Kalau Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan hambaNya, kenapa banyak orang yang depresi dan bahkan bunuh diri?

image

Dengan semakin meningkatnya mental health awareness belakangan ini, kita jadi tau ternyata ada banyak sekali orang yang mengidap mental illness. Dari banyak jenis mental illness, dua yang paling besar angkanya adalah anxiety disorder dan depresi. Faktor utama yang memicu keduanya adalah stress akibat kejadian traumatis, penyakit, ataupun tekanan dari masalah yang sedang dialami. Memang sebagian orang ada yang bisa baik-baik saja dan tetap positif saat menghadapi suatu masalah, tapi sebagian juga bisa sangat terpuruk bahkan sampai memutuskan mengakhiri hidupnya karena sudah tidak sanggup lagi. Kemampuan masing-masing individu dalam menghadapi masalah memang berbeda. Tapi kalau dipikir lagi, bukankah dalam agama dikatakan kalau Tuhan tidak akan menguji hambaNya di luar batas kemampuannya. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?

7 Likes

Topik ini cukup sensitif. Tapi akan saya coba jawab berdasarkan opini saya. Menurut saya, ketika seseorang depresi, bukan berarti ia tidak lolos dari ujian yang diberikan oleh Tuhan. Jangan lupa juga bahwa “setelah kesulitan, ada kemudahan”. Ketika seseorang depresi, lalu berikhtiar untuk mengatasinya dengan cara pergi ke psikolog, dan kemudian sembuh. Disitu ia telah naik derajatnya. Kemudian kita sebaiknya memaknai lagi apakah ini ujian atau peringatan.

Pertanyaan ini alangkah lebih baiknya ditanyakan ke ahli agama langsung agar menemui titik terang yang memuaskan. Itu pendapat dari saya. Semoga kita selalu diberikan kedamaian dan kebahagiaan di dunia serta akhirat.

10 Likes

Seseorang yang merasa tak mampu/putus asa entah karna Terlalu banyak ujian,tekanan,dan lain sebagainya sampai ada keinginan bunuh diri… Artinya sama saja dia meragukan Allah dan lebih memilih Hawa Nafsu buruknya(dari godaan setan) :innocent::pray:t2:

_ *** ”Kitab (al Qur’an) ini TIDAK ADA KERAGUAN padanya, petunjuk bagi mereka yang Bertaqwa”. *** :sparkles: demikian firman Allah Ta’ala :innocent::pray:t2: dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 2 _🌟

Allah menguji setiap hambanya melainkan juga ingin meningkatkan derajatnya lewat Ketaqwaannya❤️

Allah Ta’ala Berfirman

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

_ “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada DIRIMU SENDIRI melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan BERDUKA CITA terhadap apa yang luput dari kamu :sparkles:, dan supaya kamu jangan TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. :sparkles:Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” :sparkles::innocent::pray:t2: (Al-Qur’an Surah. Al Hadid Ayat 22-23):star2:* _

Dari Ayat berikut Allah sudah menjelaskan segala ujian sudah dituliskan sebelum Allah Menciptakannya. :sparkles:

Jika belum Allah belum menuliskan artinya mustahil Manusia tersebut bisa menyelesaikan/menemukan solusi dari masalah yang ia dapatkan. :innocent::pray:t2:

Al-Qur’an dijadikan pelajaran terbaik untuk seluruh manusia terutama kaum muslimin dan dirangkum lengkap dalam kehidupannya Rasulullah yaitu Hadits… Pedoman hidup Manusia. :heart:

8 Likes

Dari pernyataan kakak,knp manusia depresi berkat cobaan Tuhan, padahal Tuhan selalu memberi cobaan yg tidak melebihi dirinya.

Tentu itu disebabkan kurang ny percaya diri,putus asa, dan ada ny juga godaan iblis. Iblis itu licik dan di suka menmanfaatin manusia untuk berprilaku menyimpang dari ajaran Tuhan.
Dan salah satu rayuan iblis adalah, membujuk org yg sedang mengalami cobaan suapaya putus asa,lalu bunuh diri.

