“Siapa yang menembak dia?” kata Roni sambil menangis sembari bergegas masuk ke dalam rumah sakit tiga menit setelah mantan istrinya tewas akibat peluru yang menembus kepalanya.
“Tunggu sebentar, Pak Roni,” kata Detektif Sunari. “Kami akan menanyakan beberapa pertanyaan rutin. Meskipun sudah cerai selama enam bulan terakhir ini, anda masih tinggal serumah dengan mantan istri anda, apakah benar?”
“Ya, benar,” jawab Roni.
“Ada masalah akhir-akhir ini?”
“Ya, kemarin, ketika aku bilang kepadanya kalau aku akan pergi dinas ke luar negeri, dia mengancam akan bunuh diri. Singkat cerita, aku merebut botol idoine yang akan diminumnya. Ketika aku akan pergi sorenya sekitar jam 7, aku bilang kepadanya kalau aku akan pergi mancing dengan teman-temanku di kolam pemancingan di desa, dia tidak keberatan. Aku kembali ke kota lagi baru siang ini,” lanjut Roni, “Aku menelpon rumah dan pembantuku yang mengangkat telfonnya.”
“Apa yang dia katakan?” tanya Detektif Sunari.
“Oh, Pak Roni, mereka membawa Ibu ke Rumah Sakit Umum satu jam yang lalu. Aku mohon segera susul Ibu, Pak.’ “Dia saat itu sedang menangis, jadi aku tidak mendapatkan informasi apa pun lagi darinya, kemudian aku bergegas ke sini. Di mana dia sekarang?”
“Suster akan mengantar anda,” kata Detektif Sunari sambil menganggukkan kepalanya.
“Ini kasus yang janggal, Detektif,” kata Inspektur Kevin. “Kehidupan modernnya terlalu sedikit berlebihan bagiku, aku khawatir. Seorang pria dan wanita tinggal bersama setelah enam bulan cerai!”
“Memang kasus yang janggal, Inspektur,” renung Detektif, “dan anda sebaiknya menahan Pak Roni. Jika bukan dia yang menembak istrinya sendiri, aku yakin dia pasti tahu siapa yang melakukannya.”
Kenapa Detektif meminta Inspektur untuk menahan Pak Roni? Bagaimana penjelasannya?