Kenapa orang yang berhutang sering lebih galak daripada yang menagih?

Di luar fenomena debt collector yang sering berperilaku tidak manusiawi, faktanya di pergaulan sehari-hari yang terjadi malah sebaliknya. Orang yang berhutang malah seringkali lebih galak saat hutangnya ditagih oleh si pemberi hutang. Kalau menghindar bayar hutang dengan ngeles mungkin masih biasa. Tapi kalau marah saat ditagih itu menurutku keterlaluan. Apalagi kalau ternyata ditagihnya dengan cara baik-baik. Kalau menurut kalian, penjelasan apa yang paling tepat untuk menjelaskan fenomena ini?

6 Likes

Menarik nih topik kali ini, tapi saya sendiri belum pernah mengalami fenomena ini malah kebanyakan mengalami hal yang pada umumnya yaitu ketika mau nagih hutang ke orang malah tiba-tiba ia menghilang tidak ada kabar HAHAHAA lucu sih tapi mau gimana lagi.

Sebenarnya kalau menurut analisis saya kenapa ada fenomena orang yang ngutang lebih galak daripada yang memberi hutang?

Hmm sepertinya ada beberapa faktor sih yang mungkin mempengaruhinya :

  1. Bisa jadi si penghutang itu merasa terancam karena ditagih secara terus menerus sehingga ia langsung marah
  2. Ada problem lain dalam kehidupannya sehingga ia meluapkan emosinya
  3. Bisa jadi dia belum memilki uang untuk mengembalikannya

Itu sih pendapat saya terkait fenomena ini, atau mungkin ada alasan lain boleh nih kita diskusi bersama.

3 Likes

Wahhh kebalikan dengan saya nih kak @ajicakra wkwk saya pernah merasakan fenomena ini, niat hati nagih hutang baik-baik eh malah yang ngutang marah-marah dan emosi. Seketika itu saya langsung ikut marah juga karena saya rasa anda yang ngutang kok malah anda yang marah?

Kesel, sebel, jengkel sih kalau ada orang yang seperti ini. Ibaratnya dia tidak punya hati dan tidak punya malu, toh misalkan memang belum ada uang untuk dikembalikan ya kan bisa dibicarakan baik-baik dan harus tetap ada usaha untu melunasi. Karena diagama saya sudah dijelaskan kalau punya hutang dan akadnya adalah pinjam itu hukumnya wajib untuk dikembalikan.

2 Likes

Kasus klasik yang menarik. Pengalaman pribadi, ketika saya menjadi yang dihutang, saya cenderung memilih jalan untuk menghindari pertengkaran dengan diam dan berharap bahwa orang yang berhutang dengan saya ingat akan hutangnya dan membayar hutangnya. Entah mengapa, dalam ego yang tercipta malah menjadi lemah dan pengecut ketika ingin menagih. Sempat dalam asumsi yang muncul adalah ketika saya menagih ditakutkan orang tersebut ternyata masih dalam keadaan pailit atau masih dibawah kita.

Penjelasan yang tepat menurut saya untuk menjelaskan fenomena ini adalah fenomena ketidaktepatan intuisi. Ketika kita sebagai penagih berintuisi untuk menagih hutang, sedangkan objek yang ditagih seakan-akan menerima intuisi tersebut, maka hal itu akan berjalan dengan baik. Tetapi, ketika penagih memiliki intuisi untuk menagih, sedangkan objek yang ditagih melakukan penolakan intuisi, kemungkinan yang terjadi adalah pertengkaran yang dilahirkan oleh penolak. Penolak mencoba untuk melawan intuisi itu dengan amarah agar harga diri tidak tertekan dan jatuh sehingga intuisi yang dimunculkan oleh penagih tidak tepat dalam ruang dan waktu tersebut. Barangkali kita patut melatih intuisi kita agar tidak mengalami pertengkaran ketika menagih hutang.