4 Likes

kalau opini saya, mental illness tidak melulu menyangkut dengan agama. mental illness atau depresi bukan berarti si penderti kurang bersyukur atas hidupnya, imannya kurang dan sebagainya. penderita mental illness sendiri disebabkan karna faktor lingkungan sekitar, ntah itu keluarga, teman, atau ada peristiwa dimana membuat si penderita mengalami traumatis. menurut saya

terkadang ada juga penderita mental illness yang berasal dari keluarga baik baik saja, agamanya bagus, hidup serba berkecukupan, tapi anehnya kenapa masih menderita penyakit mental? karena kita tidak tau kapasitas masing masing individu.

5 Likes

Bismillah…

Izin kasih pendapat ka, kalau menurutku kenapa manusia bisa depresi? Karena ia kurang melibatkan Tuhan dalam urusannya sehingga ketika ia gagal mentalnya down atau depresi. Seharusnya kita harus melibatkan Tuhan dalam setiap urusan kita dengan cara berdo’a sehingga ketika kita gagal bisa mengikhlaskan dan tidak akan terlalu depresi dan berpikir untuk bunuh diri.

Karena rencana Tuhan lebih baik dari rencana kita. Mungkin hari ini kita merasa gagal tapi suatu saat nanti kita akan tahu hikmah dari kegagalan yang kita alami

4 Likes

Hal ini terjadi dikarenakan setiap orang memiliki standar kesulitan masing-masing… standar kesulitan orang dipengaruhi oleh persepsi, pengalaman, dan keyakinan yang dia pegang. saya meyakini bahwa Tuhan saya tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan yang saya miliki… dari keyakinan tersebut juga saya harus senantiasa berjuang untuk mengatasi segala permasalahan yang ada pada hidup saya. Kesabaran juga sudah semestinya dimiliki oleh setiap orang, namun batas kesabaran tiap orang juga berbeda-beda.

Ada orang yang mudah marah, mudah frustasi… ada orang yang senantiasa sabar, ada orang yang marah setelah sabar sebegitu lama… semua tergantung karakteristik masing-masing.

Walaupun penyebab depresi bisa datang dari faktor internal ataukah eksternal, kita sebagai manusia seharusnya fokus pada apa yang bisa lakukan pada diri sendiri ataupun orang lain. Senantiasa berkumpul dengan orang-orang yang positif, mempelajari bagaimana mengatur aspek psikologi diri, dan mendekatkan diri kepadaNya, karena sesungguhnya Allah telah menurunkan beribu-ribu petunjuk kepada kita sebagai hambaNya. Namun kita tidak pernah memperhatikannya…

3 Likes

sayangnya, yang terjadi selama ini adalah “manusia yang membuat batasannya sendiri”.

coba ambil contoh batas kecepatan lari.

mungkin selama ini kita anggap kita hanya mampu lari dengan kecepatan maksimal 30km/jam selama 5 menit atau 40km/jam selama 2 menit karena mindset “saya bukan atlet” atau karena budaya rebahan dan malas gerak yang dengan bangga kita tekuni.

tapi coba, jika kita dihadapkan dengan seekor anjing dengan kecepatan 45km/jam.
apa iya kita hanya lari secepat lari ketika jam pelajaran olahraga di sekolah?

it’s all about mindset, dear. :heart:

Tuhan gak salah disini. Tuhan ga kemana-mana.
Pikiran manusia sendirilah yang nyebar fitnah “Tuhan ninggalin akuuu!!!”

