Kaum Vegetarian Muslim Saat Idul Adha: Taat Perintah Agama atau Prinsip Menyayangi Hewan?

5f98214eceb01a001dee97c5

Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan istilah vegetarian atau orang yang memutuskan untuk tidak mengonsumsi produk apapun yang berasal dari hewan, seperti daging, unggas, dan ikan sehingga mereka hanya mengonsumsi produk yang berasal dari hasil tanaman dan tumbuhan. Namun, terdapat juga golongan vegetarian masih memungkinkan untuk mengonsumsi produk olahan turunan dari hasil hewani seperti telur, susu, keju, mentega, dan sebagainya.

Menurut Nai et. al. (2012), terdapat berbagai latar belakang seseorang untuk memilih menjadi vegetarian, seperti ajaran agama tertentu, sebagai gaya hidup, menjaga kesehatan, bentuk dukungan menyayangi hewan serta mengurangi produksi emisi gas rumah kaca, dan sebagainya. Lebih lanjut lagi menurut laporan Greenpeace dalam Aszhari (2020) menyatakan bahwa gas rumah kaca dari hewan peternakan (sapi, babi, dan lainnya) sebenarnya lebih tinggi dibanding semua emisi yang dihasilkan mobil dan van di Uni Eropa. Dengan demikian, tidak sedikit kaum vegetarian yang mengkampanyekan untuk mengurangi pembunuhan hewan yang sekaligus untuk menjaga kondisi lingkungan.

Namun, kita semua juga sudah tahu bahwa umat Muslim atau agama Islam setiap tahunnya memiliki hari raya Idul Adha yang di dalamnya terdapat ibadah kurban. Menurut Jayusman (2012), ibadah kurban saat hari raya Idul Adha adalah proses penyembelihan hewan ternak (unta, sapi, kerbau, domba, kambing, dan sebagainya) yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum melaksanakan kurban adalah tidak wajib namun sunnah muakkad atau sangat disarankan bagi yang mampu melaksanakannya. Dengan demikian, ibadah kurban telah menjadi rutinitas sebagai momen untuk mendekatkan diri ke Allah sekaligus untuk berbagi kepada masyarakat yang kurang mampu.

Nah, tentunya momen kurban Idul Adha menimbulkan suatu dilema bagi umat Muslim yang vegetarian. Memang mereka masih dapat beribadah tapi tidak ikut memakan daging kurban tersebut. Namun, turut mengikuti kurban dapat berpotensi menyalahi prinsip mereka untuk tidak membunuh hewan. Dengan demikian, bagaimana pendapat Youdics akan dilema tersebut? Apakah umat Muslim yang vegetarian tetap harus berkurban atau harus tetap berpegang teguh pada prinsip vegetarian karena ibadah tersebut tidak wajib? Yuk bagikan pendapatmu!

Sumber

Aszhari, A. (2020, 27 September). Hewan Ternak Ternyata Menghasilkan Emisi Lebih Besar Dibanding Mobil. Diakses pada 27 Agustus 2021, dari Hewan Ternak Ternyata Menghasilkan Emisi Lebih Besar Dibanding Mobil - Otomotif Liputan6.com.

Jayusman, J. (2012). Tinjauan Hukum Islam terhadap Ibadah Kurban Kolektif. Al-Adalah, 10(4), 435-446.

Nai, H. M. E., Adhi, K. T., & Sutiari, N. K. (2012). Kecukupan Asupan Gizi Remaja Vegetarian dan Nonvegetarian di Yayasan Sri Sathya Sai Bali Tahun 2011. Indonesian Journal of Public Health, 1(1), 43-49.

Sumber Gambar: Vegetarian, yes or no? | Feast

Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar menyebut panduan dan teladan hidup seorang Muslim adalah Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sementara, menjadi seorang vegetarian akan banyak bertentangan dengan ajaran Islam. Seperti kewajiban berqurban pada Idul Adha, anjuran melakukan aqiqah dengan memotong kambing hingga sunnah Nabi Muhammad yang memakan sumber makanan hewani.

“Ada beberapa syariat yang menganjurkan memotong hewan lalu dimakan. Kalau kita melarang orang makan daging, maka akan bertentangan dengan yang disyariatkan Islam, kalau tidak boleh memotong daging padahal wajib hukumnya untuk berqurban. Kalau dilarang seperti orang vegetarian berarti kita nggak boleh beribadah qurban, bertentangan dengan ayat itu, kan ayat dan hadits memerintahkan kita berqurban,” ujar Nasaruddin, Jumat (18/12)

Kendati demikian, Nasaruddin menyebut jika pilihan menjadi vegetarian karena selera saja tanpa mengharamkan diri dan orang lain untuk memakan daging, maka itu masih dibenarkan. Alasan seorang menjadi vegetarian karena memiliki masalah kesehatan juga menjadi alasan yang dibenarkan untuk tidak mengonsumsi daging.

Sumber

Alkhaledi Kurnialam. 19 Desember 2020. Vegetarian dalam Pandang Islam. Islam Digest.

