Kenapa Seseorang Bisa Ribut Karena Idola atau Partai Politik?

image

Pernahkah kalian melihat keributan di media sosial mengenai idolanya masing-masing ?
Mungkin jika kalian penggemar k-pop atau k-drama sudah tidak asing dengan cacian orang yang tidak menyukai hal tersebut dengan kata “plastik” dan tidak jarang seseorang dengan reflek memberikan tanggapan dengan agresif.

Legenda per-boyband-and Ronan Keating, yang juga mantan personel Boyzone, juga sempat “dikeroyok” ARMY karena luapkan kritik. Kemudian organisasi hak hidup hewan (PETA) Asia pernah juga diserang oleh ARMY karena mengkritik mengenai BTS Meal.

Bahkan dari olahraga lebih parah yang hingga menjatuhkan korban jiwa seperti pada insiden Persib dengan Persija. Haringga Sirla tewas dikeroyok di GBLA, September 2018, kemudian Lazuardi (28), Dani Maulana (16), dan Rangga Cipta Nugraha (22). Dari penyelidikan sementara polisi, ketiganya tewas karena terkena pukulan benda tumpul dan tusukan benda tajam, dan lain-lainnya.

Keributan pada partai politik sendiri pun tidak kalah panas seperti yang terjadi pada pemilu tahun 2019 dimana keributan terjadi antara pendukung Bpk Joko Widodo dan pendukung Bpk Prabowo Subianto, yang bahkan sampai sekarang masih terdengar cemoohan seperti cebong dan kampret.

Menurut kalian kenapa sih orang bisa ribut karena idolanya ? apa yang salah dan kiranya harus diperbaiki dari masyarakat kita ?

Referensi

Sebagai mantan KPopers, saya pernah beberapa kali berantem dengan fandom lain di media sosial. Waktu itu karena idolanya menang di sebuah acara penghargaan dan idola saya kalah, padahal berdasarkan polling yang dilakukan seharusnya idola saya menang.
Kenapa kami bisa ribut? Ya, karena kami selalu merasa bahwa idola kami yang terbaik dan yang paling baik dibandingkan idola-idola lain dan kami menjadi buta oleh itu. Padahal setiap idola ada plus minusnya.

Sama seperti ribut partai politik, pasti ada salah satu pihak yang merasa lebih dan paling unggul dibandingkan pihak yang lain. Dan tidak mau menerima pendapat dari orang lain, yang menjadikannya buta mata dan buta hati. Wkwkwk.

Sepertinya kebanyakan masyarakat Indonesia memang selalu seperti itu. Overproud.

1 Like

Hmm…saya adalah seorang fans sepak bola, dan di dalam sepak bola ada sebuah rivalitas antar tim seperti El Classico dan lain sebagainya yang dimana para fans bisa saling ribut karena menganggap tim masing - masing adalah yang terbaik sekaligus perang adu gengsi. Sepakbola, partai politik, dan Idola K-pop saya rasa semuanya memiliki fenonema seperti itu di dalamnya sehingga para pendukungnya tidak segan - segan untuk melakukan bullying hingga kekerasan sebagai " bentuk dukungan " terhadap apa yang mereka sukai dan junjung tinggi. Para fans atau pendukung seirngkali merasa jika merekalah pembela dari apa yang mereka idolakan dan sukai sehingga rela melakukan apapun. Tentunya ini bukanlah sebuah hal yang bagus untuk dilihat ataupun ditiru karena dapat menimbulkan pepercahan yang berlarut - larut.

Ingatlah kata Patrick Star, " Pemujaan yang berlebihan itu tidak baik ". Kita tentunya boleh menyukai atau mengidolakan sesuatu, tetapi kita tidak boleh arogan dan egois ketika melakukannya. Semuanya harus dilakukan dengan sewajarnya saja.

1 Like

Kalau saya pribadi menganggap jika ribut karena idola atau partai politik biasa terjadi karena terlalu cinta dengan sang idola atau dengan partai politiknya. Terlalu cinta dengan idola ini membuat mereka mengaggap idola mereka paling benar dan siapapun yang menjatuhkan atau menggosipkan idola mereka akan ribut dengan penggemarnya. Cukup setuju dengan apa yang dikutip oleh @williamaditama bahwa pemujaan yang berlebihan itu tidak baik dan terlalu mencintai idola atau partai politik itu sangat tidak baik juga.

Fanatisme. Hal ini sudah lazim dijumpai di lingkungan kita. Saya sendiri adalah seorang pecinta KPop dan fenomena fanatisme yang berujung war sudah menjadi hal biasa bagi saya. Di forum-forum tertentu, para penggemar tidak ragu untuk menjunjung dan membanggakan idolanya masing-masing. Namun, entah apa pemantiknya, seringkali berujung war antar penggemar satu dengan yang lainnya. Beruntungnya, saya masih lebih mencintai diri saya sendiri dibandingkan dengan idola-idola saya hehe dan akhirnya hanya menjadi silent viewer saat war-war tersebut terjadi.

Kita memang tidak dapat memaksakan bagaimana orang lain harus bersikap, namun setidaknya dengan mengontrol diri sendiri, kita telah berusaha untuk tidak memperkeruh suasana dengan ikut terpancing pada keributan yang terjadi.