5 Likes

Baca pertanyaan ini jadi ingat ayat terakhir surat Al Baqarah,

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al Baqarah : 286)

Ayat ini merupakan janji Allah swt bahwa Allah swt tidak akan membebani manusia diluar kesanggupannya. Dan kita harus yakin akan janji Allah swt tersebut. Hanya keyakinan mutlak (iman) atas apa yang disampaikan Allah swt sajalah yang membuat manusia dapat bertahan atas segala beban yang harus ditanggungnya dalam kehidupan ini.

Selain itu, Allah swt juga telah memberikan petunjuk dan solusi apabila kita mendapatkan masalah dalam kehidupan kita. Semuanya tertulis dalam lanjutan ayat tersebut,

… Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…

Menurut pendapat saya terkait dengan lanjutan ayat tersebut, apabila ada masalah dalam kehidupan kita, maka lebih baik kita intropeksi diri. Pasti ada yang salah dengan diri kita sendiri. Mengakui bahwa kita salah adalah cara terbaik menerima masalah yang ada. Daripada kita disibukkan dengan menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan atau bahkan yang lebih buruk lagi adalah menyalahkan takdir, lebih baik kita berlapang dada bahwa semua masalah yang ada adalah akibat dari kesalahan kita sendiri.

Bukankah manusia adalah tempatnya salah ? Bukankah tidak ada manusia yang terbebas dari kesalahan ? Itulah hidup. Kita akan lebih banyak belajar dari kesalahan yang kita lakukan dibandingkan dengan kesuksesan yang telah kita raih. Hanya dengan mengakui kesalahan kita sendiri, maka kita akan dapat belajar dari masalah yang ada.

Dari situlah sebetulnya kita harus selalu bersyukur kepada Allah swt, karena kita sudah diingatkan oleh Allah swt atas kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dan berharap bahwa kita akan menjadi orang yang “berbeda” ketika kita sanggup melewati masalah tersebut.

Setelah mengakui bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, maka memohon ampun kepada Allah swt adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Allah-lah yang memiliki kita dan hanya kepada Allah-lah tempat kita kembali. Oleh karena itu, ayat tersebut diteruskan dengan kalimat-kalimat permohonan ampun dan permohonan untuk melepaskan/mengurangi beban kita kepada Allah swt.

… "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya…

Setelah memohon ampunan dari Allah swt, maka hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah memohon untuk mendapatkan rahmat Allah swt.

Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.


So, terkait pertanyaan mengapa masih ada manusia yang mengalami depresi, gila bahkan sampai memilih untuk bunuh diri ketika menghadapi masalah dalam hidupnya ? Apakah Allah swt memberikan beban diluar batas kemampuannya ?

Bagi saya jelas bukan itu masalahnya. Balik lagi, kita harus yakin dengan janji Allah swt di awal ayat tersebut bahwa Allah tidak akan membebani manusia dilaur kesanggupannya. Dan Allah swt juga sudah memberikan petunjuk dan solusinya.

Kemungkinan terbesar mengapa hal itu terjadi adalah mereka sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya atau bahkan “memaksakan diri” untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mengikutsertakan Allah swt dalam masalah yang dihadapinya.

Mungkin mereka belum bisa menerima bahwa mereka harus mendapatkan masalah sebesar itu. Penolakan terhadap sesuatu yang terjadi malah akan membuat dirinya semakin tertekan, yang ujung-ujungnya malah membuat beban yang lebih besar lagi.

Mungkin mereka lupa bahwa sejatinya manusia itu adalah makhluk yang lemah. Mungkin mereka lupa kalimat Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil azhīmi (Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung) dan kalimat Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir (Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). Mungkin mereka juga lupa bahwa Allah adalah Ar Rahmaan (Maha Pengasih) dan Ar Rahiim (Maha Penyayang). Mereka mungkin lupa bahwa Allah adalah Al Ghaffar (Maha Pengampun). Mereka mungkin lupa bahwa Allah adalah Al Fattaah (Yang Maha Pembuka Rahmat) dan Al Wahhaab (Yang Maha Pemberi Karunia). Mereka mungkin lupa bahwa Allah adalah Al Qaadir (Yang Maha Menentukan) dan Al Muqtadir (Yang Maha Berkuasa).