1 Like

Pertentangan yang terjadi dalam pertanyaan topik diskusi, menurut saya cukup runcing karena mempertemukan dua variable yang saling berlawanan yaitu ajaran muslim yang menganjurkan untuk mengurbankan hewan di saat hari raya Idul adha dan juga gaya hidup vegetarian (gaya hidup yang tidak mengkonsumsi daging) yang saat ini banyak digeluti oleh masyarakat modern termasuk umat muslim. Saya sebetulnya tidak bisa berbicara banyak soal isu ini mengingat saya adalah seorang non-muslim sehingga saya mungkin akan menjabarkan ini dengan pemahaman yang sangat terbatas serta literasi - literasi yang saya baca sebelum menjawab pertanyaan diskusi ini.

Saya sangat setuju dengan adanya pendapat dari pemuka agama mengenai vegetarian dan idul adha yang sudah diberikan oleh @gadis_karwita . Pada konsepnya, menjadi vegetarian itu adalah sebuah pilihan dan preferensi seseorang seperti misalnya orang yang melakukan vegetarian biasanya sedang memiliki kesehatan yang tidak memungkinkan dirinya untuk mengkonsumsi daging - dagingan atau bisa juga menjadi vegetarian itu adalah pilihan yang memang mantap dipilih untuk menjadi gaya hidup.

Sebuah artikel yang ditulis oleh Hasan (2018) dalam laman Tirto yang berjudul " Dilema Muslim Vegan Tiap Idul Adha " menunjukan perspektif yang berbeda mengenai pandangan umat muslim yang menjalankan praktik vegetarian dan vegan terhadap penyembelihan daging saat Idul Adha. Ada yang menganggap jika menjadi muslim vegan itu tidaklah bermasalah dengan tradisi idul adha karena menurut mereka kedua hal tersebut bukanlah yang bertentangan dan tidak perlu menjadi fanatik untuk menjadi salah satunya. Istilahnya, setiap idul Adha, kaum muslim vegetarian atau vegan ini tetap ikut sholat Ied, tetapi memilih untuk tidak memakan daging hasil sembelihan.

Di negara lain seperti yang sudah dicatat oleh Hasan dalam artikelnya seperti Mesir, Amerika, ataupun India, perspektif umat muslim vegetarian dan vegan juga bermacam - macam dengan misalnya ada yang mengaku tidak nyaman ketika melihat hewan disembelih atau harus menghadapi pertentangan dari keluarga karena memilih untuk menjadi vegetarian ataupun Vegan.

Menurut saya, seperti yang sudah saya jabarkan diatas, apapun pilihannya, sebaiknya jangan sampai menjadi fanatik karena kedua hal yang menjadi variabel dalam topik diskusi ini sebenarnya tidaklah terlaly bertentangan dan saya meyakini keduanya dapat dijalankan secara seimbang. Akhir kata, saya ingin memberikan sebuah infografis tentang jenis - jenis vegan yang ada dunia saat ini sebagai penutup dari jawaban saya.

Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penjabaran saya. saya sangat terbuka untuk kritik dan saran

Referensi :
Hasan, A, M. (2018). Dilema Muslim Vegan Tiap Idul Adha. Tirto . Retrieved from Dilema Muslim Vegan Tiap Idul Adha

1 Like
Untuk umat muslim yang vegetarian, sebenarnya aku kurang setuju dengan adanya vegetarianan ini, meskipun begitu pendapatku tentang kaum ini adalah sangat disarankan bagi mereka untuk tetap berqurban jika mampu meskipun tidak wajib karena kalau sampai mengharamkan kurban sehingga tidak memperbolehkan dirinya berqurban maka dia sudah tersesat, lalu tidak memakan daging qurban juga tidak apa-apa, karena tidak ada kewajiban untuk memakan daging dari qurban. Intinya boleh berqurban atau tidak, dan boleh memakan daging kurban atau tidak, semuanya boleh.

Sebenarnya untuk pembahasan ini agak tricky ya karena menangkut soal agama. Saya berasumsi bahwa topik ini ‘biner’ (hanya 2 opsi), karena kalau jadi vegan itu, kalau bukan alasannya karena kesehatan, alasan lainnya adalah tidak ingin menyiksa binatang. Saya bukan vegetarian, tapi saya cukup mengerti dan memahami dilematis kaum muslim yang sekaligus seorang vegetarian ketika idul adha.
Veganisme semata-mata hanya sebagai reaksi dari penyiksaan binatang dan lingkungan bukan bermaksud mengharamkan yang Allah halalkan, hanya saja sebagai manusia yang dianugerahi akal oleh-Nya, kita juga bisa berpikir kontekstual bahwa ada saat yang ‘halal’ jadi kurang tepat atau gak bagus. Kaya gini deh misalnya, poligami itu kan boleh ya, Tapi kalau menyakiti istri pertama dan anak2nya, berkah ngga? kan engga juga.

