Kegagalan Material dengan Tenggelamnya Titanic

Titanic merupakan kapal terbesar di zamannya. Dibangun pada tahun 1909-1911 oleh galangan kapal Harland and Wollf di Belfast, kapal tersebut memiliki panjang 882.5 kaki, lebar 93 kaki, berat 66.000 ton ketika berada di atas air dengan kecepatan berlayar 22.5 knots dan mampu menampung 2435 penumpang di dalamnya.

11 April 1942 Titanic melakukan pelayaran pertamanya dari eropa menuju New York dengan membawa 2200 penumpang dan awak kapal. Namun pada 14 April 1912 tepatnya di 375 mil selat Newfoundland Titanic berbenturan dengan gunung es raksasa, sehingga mengakibatkan kerusakan sepanjang 300 kaki pada lumbung kapal dan menyebabkan 6 ruangan kedap air banjir. Lalu kapal tersebut tenggelam kurang dari 3 jam setelah benturan tersebut dan akhirnya terbelah. Dari 2200 penumpang dan awak kapal hanya 705 jiwa yang selamat pada tragedi tersebut.

Kegagalan adalah keadaan yang tidak sesuai dengan tujuan. Sedangkan kegagal material dapat didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan pada fungsi normal suatu material (V.Kailas, 2017).

Kegalan material pada suatu peristiwa hampir tidak dapat di deskripsikan untuk beberapa alasan ; termasuk kehidupan manusia yang terancam bahaya, kerugian secara ekonomi dan pengaruhnya terhadap kesediaan produk maupun jasa. Walaupun penyebab dari kegagalan dan sifat dari bahan diketahui, namun pencegahan terhadap kegagalan material merupakan hal yang sulit untuk dijamin. (William D. Calliester, 2010).

Material dari suatu komponen dapat mengalami kegagalan suatu material dapat terjadi karena berbagai sebab seperti : deformasi yang berlebihan, perpatahan, korosi, pembakaran dan berubahnya sifat material.

Perpatahann adalah terpisahnya suatu material menjadi dua bagian atau lebih karena menerima tekanan dari luar. Perpatahan yang memungkinkan pada logam terdapat dua jenis yaitu perpatahan ulet (ductile) dan perpatahan getas (Brittle). Pembagian tersebut berdasarkan pada kemampuan material dalam mengalami deformasi plastis. (William D. Calliester, 2010)

Perpatahan ulet terjadi setelah deformasi plastis dengan peregangan yang relatif lebih lama dibandingkan dengan perpatahan getas. Biasanya material yang mengalami perpatahan ulet mengalami penguranngan pada luas penampang terlebih dahulu. Fenomena tersebut disebut dengan necking. (V.Kailas, 2017).

Material yang mengalami perpatahan ulet biasanya mengalami rambatan retakan yang mengikuti pola dari biji material. Material yang mengalami perpatahan getas biasanya mengalami deformasi plastis yang sangat kecil, bahkan pada beberapa kasus material tersebut tidak mengalami deformasi plastis sama sekali. Arah rambat retakan biasanya tegak lurus karena rambatan tersebut tidak sesuai dengan pola biji materialnya.

Referensi : Ananlisis Pengaruh Kegagalan Material Terhadap Tenggelamnya Kapal Titanic | PDF