Sebagai penutup, firman Allah berikut bisa menjadi bahan renungan bahwa adalah hal yang sangat manusiawi kalau manusia melakukan banyak kesalahan sehingga kita mengalami stres atau depresi. Selama kita tidak berputus asa dari rahmat Allah swt, maka Insya Allah semua akan baik-baik saja.

Katakanlah (wahai Rasul): "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar : 53)

Wallahu’alam bissawab

3 Likes

Menurut saya, penyakit mental itu sama saja dengan penyakit fisik pada umumnya. Jadi jika pertanyaannya adalah “Kalau Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan hambaNya, kenapa banyak orang yang depresi?”, kata depresi bisa saja diganti dengan penyakin kanker, stroke, dan lain sebagainya.

Sehingga, tidak berarti orang depresi karena diberi cobaan yang melebihi kemampuannya. Bisa jadi depresi itu sendiri adalah cobaannya. Orang menjadi depresi tidak melulu karena telah melalui cobaan besar, pada dasarnya depresi bisa terjadi karena adanya perubahan sistem pada otaknya karena dipicu oleh sesuatu (bisa berupa bawaah genetik, adanya perubahan hormon atau zat kimia pada otak).

Ada orang dengan gaya hidup sehat yang besok tiba-tiba mengidap kanker. Ada orang yang tidak memiliki masalah hidup besar (jika dari sudut pandang orang kebanyakan), tapi mengidap depresi.

Jika depresi adalah ujian, maka sebagai manusia kita bisa berusaha untuk menyelesaikannya. Caranya sama saja dengan penyakit lainnya, yaitu berusaha untuk diobati.

Jika pertanyaannya, lalu jika Tuhan tidak menguji melebih kemampuan hambanya, kenapa banyak orang yang depresi hingga bunuh diri?
Orang yang sakit kanker juga banyak yang akhirnya tidak dapat sembuh. Keduanya sama-sama penyakit, berakhir dengan sama-sama mati. Hanya saja bunuh diri dianggap sebagai sesuatu yang buruk, padahal orang yang depresi adalah orang yang sakit yang bisa dianggap tidak dapat mengatur cara berpikirnya dengan benar.

2 Likes

Heemmm topiknya menarik ya bun :smile:
Untuk pertanyaan ini coba mari kita bahas dengan apasih definisi depresi itu sendiri.

Dikutip dari Alodokter, Depresi adalah gangguan suasana hati ( mood ) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli dan umumnya seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Penyebab dari depresi ini juga umumnya berhubungan dengan faktor genetik, hormon, dan zat kimia di otak. Serta pemicu lainnya seperti ketika seseorang mengalami peristiwa traumatis, memiliki penyakit kronis atau serius, mengonsumsi jenis obat tertentu, atau memiliki tekanan batin, misalnya karena masalah keuangan atau masalah rumah tangga.

Nah, dari pengertian dan penyebab terjadinya depresi itu boleh kita pahami bahwa depresi ini adalah penyakit mental yang dialami oleh seseorang. Dan seperti yang kita tahu, penyakit mental ini haruslah diobati. Pengobatan depresi ini juga bisa dilakukan dengan psikoterapi, obat antidepresan, terapi kejut listrik, bahkan bisa menjalani perawatan di rumah sakit jika mengalami depresi yang parah.

Jika kita menghubungkan dengan pernyataan “Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan hamba-Nya” dan berpikiran bahwa karena itu maka harusnya kita tidak depresi adalah kesimpulan yang salah.

Tuhan sudah memberi ilmu pengetahuan bagi manusia di bumi. Dengan ilmu tersebut, tentu saja Tuhan mengetahui apa yang terjadi, seperti penyakit depresi ini contohnya dan akhirnya membentuk seorang dokter/psikiater yang bisa menangani masalah tersebut.