Tentu saja yang mereka lakukan itu (menjadi vegetarian), bukan satu-satunya solusi untuk masalah-masalah yang menurut mereka bisa diakali dengan menjadi vegetarian. Apabila mereka memilih untuk tetap pada prinsipnya saat idul adha, ya hargai saja, itu pilihan mereka. Begitu juga mereka harus menghargai kita yang memilih tidak vegetarian. Kecuali, mereka menjadi ‘vegetarian hardcore’, yang menentang adanya idul adha, nah, itu, baru ada yang salah sama si penganut veganisme itu tadi. Pun sebagai umat muslim gapapa kalo mau jadi vegetarian, asal tidak menjadi provokator yang menganggap makan daging sebagai sesuatu yang dilarang.

Pembahasannya cukup menarik tetapi memang agak sedikit berat mengingat hal ini berkaitan dengan agama, mengingat hal tersebut, menurut saya, tidak apa untuk melakukan qurban bagi teman-teman vegetarian muslim saat idul adha berlangsung, karena menurut saya, hal tersebut bukan merupakan suatu masalah yang besar, karena jika dilihat dari sisi vegetarian, memang hal ini berentangan dengan prinsip dasar vegetarian, akan tetapi bukankah dalam hidup banyak aspek yag harus kita pertimbangkan dan ketika kita dihadapkan oleh dua pilihan, kita sebagai makhluk yang paling sempurna, harus mampu memilih mana sekiranya kebijakan atau pilihan yang lebih banyak memberikan manfaat atau kebaikan, baik untuk diri kita sendiri ataupun untuk orang lain juga.

Dimana dalam hal ini, ibarat kata kita dihadapkan antara agama dan sosial, maka sebagai muslim yang baik, saya rasa tentu tau mana yang bisa lebih bermanfaat dan mengandung nilai kebaikan, mengingat juga idul adha atau hari raya qurban hanya dilakukan setahun sekali, itupun jika kita masih dizinkan dan diberi umur panjang, dan rizki oleh tuhan yang maha esa.

Berkurban merupakan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sekaligus mengandung hikmah saling tolong-menolong antara sesama, karena dari hasil hewan yang kita kurbankan terdapat hak untuk masyarakat lain, terutama orang yang membutuhkan. Pahala orang yang berkurban pada hari raya idul adha sangat besar. Orang yang berkurban akan diganti kenikmatannya di akhirat, dimana hewan yang yang dikurbankannya akan menjadi kendaraan ketika mereka naik ke jembatan Sirathal Mustaqim di akhirat kelak.

Seperti yang sudah disebutkan pada penjelasan deskripsi di atas, kurban bersifat sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan bagi umat muslim yang mampu (hampir mendekati wajib). Berbeda halnya dengan memakan daging kurban. Memakan daging hasil kurban ada dua hukumnya tergantung dengan kurban yang dilakukan, yang pertama adalah qurban Sunnah, dimana qurban ini dilakukan untuk memenuhi ibadah qurban yang dianjurkan, dan hukum untuk memakan daging hasil qurbannya yaitu Sunnah, jadi boleh atau lebih baik dilakukan dan boleh juga tidak, dan yang kedua adalah qurban wajib, dimana qurban dilaksanakan karena nazar, maka hukum untuk memakan hasil daging qurban yaitu haram.

Nah kalo masalah ini tergantung dengan individu masing-masing. Sudah dijelaskan di atas bahwa hukum berkurban adalah Sunnah muakkad (sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib), jadii ya pertanyaannya adalah kamu mau berpegang teguh kepada agama yang menganjurkan untuk berkurban atau prinsip yang ingin menjaga lingkungan? Kalau menurut aku pribadi dan jika aku adalah seorang vegan, aku akan mengikuti anjuran agama untuk berkurban, karena berkurban termasuk ibadah yang sangat dianjurkan (bagi yang mampu) oleh tuhan dan juga ibadah sosial (dapat berbagi kepada orang lain). Apalagi berkurban hanya dilakukan setahun sekali, serta kita juga dapat memperoleh pahala yang sangat besar, kita pun juga tidak dipaksa untuk memakan hasil kurbannya. Dan jika dibilang untuk menjaga lingkungan, masih banyak kegiatan lain yang dapat meminalisirkan terjadinya kerusakan lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik, lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum, tidak membuang sampah sembarangan, bercocok tanam, dll. Nah jadi juga menurutku sia-sia dan percuma jika seorang vegan tidak mau berkurban dengan alasan untuk mengurangi pembunuhan hewan yang sekaligus untuk menjaga kondisi lingkungan tetapi masih menggunakan plastik, masih berkendara dengan kendaraan pribadi, membuang sampah sembarangan, pemborosan air dan listrik, membuang barang yang layak pakai, penggunaan pembalut, penggunaan tisu, dan lain sebagainya, karena hal-hal tersebut juga dapat merusak lingkungan.

Referensi

https://akurat.co/anjuran-berkurban-dan-hikmah-dibalik-perintah-kurban?page=all
Bolehkah Memakan Daging Kurban Sendiri & Berapa Jatah Maksimalnya?
7 Kegiatan Manusia yang Paling Merusak Lingkungan
Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Sehari-hari Ini Dapat Merusak Lingkungan