Kenapa banyak generasi muda skeptis dengan agama tapi malah percaya zodiak?

Saat ini tidak sedikit orang yang skeptis dengan agama. Mereka bilang agama dengan ajaran dan dogmanya itu tidak saintifik, tidak bisa dibuktikan kebenaran ilmiahnya, tidak masuk logika dan seterusnya. Anehnya, seringkali orang yang sama malah mempercayai zodiak yang jelas-jelas tidak didukung oleh bukti ilmiah. Bahkan sekarang, banyak orang mempercayai bahwa zodiak mempengaruhi personality traits sehingga zodiak banyak dijadikan patokan dalam memilih pasangan. Double standard semacam ini buat aku sangat mengherankan. Bagaimana pendapat kalian tentang hal ini?

2 Likes

Menarik wkwk sepertinya saya salah satu orang yang terkadang percaya dengan zodiak, sebenarnya hal ini tidak dibenarkan sih tapi menurut saya terkadang zodiak ada beberapa hal yang sesuai dengan diri kita. Entah itu ramalan zodiak terkait kehidupan, percintaan, sifat, karakter, penjelasan diri dll. Cukup banyak ada beberapa hal yang sama, entah itu hanya sebuah kebetulan saja atau memang penjelasan tersebut didapatkan dari hasil informasi orang-orang dengan zodiak yang sama.

Kemudian saat ini saya rasa cukup banyak sekali akun-akun di sosial media yang membahas terkait zodiak, hal tersebut berbanding lurus dengan pengguna sosial media yang kebanyakan digandrungi kalangan muda. Sehingga mau tidak mau pembahasan zodiak akan selalu muncul dan menjadi konsumsi publik.

Pembahasan terkait zodiak juga terkadang dikemas secara asik dan menarik sehingga dapat menarik pembaca. Terkadang pembahasan zodiak hanya semata-mata untuk memastikan karakter seseorang dan ternyata kebanyakan sesuai.

Nah sedangkan jika skeptis dengan agama generasi muda mungkin kurang excited, tapi sebenarnya saya belum bisa melihat sepenuhnya sih. Tapi menurut saya kedua pembahasan tersebut banyak atau tidaknya dibahas sesuai dengan orang-orang yang membahasnya. Jika circle generasi muda yang mereka agamis pasti akan asik untuk membahas hal tersebut.

2 Likes

Hahahaa sama terkadang saya juga merasa zodiak ada sedikit kecocokan, tapi kalau saya sih selalu menekankan kalau tidak boleh percaya sepenuhnya. Anggap saja ini hanya untuk refresihng dan asik-asikan saja, jadi tidak boleh dipercaya.

Nah sedangkan dalam agama kan memang tidak ada yang mengetahui takdir seseorang kedepannya, bukan berarti tidak mempercayai sih lebih kepada semua ketetapan Tuhan tidak ada yang tau.

1 Like

Haha mereka yang beranggapan seperti ini belajarnya masih kurang jauh :joy: Kata siapa yang nggak bisa dibuktikan kebenaran ilmiahnya, hmmm. Padahal kajian yang seperti ini sudah banyak dibahas oleh para pemuka agama, tapi mereka saja yang sudah menolak duluan… Atau masih menggunakan akalnya yang masih terbatas. Mereka yang seringkali membayangkan wajah indah Sang Pencipta Semesta yang menyerupai wajah manusia, padahal apa yang manusia indera di dunia ini ya terbatas apa yang telah kita lihat. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana wujud Tuhan karena keterbatasan alat indera yang kita miliki.

Sayangnya malah mempercayai hal-hal yang seperti ini. Memang ramalan zodiak kadang membuat hati kita tenang karena apa yang diramalkan ya yang baik baik saja. Padahal tidak ada yang tahu bagaimana takdir bekerja. Pemikiran mereka yang spt ini meunjukkan inkonsistensinya dalam berpikir megenai adanya Tuhan sebagai pencipta Alam semesta yang menurut mereka tidak bisa dibuktikan secara ilmiah

Hahaha… Saya tidak habis pikir juga kadang-kadang. Pikiran kita memang punya kecenderungan untuk membuat bias-bias semacam ini. Ada hal yang tidak bisa kita percaya begitu saja sebelum melihat bukti emprisnya, tapi untuk hal lain kita bisa menelan mentah-mentah tanpa mempertanyakan buktinya.