Saya kerap kali mendengar ahli-ahli agama mengatakan “Jika engkau merasa terpuruk dan tertekan datang kepada Tuhan, mohon ampunlah, maka tenanglah hatimu”. Saya yakin kalimat ini benar-benar bagus, tetapi bukan berarti kita tidak memanfaatkan seorang psikiater untuk masalah ini karena ilmu tersebut juga berasal dari Tuhan.

Jadi Tuhan tidak menguji manusia melebihi kemampuannya karena Tuhan telah memberikan solusi dari setiap masalah dan masalah orang yang depresi adalah berobat ke psikiater dan tetap jalankan Ibadah, karena Ibadah merupakan kebiasaan yang baik dan meninggalkan kebiasaan yang baik bisa menimbulkan kecemasan berlebihan yang berujung depresi.

3 Likes

Kalau saya menangkapnya adalah depresi sendiri merupakan ketidakmampuan seseorang dalam menangani masalah. Nah ketidakmampuan tersebut dihubungkan atau dianggap dengan “melebihi batas kemampuan manusia”.

Tiap orang pasti mempunyai ujian yang berbeda-beda. Tidak mungkin ujiannya seorang Nabi diberikan kepada manusia biasa. Saya ngga bisa ngebayangin kalau manusia biasa diuji seperti ujiannya Nabi Ayub, apakah ya kuat dan sesabar seperti Nabi Ayub. Itulah mengapa Nabi Ayub disebut oleh Allah swt sebagai hamba-Nya yang sabar.

Couldn’t agree more… Memang masalah kesehatan mental sebaiknya ditangani oleh ahlinya, yaitu psikiater. Psikiater, dan sama seperti profesi lainnya, mempunyai keahlian khusus dalam menangani pasien dengan penyakit mental karena mereka fokus mempelajari bidangnya. Dan saya sangat-sangat sepakat kalau semua ilmu yang ada di dunia ini adalah dari dan milik Allah swt. Tetapi berapa banyak ilmu pengetahuan modern yang masih belum dapat menjelaskan fenomena yang ada ?

Tentu saja yang paling ideal ya menggunakan dua cara sekaligus, yaitu ikhtiar dan doa. Ikhtiar disini dapat diartikan usaha penyembuhan dengan mendatangi psikiater, doa disini diartikan sebagai melibatkan Allah swt dalam setiap masalahnya. Kalau bisa dua-duanya, mengapa harus memilih salah satu ? Tetapi sayangnya, tidak semua orang mempunyai priviledge untuk mendatangi psikiater ketika memiliki masalah kesehatan. Misalnya karena biayanya yang mahal.

Kalau saya baca-baca kasus depresi yang mengarah ke bunuh diri, kebanyakan mereka melakukan bunuh diri karena merasa kesepian. Mereka benar-benar merasa hidup sendiri di dunia ini, sehingga rasa-rasanya tidak ada gunanya lagi mereka untuk hidup. Lalu siapakah yang bisa “menemani” seseorang setiap waktu dan sepanjang hidupnya ? Apakah ibu bapaknya? Apakah anak-anaknya? Apakah sahabat-sahabatnya? Apakah pasangannya? Apakah psikiaternya?

Hanya Allah swt yang selalu bersama kita dan hanya Allah swt yang mengerti kita. Orang tua kita masih sering salah paham dengan kita. Apalagi pasangan kita dan sahabat-sahabat kita. Seorang psikiaterpun dalam melakukan analisis dan diagnosis sangat dibatasi dengan “pengetahuan mereka tentang diri kita”. Bahkan kalau mau lebih ekstrem lagi, banyak orang yang tidak mengenal dirinya sendiri. Kalau sudah merasa seperti itu, kemana lagi kita mencari solusi ?

