Keegoisan disekitar kita: Virus membuat keegoisan dimana mana

095353800_1557132347-20190506-Israel-Palestina-3
Aku benci mengingatnya, kejadian itu terus menghantuiku. Aku juga tak tau mengapa kalau aku tak bisa melupakannya,sampai membuat aku kecewa berat. Aku mengurung diri dikamar setelah pulang dari karantina Indonesia selama satu bulan, memikirkan kejadian itu selalu membuatku tersiksa. Karena itu soal…

Aku mempunyai sahabat dikampus yang letaknya berada di negara Cina, namanya Althar dan dia beragama kristen juga dari Indonesia. Aku senang bisa bersahabat dengannya selama enam semester, dan dia juga selalu bertanya tanya tentang status agama islamku karena alasa penasaran. Kami berkuliah dengan jurusan kedokteran dan dengan kelas yang sama.

Tapi sepertinya kami diuji oleh Allah…
Setelah 3 semester aku dan Althar ngampus, ada berita bahwa negara ini sedang terkena wabah yang mematikan, virus ini adalah virus pertama di dunia yang menyerang, dan virus ini pertama di temukan di negara Cina ini.

Semua warga kota ini dipaksa untuk diperiksa. Ketakutan yang kudapatkan adalah, jika orang itu sembuh maka selamat dikarantina, jika terinfeksi maka akan dimusnahkan. Alhamdulillah aku dilindungi oleh Allah, namun sayangnya Althar terinfeksi tapi belum diketahui. Aku berusaha mencari cara dengan mengambil suntikan antibodi diruang perobatan dan menyuntikkannya padaku dan Althar.

Tapi lagi lagi ada sesuatu yang membuatku ketakutan setengah mati, kata Althar ada orang yang berteriak untuk mengajak semua orang pergi menghadap pemerintah dengan tujuan menyebarkan virus itu kekota lain. Kami juga dipaksa untuk ikut, katanya agar warga Cina dikasihani oleh pemerintah, bukan dimusnahkan.

Aku malah menangis ketakutan, tapi Althar berusaha menenangkanku. Kami tetap mendekat pada warga Cina, tembakan banyak dilepaskan, sudah banyak orang yang tumbang dijalanan. Kini posisiku dipaling depan, aku tak bisa mundur kebelakang. Terdengar suara orang yang berteriak diujung sana memakai seragam tentara hijau, aku terkejut saat salah satu dari mereka mengarahkan senapan padaku.

Dor!

Semua langkah kaki terhenti dan berjongkok karena mendengar lepasan tembakan itu, tapi aku tidak merasakannya. “Aarrgghh!” terdengar suara orang mengaduh kesakitan didepanku, aku terkejut dan berjongkok mendekatinya. Aku kembali menangis terisak, Althar terlihat menahan sakit pada dadanya yang mengalirkan darah merah segar.

Aku berdiri dan merentangkan kedua tanganku sambil menangis dan menggeleng, “please don’t shot my friend… don’t shot my friend…”. Aku dengar Althar memanggilku lirih, aku berjongkok dan mendekat padanya.

“Aku gak papa Hasya… sekarang aku cuma mau bilang makasih… karena kamu… aku mengenal islam yang indah, karena kamu aku bisa menerima teman apapun statusnya, dan karena kamu aku mengenal arti keegoisan negri ini… aku harap setelah aku pergi, kamu bakal baik baik aja dan bisa menyadarkan mereka semua dari perasaan egois mereka…” jelasnya, aku menggeleng. Apa yang dia bicarakan? “Has… kayaknya sebentar lagi… aku bakal ketemu sama Allah, tolong tuntun aku bersyahadat Has…”

Meski menangis, aku tetap menuntun dia bersyahadat untuk memenuhi permintaannya. “Sebelum aku mati… aku mau jujur kalau… Althar suka sama Hasya… mungkin segitu aja, aku udah lelah. Assalamualaikuym Hasya…” itu adalah kata kata terakhirnya sebelum dia menutup mata.

Setelah itu, aku berdiri dan mengakui pada para tentara dan CCTV yang memperlihatkan semua kejadian kepada pemerintah bahwa aku memiliki antibodi didalam tubuhku untuk menyembuhkan orang orang yang terinfeksi oleh virus itu. Semua penyerangan ini akhirnya bisa berhenti, dan mereka mengembil sedikit darahku untuk menyembuhkan rakyat ini. Akhirnya aku pulang dengan banyak pelajaran dan rasa sedih besar yang harus kurelakan untuk selamanya. :pensive: :pensive: :pensive: :pensive:

#LombaCeritaMini #2.0 #dictocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja