Kalian anak keberapa ? dan apa keluh kesah kalian?

image

Anak sulung, anak pertama, kedua, ketiga hingga bungsu. Pasti memiliki keluh kesah yang berbeda-beda.

Kalau saya sendiri sendiri sebagai anak bungsu, keluh kesahnya sering di bully atau diperbudak kakak-kakak ku. Susah mendapat barang baru (pakai punya kakak aja masih bagus). Atau sering dijulidin karena dikira orang tua lebih sayang kepada kita, dan masih banyak lagi.

Kalau kalian anak keberapa dan apa keluh kesan kalian ?

Supaya baik penulis atau pembaca bisa lebih bersyukur dengan kondisi yang sekarang :joy:

1 Like

Anak pertama.

Sebagai anak pertama beberapa privillege yang saya dapatkan adalah, semua barang-barang saya baru. Dari baju hingga barang-barang elektronik. Biasanya adik-adik lebih sering mendapat barang lungsuran dari kakaknya wkwkwkwk. Kedua, Lebih banyak dikenal di keluarga dan sahabat-sahabat orang tua juga (nggak tau ini privillege apa enggak ya).

Keluh kesah sebagai anak pertama. Pertama, selalu jadi pembanding di beberapa aspek terutama pendidikan. Nggak semua adik bisa menerima hal ini. Dikasus saya, adik saya sendiri bahkan tidak ingin satu sekolah dengan saya karena takut dibandingkan dengan saya. Kedua, bebannya berat apalagi saya perempuan. Saya seperti dipaksa berpikir sangat jauh ke depan. Ketiga, di salahkan atas sesuatu yang saya bahkan tidak perbuat. Misalnya, adik yang nangis saya yang dimarahi. Kedengeran mustahil, tapi itu beneran saya alami. Yang paling lucu adalah … adik tidak belajar saya yang kena omel. Rumah berantakan saya yang dimarahi. Semacam itulah wkwkwk.

Kamu sih jadi kakak gak nyontohin yang baik-baik ke adiknya!! :laughing:
Gitu ya kurang lebih diomelinnya ? wkwkwkw

btw paragraf pertamanya kok seperti anda sedang proud of yourself dan mengolok-ngolok saya ya :slight_smile:: Atau mungkin cuman perasaan saya ya :joy:

Tapi nice kak @auliaar09 udah nambahin kelebihannya juga, selain keluh kesah.

Aku anak tunggal :")

Pasti orang-orang yang denger, langsung beropini, wah dimanjain banget nih, wah disayang banget nih, enak gak ada yang bikin rebutan, ya emang benar sih… karena cuman satu gitu kan anaknya :rofl:
Tapi tetap aja ada keluhannya… banyak malah hahaha

Pertama, kesepian. Eventhough I am already getting used to it dan berujung jadi pribadi yang “lebih suka” sendiri wkwkwk. Udah pasti. Kadang ngelihat sepupu yang ada saudara kandungnya, jadi mellow. Karena tibatiba ngerasa sepi aja gitu, ya beda lah ya saudara kandung sama sepupu, relasi nya pun pasti beda banget. Juga kadang pas lihat mereka saling kasih kado satu sama lain, rasanya tuh… :pleading_face:

1 Like

Anak pertama dan satu-satunya. Di satu sisi, kalau orang bilang anak satu-satunya bisa dimanja, aku tidak bisa mengelak, sih. Karena memang ada momen-momen tertentu yang membuatku bersyukur menjadi anak tunggal. Tapi sebenarnya ketika sudah besar seperti sekarang, rasa kesepiannya jadi makin terasa. Rasanya ingin punya kakak atau adik yang usianya tidak jauh agar kalau ada keluh-kesah, kalau ingin curhat, aku tidak perlu repot-repot mencari teman. Dan ngomongin beranjak dewasa, sekarang kalau ada events keluarga jadi pengin banget punya kakak atau adik karena bisa diajak berkompromi. Risiko jadi anak tunggal harus cope with everything alone, deals with everything alone… rasanya butuh scheme partner HAHA! Tapi so far so good. Tetap bersyukur.