Kalau saya pikir, orang bukannya tidak tau kalau zodiak itu pseudoscience yang nggak ada dasar ilmiahnya, tapi karena zodiac menyediakan penjelasan yang instan tentang bagaimana kehidupan bekerja, maka banyak orang yang dengan senang hati mempercayainya.

Agama dan zodiak sama-sama menjawab pertanyaan manusia tentang kehidupan yang kalau dipikirkan memang misterius. Apa yang akan terjadi satu jam dari saat ini saja tidak ada satu manusiapun bisa menjamin dengan pasti. Terlalu banyak variabel yang tidak bisa dikontrol dalam kehidupan. Sementara itu manusia menginginkan jawaban-jawaban yang membuatnya merasa memiliki sense of control atas hidupnya, setidaknya ia bisa menyandarkan diri pada prediksi atau sebuah kepercayaan.

Agama memang menawarkan jawaban. Tapi konsekuensi dari beragama tidak sederhana. Setiap agama memiliki tradisi keagamaannya sendiri, punya seperangkat hukum, ajaran, dan praktik-praktik ibadahnya. Agama menuntut seseorang untuk menggali lebih dalam sebelum mendapatkan pemahaman dan keyakinan. Ia dituntut untuk terus belajar dan berkomitmen tanpa putus-putus.

Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan juga menjawab rasa penasaran manusia dengan jawaban-jawaban yang dapat dilogika dan sifatnya empiris, bisa dilihat dalam wujud materi. Orang-orang jadi banyak yang mendewakan jawaban semacam ini dengan mengklaim bahwa sains pasti benar. Dan setiap hal yang tidak menggunakan cara menjawab yang sama, atau dengan kata lain menggunakan runutan logika dan pembuktian empiris, maka tidak bisa diklaim sebagai kebenaran. Itulah kenapa orang skeptis dengan agama, meskipun sebenarnya agama juga tidak bisa dilepaskan dari ilmu pengetahuan. Agama punya cakupan dimensi yang tidak tersentuh oleh ilmu pengetahuan. Tidak semua yang tidak bisa kita nalar dan tidak kita lihat buktinya keliru kan?

Nah, pertanyaan selanjutnya tapi kenapa orang tetap percaya dengan zodiak? Saya sepakat dengan apa yang dibilang kak @adityalaksamana tadi. Manusia modern suka sesuatu yang instan dan malas berkomitmen pada sesuatu yang dirasa rumit. Misalnya agama dan pernikahan. Nah, karena takdir tidak masuk dalam topik yang dicover oleh science dan orang membutuhkan penjelasan, maka banyak orang yang mengambil penjelasan sederhana dari zodiak. Penjelasan dari zodiak konsepnya lebih sederhana dari konsep takdir pada agama. Selain itu juga zodiak tidak mengikat seseorang dalam komitmen yang dalam. Menurut saya itulah kenapa banyak orang yang lebih memilih percaya zodiak meskipun di saat yang sama ia skeptis pada agama.

Menarik banget topiknya, hahahaha
Ini juga sering saya pikirkan. Agak aneh gitu, percaya akan zodiak tapi malah meragukan agama :thinking:

Tapi pemimpin saya pernah mengungkap kalau manusia itu memnag cenderung mencari pembenaran untuk tindakannya. Dan suka banget menggunakan istilah cocoklogi. Jadi menurut pemimpin saya ini, orang-orang bukannya percaya akan zodiak itu, tapi berusaha mencocokkan apa yang diungkapkan oleh ramalan zodiak tersebut dengan apa yang sudah dia alami. Secara ga sadar dia menipu otaknya sendiri dan seperti berusahakan untuk menerima apapun yang diungkap oleh ramalan tersebut.

Sementara, untuk agama sendiri, terdapat hal-hal yang kita sendiri sulit menerima. Sering diluar nalar dan kita sering menyebutnya mukzijat. Otak manusia yang cenderung menganalogikan sesuatu hal jadi agak skeptis dengan ajaran agama karena belum merasakan sama sekali pengaruh agama itu terhadap dirinya. Dalam agama kita diajarkan asal percaya saja maka akan selamat, asal bertobat dan berdoa maka akan mendapatkan hidayah. Padahal bagi orang-orang yang kritis, untuk mendapatkan sesuatu tentu harus bertindak. Jadi seperti ada inkorelasi.

