Kecemasan hingga toxic relationship, masalah remaja masa kini

Semakin berkembangnya zaman, ternyata menyebabkan seseorang lebih mudah mengembangkan gangguan kecemasan yang berujung depresi. Menurut sebuah survei, remaja generasi masa kini cenderung lebih banyak mengalami gangguan kecemasan daripada remaja di generasi sebelumnya. Kecemasan didefinisikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan yang dapat menurunkan produktivitas seseorang dan juga sering menyebabkan efek samping fisik seperti serangan panik. Mencemaskan suatu hal memang wajar tetapi kecemasan yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi mental seseorang.

Kecemasan bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Namun, gangguan kecemasan ini bisa berkembang menjadi rasa takut, malu, dan membuat mereka menghindari aktivitas atau tempat tertentu. Biasanya kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan, dan karena itu biasanya hanya berlangsung sebentar. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannnya. Gangguan kecemasan pada remaja juga dapat disebabkan oleh berbagai masalah seperti kondisi ekonomi keluarga yang buruk, pendidikan, orangtua yang bercerai, ekspos terhadap media sosial, serta beberapa isu yang berkembang di masyarakat seperti seperti prediksi kematian, penyakit, hari kiamat, bahkan masalah percintaan.

Setiap orang ingin merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan salah satu jenis emosi positif yang dapat dialami oleh setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Aristoteles (William, 2006) untuk mencapai kebahagiaan banyak usaha yang diakukan mencapainya. Kebahagiaan merupakan kepuasaan atas kebutuhan dasar dalam hidupnya (Grimaldy, 2017). Salah satu momen dari kebahagiaan yaitu adanya orang yang dianggap spesial, laki-laki dan perempuan menjalin hubungan atau disebut juga dengan relationship. Memiliki pasangan dalam masa dewasa awal merupakan suatu hal untuk dimulainya proses relationship dengan berkomitmen dalam pernikahan, membentuk keluarga dan tanggungjawab atas kehidupannya beserta keluarga (Sekarlina, 2013).

Beberapa orang menganggap bahwa ada hubungan yang erat dengan hal-hal yang menarik dan romantis, dan tidak ada kekerasan. Namun, beberapa pasangan tidak merasakan hubungan cinta manis dan romantis yang digambarkan dalam film tersebut. Kekerasan dalam pergaulan mudah terjadi, terutama pada tahap remaja selanjutnya. Jika tidak paham dan tidak menanganinya, kekerasan ini akan terus berlanjut hingga menikah (Sekarlina, 2013). Kekerasan semacam itu bisa menjadi hubungan yang beracun. Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain. Orang yang pernah mengalami hubungan yang merugikan akan merasakan konflik internal. Konflik batin ini dapat menyebabkan kemarahan, depresi, atau kecemasan.

Toxic relationship seperti kekerasan dalam pacaran diklasifikasikan sebagai kekerasan pribadi. Ada tiga tingkatan kekerasan dalam pacaran, yang pertama adalah kekerasan verbal dan emosional. Pada tingkat pertama, korban tidak akan merasa mengalami kekerasan karena tidak ada bukti fisik yang membuktikan hal tersebut. Bentuk kekerasan ini dapat berupa panggilan telepon yang buruk, menuduh pelaku dalam hubungan korban dengan perilaku yang tidak pantas, membuat tuduhan yang tidak berdasar, menghina di depan umum, merusak harta benda korban, berbicara kasar setiap kali dia marah, dan mengancam dengan mata yang mengintimidasi ( Murray, 2001, Septina Yuda., 2006: 29-31). Tingkat kedua adalah kekerasan seksual. Pada level ini, kekerasan yang dilakukan melibatkan segala sesuatu secara fisik, namun dalam segala bujukan, pernyataan cinta, dan janji, situasi pelaku sepertinya tidak ditujukan untuk mengontrol korban. Kekerasan seksual yang paling jelas terlihat dalam pacaran adalah pemerkosaan. Tingkatan terakhir adalah kekerasan fisik, bisa berupa memukul, mengepak, menendang, dan mendorong. menahan. Pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran sebagian besar adalah orang-orang dengan latar belakang keluarga, konflik fisik, dan penyiksaan (Astari, 2019).