesia kalo Basa-baainya ga bahas fisik kayaknya kurang afdol ya? Bahkan kalo kita lagu liatin orang, pasti yang discan pertama kali ya fisiknya. Males banget ga sih kalo harus terus-terusan di komentarin soal fisik?

Emang kenapa sih kalo kurus, salah ya?
bisa merugikan orang lain gitu?
padahal udah banyak banget loh yang bahas tentang beauty standard. Tapi kenapa ya beauty standard ini masih ada sampai sekarang?

Kira-kira menurut kalian kenapa? Kita diskusi yuk

Indoensia memiliki beragam suku dan budaya sehingga menghasilkan perbedaan makna akan kecantikan. Namun kebanyakn orang di Indonesia lupa akan realita bahwa Indonesia itu memiliki banyak tone warna kulit dan beragam bentuk tubuh. Standard wanita cantik itu itu tidak bisa lepas dari konstruksi media akan makna kecantikan. Media juga menampilkan standar kecantikan yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat melalui konten yang diupload media.

Standar kecantikan memang beragam dan selalu berubah tergantung konteks zaman. Melliana (2006), menuturkan, pada tahun 1950, masyarakat Eropa menjadikan Marlyn Monroe sebagai standar kecantikan dengan berat badan 67 kg dan tinggi 163 cm. Hal ini membuktikan perempuan sedikit gemuk dianggap cantik.

Berbeda lagi ketika sosok boneka barbie mulai membanjiri pasar mainan anak-anak. Menurut Moore (2009), orang yang cantik di mata umum adalah yang paling mirip dengan Barbie yaitu berkulit putih, bermata biru, berambut pirang, dan bertubuh langsing. Standar kecantikan ini tentu mempengaruhi pandangan perempuan Indonesia pada kecantikan.

Perempuan Indonesia sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang. Standar kecantikan itu ternyata telah ada semenjak zaman Jawa kuno. Kehidupan Jawa kuno tergambar dalam kisah sastra Ramayana. Menurut Titib (1998), cantik pada masa itu digambarkan melalui tokoh Sita, istri Rama. Sita digambarkan sebagai perempuan muda yang sungguh cantik dan berperilaku baik. Ia bercahaya laksana rembulan. Rembulan digambarkan sebagai kecantikan kulit perempuan yang bercahaya.

Di era modern ini, standar cantik menjadi lebih beragam. Media dan arus globalisasai memberikan celah untuk masuknya berbagai pemahaman cantik, seperti cantik ala Korea atau cantik ala Eropa. Untuk mendapatkan kecantikan tersebut banyak yang mengahabiskan waktu di klink kecantikan sehingga mencapai target cantik sesuai yang dikonstruksikan media.

Summary

asal mula standar kecantikan wanita Indonesia

Jadi wanita yang dituntut untuk selalu sempurna rasanya berat banget. Perdebatan tentang identitas diri sendiri dan harus pasang strandar yang terbaik untuk bisa diterima masyarakat sebagai wanita yang sempurna. Salah satu hal yang terlihat sepele tapi menyiksa adalah masalah standar kecantikan. Masih banyak yang menomorsatukan kondisi fisik dan penampilan dalam pekerjaan dan hal-hal lainnya. “Kulit putih, rambut lurus, tinggi semampai selalu jadi taraf ukur dari definisi cantik”. Padahal, di Indonesia sendiri terdapat banyak suku dan budaya dengan tampilan fisik yang berbeda-beda. Lalu kenapa bisa standar kecantikan di Indonesia malah terkesan terbalik dari kondisi wanita-wanita asli Indonesia?

Setiap tempat di dunia ini punya standar kecantikan yang berbeda-beda. Negara indonesia mungkin punya definisi wanita cantik itu seperti apa, yang berbeda dengan negara Amerika, Eropa, bahkan mungkin sesama negara Asia sendiri. Namun, problem yang dihasilkan dengan adanya standar kecantikan itu sama di setiap negara.

Indonesia yang baru merdeka selama 76 tahun tergolong negara yang masih muda. Enggak bisa dipungkiri kalau budaya di Indonesia ini masih bercampur dengan budaya orang barat yang mereka bawa saat masa penjajahan dulu dan standar cantik yang tertanam hingga saat ini adalah definisi cantik kulit orang barat.

Sebenarnya apa bisa kalau standar kecantikan itu dihilangkan saja? Mungkin saja bisa atau 100% memang bisa. Kenapa? Karena …

  • Setiap orang memiliki keunikannya masing-masing dan bervariasi itu lebih menarik. Bayangkan kalau semua wanita berambut lurus, langsing, dan tinggi semampai. Pasti membosankan banget karena enggak ada variasi yang lainnya. Justru dengan perbedaan itu semakin membuat tiap individu jadi unik dan satu-satunya. Rasanya jadi sangat spesial!

  • Standar kecantikan yang dimiliki tidak bisa seenaknya dipakai atau dimanfaatkan oleh produsen produk kecantikan. Mereka menjual banyak sekali produk pemutih yang dijual dengan harga yang fantastis. Ada juga yang menjual produk pemutih kulit instan dengan harga murah, namun kandungan di dalamnya sangat membahayakan. Apa jadinya kalau semua wanita mudah tergiur dengan hal seperti itu?

  • Berusaha mencapai standar kecantikan itu “sangat” melelahkan. Banyak wanita di luar sana yang mengalami stres berat, kehilangan kepercayaan dirinya, menutup diri bahkan depresi hanya karena berusaha mencapai standar kecantikan yang tak ada habisnya itu. Yuk, mulai sekarang berhenti mengejar standar itu dan mulailah menjaga dirimu sendiri sesuai dengan kebutuhan.

  • “Cantik itu relatif”. Cantik itu enggak harus putih, langsing dan punya rambut hitam lurus. Cantik itu bermacam-macam, entah mereka yang punya tubuh curvy , tubuh petite , kulit sawo matang, punya freckles , rambut afro , dan sebagainya. Cantik itu relatif, dimana dia bisa sangat fleksibel sekali untuk pendefinisiannya.

  • Dengan tidak memaksakan diri mengikuti standar kecantikan, sama artinya dengan mensyukuri apa yang sudah diberikan. Tuhan sudah memberikan yang terbaik untuk kita, dimana semua organ tubuh berfungsi dengan optimal tanpa kurang sedikitpun. Harusnya kita bersyukur karena masih banyak wanita lain yang mungkin tidak seberuntung kita. Jangan sampai standar kecantikan membuat kita jadi enggak bersyukur atas pemberian Tuhan. Membuat kita terobsesi untuk memenuhinya hingga melupakan betapa membahayakan efeknya untuk kita.

“Mempercantik diri memang tidak ada salahnya, tetapi jangan pernah merasa tidak cantik hanya karena kamu / kita jauh dari standar kecantikan yang sengaja dibuat. Kamu / kita harus bisa memerdekakan diri dari rasa insecure yang berlebihan dan mulai menerima diri sendiri tanpa harus membandingan dengan orang lain” :relaxed:

1 Like

Beauty standards are ridiculous menurutku. Membicarakan tentang standar kecantikan nggak akan pernah ada habisnya. Sepertinya semua perempuan di belahan dunia mana pun merasakan tekanan yang diberikan oleh masyarakat agar perempuan selalu bisa terlihat cantik atau paling tidak presentable. Nah beauty ideals dan body images ini terus berkembang karena difasilitasi oleh media. Stigma dan stereotip yang terbentuk di masyarakat mengenai perempuan sedikit banyak dipengaruhi oleh media, contohnya instagram. Perempuan yang melihat postingan orang lain yang memiliki jumlah likes, views dan comments yang banyak secara tidak langsung mereka menilai bahwa untuk menjadi “demikian” maka "aku harus memiliki kulit mulus, hidung mancung, skintone putih"dan bentuk-bentuk penindasan lainnya.

Beauty ideals tidak akan pernah hilang kalau kita tidak membicarakan si tersangka utamanya, yaitu patriarki. Patriarki itukan suatu sistem yang merepresi perempuan berdasarkan power edemik dari perempuan dan laki-laki, bentuk caranya pun macam-macam, salah satunya dengan standar kecantikan yang ujung-ujungnya untuk mereduksi nilai perempuan. Perempuan dituntut untuk terlihat feminim, dantanda feminity itu ya harus cantik dan enak dipandang.
Pun sejak mereka kecil yang dibahas sama keluarganya juga fisik, sampe dia gedepun yang pertama diperhatikan orang lain adalah fisik. Akhirnya, sepanjang hidupnya perempuan akan menjadi objektifikasi. Hal ini mengakibatkan banyak perempuan yang menganggap bahwa fisik merupakan aspek paling penting daripada aspek lainnya (kecerdasarn misalnya).

Sure, beauty privilege is real! But, it’s okay to be black, it’s okay to be curly, as long as you love yourself and your identity <3

1 Like

Menurutku beauty standard masih ada hingga saat ini salah satu faktornya karena media. Seperti iklan di TV atau iklan-iklan yang ada pada sosial media. Mereka masih menggunakan model yang memiliki tinggi yang proporsional atar kulit yang ‘light’. Hal tersebut secara tidak sadar menginfluence masyarakat kalau definisi “CANTIK” seperti model tersebut yang memiliki ciri-ciri tinggi semampai, kulit yang putih, wajah yang mulus. Belum lagi zaman sekarang beauty standard terbawa sampai ke circle pertemanan. Jika orang tersebut tidak termasuk ke kategori cantik menurut mereka, mereka bisa bersikap acuh dan mendiskriminasi orang-orang yang tidak masuk kedalam beauty standard mereka.