Yup. Bagi saya mental dan jiwa sama seperti spiritual. Mereka adalah hal yang gaib. Kita hanya bisa merasakan dan meyakini bahwa hal itu ada, tetapi kita masih memiliki sedikit pengetahuan atas hal tersebut. Oleh karena itu, treatment dari psikiater sangat berbeda dengan dokter-dokter lainnya. Bagi psikiater, setiap pasien adalah unik, dan membutuhkan treatment yang berbeda.

2 Likes

Menarik sekali ini point of view-nya. Depresi itu sendiri ujiannya. Kalau memang penyakit mental disamakan dengan penyakit fisik, memang banyak sekali penyakit fisik yang tida diketahui secara pasti penyebabnya. Misalnya kanker, vitiligo, rheumatoid arthritis dan masih buanyak lagi penyakit-penyakit lainnya. Jadi sangat bisa jadi kalau penyakit itu sendiri adalah ujiannya.

Kalau begitu pertanyaanya mungkin menjadi Mengapa ada yang bunuh diri karena depresi? Mengapa banyak orang yang bunuh diri karena tidak kuat menahan rasa sakit ketika mendapatkan penyakit ? Katanya Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan hamba-Nya?

Bayangan saya, topik ini penekanannya di “Mengapa Tuhan “terkesan” menguji hamba-Nya melebihi kemampuannya?”. Depresi, Gila dan Bunuh Diri adalah indikator dari melebihin kemampuan manusia.

2 Likes

Persis dengan pertanyaan adik bimbingan saya setahun yang lalu. kami juga berdiskusi mengenai hal ini di kala itu. Sebelumnya, tidak menampik bahwa benar Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambaNya, itu sudah tertulis di beberapa kitab agama. Tuhan sudah menyusun semua rencana dan rancangan hidup setiap hambaNya. Walau begitu, Tuhan tidak bisa mengontrol satu bagian dari diri manusia, yaitu “keinginan”. Balik ke pembahasan “Kalau Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan hambaNya, kenapa banyak orang yang depresi?”. Konsep depresi berkaitan dengan segala sesuatu yang membuat stress,sedih,emosi yang kosong,dan tidak gembira. Jika dibiarkan, lambat atau cepat akan tertanam sebagai sebuah mindset yang tidak baik buat diri sendiri. Ketika manusia memiliki masalah, respon yang timbul berbeda. Kalau setiap manusia secara sadar tahu bahwa Tuhan sebenarnya tidak menguji kita lebih dari kemampuan kita, respon yang diberikan tiap manusia pasti sama. Ya,bangkit lagi. Tetapi pada kenyataannya tidaklah seperti itu,setiap keinginan manusia dalam menyelesaikan masalah berbeda2. Beberapa ada yang memilih untuk bangkit dari keterpurukan sesegera mungkin, beberapa mungkin ada yang merasa sangat kesulitan untuk bangkit , hal ini mengaburkan sifat optimis yang dimiliki sehingga seseorang bisa sampai menderita depresi.

Jika seseorang depresi, menurut saya alangkah lebih baik jika tidak menyinggung tentang Tuhan, tetapi obati terlebih dahulu kepada orang yang berkompeten yaitu psikolog sehingga ketika mereka sudah bisa berpikir lebih jernih, dengan sendirinya mereka paham bahwa memang benar, Tuhan tidak menguji melebihi kemampuan setiap hambaNya.