Menurut saya, bisa jadi orang-orang membaca zodiak sendiri juga bukan karena percaya, tapi hanya ingin mengambil hal-hal yang baik yang diungkapkan oleh zodiak itu, dan digunakan sebagai motivasi diri. Soalnya saya gitu :sweat_smile:

1 Like

Generasi muda seringkali menunjukkan tingkat skeptisisme yang tinggi terhadap agama, sementara banyak di antara mereka cenderung tertarik pada hal-hal seperti astrologi dan zodiak. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui beberapa faktor yang kompleks, melibatkan perubahan sosial, perkembangan teknologi, dan pergeseran nilai-nilai generasi. Berikut adalah beberapa argumen yang dapat dijelaskan lebih rinci untuk menjelaskan fenomena ini.

  1. Perubahan Sosial dan Nilai-Nilai Generasi:

    • Generasi muda saat ini sering kali mengalami perubahan sosial yang signifikan, seperti globalisasi dan teknologi informasi. Hal ini dapat menghasilkan ketidaksetaraan pandangan terhadap tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi sebelumnya, termasuk nilai-nilai keagamaan.
    • Nilai-nilai individualisme dan kebebasan berpikir cenderung dihargai lebih tinggi, sehingga munculnya skeptisisme terhadap norma-norma agama yang sering dianggap mengikat dan mengatur.
  2. Akses Informasi dan Pendidikan:

    • Generasi muda saat ini memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi melalui internet. Informasi yang luas dan beragam memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi berbagai pandangan dan keyakinan, yang dapat mengakibatkan skeptisisme terhadap keyakinan keagamaan yang diwariskan tanpa pilihan yang lebih luas.
    • Pendidikan yang lebih tinggi sering kali menekankan pada pemikiran kritis dan ilmiah, yang dapat mendorong skeptisisme terhadap konsep-konsep keagamaan yang tidak dapat diuji secara empiris.
  3. Sifat Personal dan Spiritualitas Alternatif:

    • Ketertarikan pada astrologi dan zodiak sering kali tidak dipandang sebagai pengganti agama, tetapi sebagai bentuk spiritualitas alternatif. Beberapa generasi muda mencari makna dan koneksi spiritual melalui cara yang lebih individual dan tidak terikat pada aturan atau dogma agama.
    • Astrologi menawarkan pendekatan yang lebih personal dan khusus terhadap pencerahan diri, yang dapat lebih memikat bagi mereka yang mencari dimensi spiritual tanpa kekakuan struktur agama tradisional.
  4. Pergeseran dari Kepercayaan Institusional ke Pengalaman Pribadi:

    • Generasi muda mungkin lebih cenderung mempercayai pengalaman pribadi mereka sendiri daripada aturan dan ajaran yang diimpor dari institusi. Ini menciptakan pemahaman yang lebih subjektif terhadap spiritualitas, di mana zodiak dan astrologi dapat memberikan kerangka yang lebih individual dan terkait dengan kehidupan sehari-hari.
  5. Krisis Kepercayaan Terhadap Institusi Keagamaan:

    • Skandal dan kontroversi dalam institusi keagamaan dapat menyebabkan penurunan kepercayaan terhadap agama tradisional. Generasi muda mungkin merasa bahwa agama tidak lagi mencerminkan nilai-nilai moral atau etika yang mereka hargai, sehingga mencari bentuk spiritualitas yang lebih sesuai dengan pandangan mereka.
  6. Trend dan Budaya Pop:

    • Popularitas astrologi dan zodiak di media sosial dan budaya pop dapat menciptakan tren di kalangan generasi muda. Munculnya meme, aplikasi astrologi, dan konten terkait zodiak dapat memberikan kesan bahwa ini adalah bentuk “kekinian” dari spiritualitas yang lebih mudah diakses dan diterima.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki alasan pribadi untuk keyakinan dan kepercayaannya. Faktor-faktor di atas hanya memberikan gambaran umum mengapa beberapa generasi muda cenderung skeptis terhadap agama sementara tertarik pada zodiak. Kombinasi dari perubahan sosial, akses informasi, dan evolusi nilai-nilai pribadi berkontribusi pada keberagaman pandangan spiritual di kalangan generasi muda.