Mengapa kasus bullying di Indonesia sangat banyak?

kasus bullying di Indonesia

Bullying merupaka tindakan diskriminasi yang dilakukan terhadap sesorang yang dapat merusak mental, emosi dan lain sebaginya.

Kenapa kasus bullying di Indonesia sangat banyak ?

Peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak sangat penting dalam mengantisipasi bullying. Dalam hal ini banyak pengantin yang belum memiliki kesiapan menjadi orang tua. Bullying juga bisa disebabkan karena banyaknya kasus perceraian yang dilakukan oleh orang tua mereka, anak menjadi marah dan cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang. Masalah lain pemicu kekerasan pada anak adalah karena menjamurnya warung internet (warnet), dan sangat mudah diakses anak. Mereka kemudian mencontoh kekerasan dan melakukan bullying kepada temannya. Untuk itu perlu ada peraturan daerah yang mengatur itu semua.

Menurut Ariesto (2009), dalam artikelnya yang berjudul Pelaksanaan Program Antibullying Teacher Empowerment, faktor-faktor penyebab banyaknya bullying di Indoensia karena faktor-faktor berikut :

  1. Keluarga.
    Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya.

    Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying;

  2. Sekolah
    Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;

  3. Faktor Kelompok Sebaya.
    Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

  4. Kondisi lingkungan sosial
    Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.

  5. Tayangan televisi dan media cetak
    Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan Kompas memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

Sehingga, untuk mengatasi bullying di Indonesia, yang semakin marak saat ini, perlu strategi-strategi khusus agar ke-lima faktor diatas dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.