1 Like

Dalam dunia kedokteran telah banyak dilakukan penelitian bahwa penyakit mental merupakan kelainan tubuh manusia yang bersifat secara fungsional jadi bukan struktural yang terlihat oleh mata. Setiap individu dianugerahi keunikan masing-masing agar manusia lain mampu menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran. Termasuk respon masalah kehidupan yang berujung depresi dan anxiety disorder pada manusia tertentu. Orang dengan depresi dan anxiety disorder menunjukkan memilki kadar faktor pelepasan hormon stress lebih banyak di cairan otak dibandingkan dengan orang yang normal pada penelitian sebelumnya. Sehingga dengan trigger atau pencetus stress yang mungkin kecil bagi orang normal sudah membuat orang depresi dan anxiety disorder menunjukkan gejala-gejala penyakit mental.Jadi sama saja kenapa ada orang yang tidak punya kaki tetap bisa melanjutkan hidupnya dan memikirkan cara untuk bisa mengatasi keterbatasannya dengan alat bantu jalan. Maka orang depresi dan anxiety disorder pun sama mereka tetap bisa melanjutkan hidupnya dan berhak untuk bisa mendapatkan bantuan dari orang lain yang bisa membantunya dalam mengatasi masalahnya. Disini kita belajar bahwa mereka bukan tidak mampu mengatasi masalahnya sehingga timbul gejala tersebut, tetapi Allah ingin melihat apakah dengan cobaan penyakit mental tersebut maka orang itu akan mampu untuk mencari pengobatan dan mengatasinya

1 Like

Sebenarnya, Allah memang tidak akan memberikan suatu beban kepada umatnya melebihi batas kemampuan umat itu sendiri. Tinggal bagaimana diri kita bisa menerima semua kenyataan yang memang ditakdirkan terjadi untuk kita. Sesuai dengan ayat al-quran:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
laa yukallifullohu nafsan illaa wus’ahaa, lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat, robbanaa laa tu-aakhiznaaa in nasiinaaa au akhtho-naa, robbanaa wa laa tahmil 'alainaaa ishrong kamaa hamaltahuu 'alallaziina ming qoblinaa, robbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thooqota lanaa bih, wa’fu 'annaa, waghfir lanaa, war-hamnaa, angta maulaanaa fangshurnaa 'alal-qoumil-kaafiriin

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.””
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

Sudah jelas dikatakan dalam al-Quran tersebut.

Manusia memang bukanlah sesuatuu yang sangat kuat hatinya mudah rapuh dan lemah. Apalagi ketika sedang ditimpa suatu masalah. Namun, diri kita pun harus mengetahui bahwa ketika kita diberi suatu masalah. Kitalah yang harus mengubahnya maka masalah itu akan berkurang. Ketika depresi berarti seseoeang itu tidak bisa mengontrol dirinya untuk tetap berada di situasi yang baik. Ketika sudah depresi, maka yamg harus dilakukan adalah belajar menerima situasi dan takdir yang sudah memang diciptakan untuk kita.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ وَاِ ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّا لٍ
lahuu mu’aqqibaatum mim baini yadaihi wa min kholfihii yahfazhuunahuu min amrillaah, innalloha laa yughoyyiru maa biqoumin hattaa yughoyyiruu maa bi-angfusihim, wa izaaa aroodallohu biqouming suuu-ang fa laa marodda lah, wa maa lahum ming duunihii miw waal

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 11)

Jawabannya adalah ketika kita mendapat masalah yang merupakan ujian dari Allah, kita mengejar masalahnya, bukan Allah. Kita juga jauh dari Allah. Masalah itu dari Allah, maka yang perlu kita lakukan adalah kita yang mengejar Allah sehingga mendapat petunjuk dan kemudahan terkait cara menyelesaikan masalah atau pun ujian yang diberikan kepada kita. Sebagian besar, orang terlalu memikirkan masalah yang tidak bisa diatasi. Sebagai seorang muslim, tugas kita hanyalah berusaha menyelesaikan masalah semampu kita, kemudian menyerahkannya kepada Allah swt termasuk hal-hal yang di luar kemampuan kita. jika kita sudah ikhtiyar dan tawakkal, insyaa Allah pikiran dan hati kita akan tenang.

Mungkin lebih tepatnya adalah cobaan, karena menurut saya masalah ada ketika cobaan itu dibuat menjadi sebuah beban. Sepakat sih memang ketika Allah memberi sebuah cobaan kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah bukan malah menjauhinya.

