Beberapa tahun terakhir ini pemberitaan di media massa mengenai kematian satwa lindung di kebun binatang terus saja terdengar. Mulai dari Michael, singa di Kebun Binatang Surabaya yang mati karena terlilit seutas kabel dan diduga sengaja dibunuh oleh petugas, kematian Yani, gajah di Kebun Binatang Bandung yang tak terurus akibat mengidap penyakit paru-paru, dan masih banyak lagi kasus seputar kematian yang disebabkan oleh kelalaian pengelelola kebun binatang.
Selain itu, juga terdapat kasus penggelapan dana makanan harimau yang dilakukan oleh pengelola Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta senilai ratusan juta. Pengelola kebun binatang acapkali mengeluh perihal biaya operasional kebun binatang yang tinggi dan tidak sebanding dengan biaya pemasukan. Tahun 2016, Ridwan Kamil selaku walikota Bandung mendorong publik untuk melakukan boikot terhadap Kebun Binatang Bandung.
Menurut Youidic sekalian, setelah sekian kasus yang melibatkan banyak kebun binatang tersebut. Haruskah operasional kebun binatang di hentikan dan mengembalikan satwa mereka ke habitat asal?
Kebun Binatang Indonesia memang sering disebut sebagai “Neraka Fauna” karena berbagai masalah yang muncul di dalamnya. Beberapa orang berpendapat bahwa kebun binatang harus ditiadakan karena perlakuan tidak manusiawi terhadap hewan, sementara yang lain berpendapat bahwa kebun binatang dapat memberikan manfaat pendidikan dan konservasi jika dielola dengan baik.
Sebelum kita membahas apakah kebun binatang seharusnya ditiadakan, kita perlu memahami pro dan kontra dari eksistensi mereka. Salah satu argumen melawan kebun binatang adalah bahwa kondisi kandang yang sempit dan kurangnya perawatan menyebabkan stres pada hewan, mengarah pada tingkah laku yang tidak wajar. Perlakuan seperti ini tidak hanya tidak etis, tetapi juga dapat membahayakan kesejahteraan hewan.
Di sisi lain, kebun binatang sering kali menjadi tempat pendidikan bagi masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengenal dan peduli terhadap satwa liar. Dengan melihat hewan secara langsung, orang dapat mengembangkan kesadaran tentang pentingnya konservasi dan pelestarian lingkungan. Kebun binatang juga dapat berperan dalam program pemuliaan untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah.
Namun, tantangan utama adalah bagaimana mengintegrasikan tujuan konservasi dan pendidikan dengan kesejahteraan hewan yang optimal. Seharusnya ada standar tinggi dalam pengelolaan kebun binatang, termasuk kandang yang sesuai, perawatan medis yang memadai, dan program pemuliaan yang bertanggung jawab. Penegakan peraturan yang ketat dan inspeksi reguler dapat memastikan bahwa kebun binatang memenuhi standar tersebut.
Selain itu, pendekatan alternatif seperti kebun binatang tanpa kandang atau lebih fokus pada habitat alami hewan dapat menjadi solusi. Menggunakan teknologi untuk menyajikan pengalaman virtual yang mendekati kehidupan liar hewan juga bisa menjadi cara untuk menyadarkan masyarakat tanpa merugikan kesejahteraan hewan.
Kesimpulannya, sementara kebun binatang dapat memberikan manfaat pendidikan dan konservasi, mereka juga harus memastikan bahwa kesejahteraan hewan merupakan prioritas utama. Jika kebun binatang tidak dapat memenuhi standar tinggi ini, mungkin perlu dipertimbangkan untuk menggantikan model mereka dengan solusi yang lebih etis dan berkelanjutan.