1 Like

Anak kedua alias anak bungsu.
Kebetulan jarak saya dengan kakak terlampau jauh jadi bahkan saya merasa kurang dekat dalam beberapa hal dengan kakak saya, karena jarak yang terlampau jauh tersebut. Sukanya jadi anak bungsu, ya pasti disayang keluarga dan biasanya kalau dapat apapun tidak perlu berbagi soalnya gak punya adik :joy: Tetapi dukanya, kadang sering diomelin dan dibanding bandingkan dengan kakak saya. (karena umur kakak yang terlampau jauh dengan saya, kalau biasanya kakak sering di marahin karena adiknya bikin salah di keluarga saya beda. Meskipun bungsu saya sering kena omel hahaha dan kakak saya tidak karena dianggap " sudah dewasa") selain itu juga, karena ukuran sepatu sandal sama jadi bisa saling pinjam ya itu saya anggap sebagai sisi sukanya sih heheh. O iya sama kadang suka disuruh suruh juga karena saya seorang “adek” :rofl:

1 Like

Anak ke-3 atau terakhir. Harapan orangtua sangat tinggi kepada saya dalam segi apapun. Finasial maupun pasangan karena hanya saya yang belum menikah di antara saudara saudari saya.

1 Like

Anak pertama.

Seperti kak @auliaar09 sebagai anak pertama saya juga selalu mendapat barang baru dan karena jarak umur dengan adik saya agak jauh, jadi ada banyak hal keperluanku yang lebih diutamakan. Alasannya selalu karena kebutuhan saya lebih banyak dan mendesak. Misanya saja untuk membeli laptop atau handphone. Saya akan lebih dulu dibelikan, karena memang adik saya belum terlalu membutuhkan. Namun, adik saya malah merasa kalau orang tua saya lebih sayang kepada saya.

Kalau untuk keluhannya itu saya selalu diharapkan untuk bisa membantu perekonomian keluarga. Dituntut untuk bisa membantu menyekolahkan adik saya, karena selama ini saya selalu diutamakan. Selain itu saya juga dituntut untuk menjadi contoh yang baik bagi adik saya yang sekaligus bisa merangkulnya agar tidak terjerumus dalam hal-hal buruk.

1 Like

Ya. Saya juga merasakannya Kak. Sebenarnya ada sedikit perasaaan bangga bisa dijadikan panutan, tetapi yang lebih terasa adalah beban untuk selalu mnejadi yang terbaik agar dapat dicontoh adik-adik.Sekali saya melakukan kesalahan, akan diungkit seumur hidup. “Tuh jangan contoh kakakmu, dulu dia begini… lihat sekarang dia gimana.”

1 Like

Pastinya sering mendengar, menjadi anak sulung perempuan (terutama di keluarga asia) adalah hal yang berat, dan ya, aku merasakannya. Sebagai anak perempuan dituntut untuk serba bisa mengurus rumah, harus bisa masak nyapu ngepel segala macam dilakukan. Hal itu tidak memberatkan memang, namun ketika ada kewajiban atau tuntutan lain yang harus dijalani, pekerjaan rumah juga harus tetap dilakukan, hal ini terasa berat. Karena harus menjalani 2 kewajiban sekaligus sedangkan disatu sisi salah satu kewajiban dirasa sulit atau berat. Selain itu sama seperti anak sulung laki-laki, anak pertama diberikan “beban” untuk mencontohkan yang baik pada adik-adiknya, misal sukses dalam berkarir/berpendidikan, harus menjadi kuat (atau pura-pura kuat), harus bisa menengahi permasalahan dirumah (menjadi pendengar keluh kesah, menjadi pelerai pertengkaran, dan lainnya). Lalu sadar-tidak sadar selalu ada naluri utk menjaga adik, sehingga sulit juga untuk bermanja atau sekedar bercerita mengenai beratnya hari-hari.

Saya pribadi merupakan anak “bontot” atau bungsu. Keluh kesah saya saat menjadi anak bungsu ya seperti yang dirasakan oleh anak bungsu lainnya, ya sering disuruh-suruh, disalahkan, dimarahi, dan terkadang dibanding-bandingkan.
Akibatnya saya tidak begitu dekat dengan kakak-kakak saya, sehingga biasanya saya akan memilih bercerita tentang kehidupan saya bersama teman-teman saya. Namun, belakangan ini problems tadi semakin berkurang sehingga hubungan saya dan kakak-kakak saya semakin dekat dan akrab.