Ujian dalam hidup adalah berkah untuk diri kita, bayangkan saja ketika hidup biasa-biasa saja tanpa ada ujian pasti akan membosankan dan kita tidak bisa memaknai akan kehidupan. Allah memberi ujian karena Allah sayang dengan diri kita, tandanya Allah perhatian dan ingin kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Terus katanya Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya, tapi kenapa masih banyak orang yang depresi?

Depresi muncul ketika manusia tidak bisa mengendalikan dirinya dalam menghadapi sebuah cobaan. Dia terpaku pada kerasnya cobaan tanpa berfikir apa makna dibalik semua cobaan yang telah diberikan.

“Washbir wa mā shabruka illā billāh wa lā tahzan ‘alaihim wa lā taku fī dlaiqin mimmā yamkurūn.”
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati (huzn) terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada (dlaiq) terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS An Nahl: 127)

Ibnu ‘Āsyur dalam al-Tahrīr wal-Tanwīr mengulas, bahwa ayat ini menunjukkan betapa tingginya kesabaran yang harus dimiliki Rasulullah SAW tatkala menghadapi gangguan orang-orang kafir, sehingga kesabarannya dibutuhkan adanya keterlibatan Allah SWT.

Dari ayat ini bisa diambil pelajaran bahwa pada dasarnya manusia dituntut untuk bersabar dalam menghadap berbagai problem yang dihadapi, termasuk menghadapi Covid-19 dengan mengikuti berbagai protokol kesehatan, antara lain melakukan physical distancing (jarak fisik), tidak boleh keluar rumah kecuali ada keperluan yang mendesak.

Jika tahap kesabaran ini tidak dilakukan maka akan masuk pada level “huzn” yaitu berupa perasaan tidak senang dengan apa yang terjadi yang membuatnya berada di bawah tekanan psikologis, sehingga yang bersangkutan tidak merasa nyaman dengannya.

2 Likes

Daya tahan seseorang (resilience) terhadap ujian/cobaan tiap orang berbeda-beda…itu dahulu yang perlu kita pahami bersama, sehingga kita bisa dengan open-minded menerima keberadaan teman-teman yang memiliki mental-illness. Nah sebagai teman yang baik, laiknya kita men-support teman-teman kita yang mengalami mental-illness, bukan malah menyalahkannya karena imannya kurang kuat, dsb. Rangkullah teman kita yang depresi, dsb. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain, sesamanya?..

Hal lain yang perlu kita maknai, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain adalah ‘…Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak mengubahnya sendiri.’( Ar-Rad:11). Inilah kunci atau titik awal self-improvement atau ‘growth mindset’. Bagaimana menurutmu?

Topik ini cukup dekat dengan keagamaan, saya akan coba memberikan opini sedikit berdasarkan diskusi dengan guru saya dahulu.

Ujian bukanlah cobaan, artinya Ujian bertujuan untuk menguji ketahanan pada subjek tertentu agar dapat mengukur apakah subjek tersebut memiliki ketahanan yang sesuai. Sedangkan cobaan merupakan hal yang menimpa tiba-tiba dimana dikonotasikan sebagai “coba-coba”.

Dua definisi ini cukup berbeda, bukan?
Kembali lagi pada topik pertanyaan diatas, mengapa banyak yang depresi? tentu saja sangat mungkin ujian dalam kehidupan memicu adanya stress bahkan depresi karena memang ujian tidak diberikan dengan mudah atau cuma-cuma namun memberikan tekanan pada stress hingga titik kritis. Ketika subjek tersebut tidak memaksimalkan potensi diri tersebut maka tekanan dari ujian bisa memberikan damage pada subjeknya. Sebaliknya jika subjek mampu memaksimalkan potensi dimana subjek ini adalah manusia, maka subjek bisa berkembang dan memiliki ketahanan lebih.

Manusia memiliki akal sehingga mampu memutuskan untuk menyerah atau bertahan. Jelasnya semua memberi pembelajaran.

2 Likes