2 Likes

wah, sama banget kak. rasanya cukup melelahkan kalau nagih terus dan menjadikannya lebih ribet lagi. Akhirnya malah kita yang diam dan menunggu dia yang bayar. Sebenarnya terkait hal ini sudah diajarkan adabnya dalam ajaran agama Islam, bahwa orang yang meminjamkan uang tidak boleh mendesak orang yang berhutang karena belum tentu orang yang berhutang mampu membayar hutangnya dengan cepat. Namun adab untuk orang yang berhutang adalah menyegerakan untuk membayar hutang.

Dalam Islam, kita sudah diarahkan untuk berperilaku baik kepada sesama, salah satunya dengan meringankan beban orang yang punya hutang yaitu tidak dengan mendesaknya. Hanya saja sebagai orang yang berhutang, kita harus bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban yaitu membayar hutang.

Tinggal kembali ke kita saja, apabila dirasa dia tidak bisa atau mampu membayar hutang, mending diputihkan atau diikhlaskan. hitung2 untuk membantu sesama… apabila ingin menagih maka diingatkan dengan cara yang ahsan atau baik

1 Like

Sering terjadi nih… yang begini begini… :grin: heran banget kok bisa ya yang galak malah yang ngutang :joy: malah kalo ditagih terus-terusan pake ngancem mau dilaporin ke polisi segala hehe… padahal kita yang ngutangin juga sebenarnya butuh lho untuk memenuhi kebutuhan. Kalo nggak gitu, minimal dibicarakan baik baik deh dan kita juga bisa kasih solusi yang baik ke depannya seperti apa, soalnya kadang yang ngutang tuh lari nggak mau ditemui dan nggak bisa dihubungi.

Salah satu budaya yang jelek juga sih kalau ditagih ngehindar, padahal kita cuma mau memastikan saja. Kalau memang belum bisa bayar bisa ngomong dan minimal berusaha untuk membayarnya. Seringkali saya nemu orang yang masih punya hutang, tapi beli barang yang mahal-mahal… klo ditagih, katanya ga punya uang.

ini juga pemebelajaran bagi saya untuk memanage uang yang baik, karena bagaimana pun hutang itu seperti kewajiban yang sudah harus kita tinaikan dengan segera, karena orang lain punya hak disitu.

3 Likes

Nah sebenarnya permasalahan mengenai hutang apabila ditinjau dari akar masalahnya adalah mengenai tanggung jawab. Pada dasarnya hutang memiliki kewajiban untuk dibayarkan sebab niat awal dari berhutang adalah agar bisa membayar pada kemudian hari.

“Seringkali kasus dari orang yang berhutang karena coba-coba. Ah, coba ini deh atau itu ntar pasti dikasih. Kasus lain orang yang meminjamkan juga karena gengsi,’masak dia pinje segitu aja ga aku kasih’. Sebenarnya hutang itu masalah tanggung jawab.” Jelas Ligwina Hananto dalam sebuah Podcast bersama Raditya Dika.

Oleh karena itu mengapa sampai ada fenomena orang yang berhutang lebih galak daripada yang menghutangi, menurut saya karena pada dasarnya tidak ada tanggung jawab dari si peminjam untuk segera atau mengembalikan hutang dalam waktu tertentu. Selain itu terdapat kekeliruan dari pihak yang meminjamkan karena tidak menganalisis orang yang berhutang padanya. Kita bisa mulai memahami apa itu tanggung jawab dan menganalisa apakah seseorang memiliki kemampuan tanggung jawab melalui artikel ini Apa yang dimaksud dengan Tanggung Jawab? - #2 by saharallya.

Nah, daripada harus repot-repot menagih mengapa kita tidak menghentikan aktivitas berhutang yang pada akhirnya akan merepotkan kita sendiri?

Referensi

Hananto, Ligwina. 2010. Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah Untuk Tidak Miskin. Jakarta: Literati