Joshua Resnikoff (Cuppow), Dari Tutup Kopi Menjadi Bisnis Jutaan Dollar

Pada musim semi 2011, Joshua Resnikoff masih dalam proses menyelesaikan gelar Ph.D. pada bidang teknik bio-medical di Tufts University, Medford, Mass.
Sedangkan istirnya pada saat itu menjual kimchi, sebuah kubis yang diolah menjadi pedas yang berasal dari Korea. Karena bisnis milik istrinya, Resnikoff berkata bahwa ia sering minum kopi menggunakan Mason jars (toples).

Toples tersebut terbuat dari kaca, tidak begitu kreatif, tidak beracun dan mudah dibersihkan – dan juga mudah untuk digunakan sebagai gelas. “Kami berada di mobil pada suatu saat, dan saya menumpahkan kopi di sekitar tubuh saya,” kata Resnikoff.

“Istriku berkata, ‘seseorang harus membuat tutup untuk toples itu.’ Lalu saya mencari di internet dan mencoba untuk mencari sesuatu, namun hal yang saya cari tidak ada atau belum pernah dibuat.” Resnikoff lalu memberitahu temannya, Aaron Parone yang merupakan seorang teknisi desain medical tentang idenya tersebut dan Parone berkata bahwa ide tersebut sangat sederhana, ia dapat membuat barang uji coba pada keesokan harinya.
Namun, ia berkata, “hal ini sangat aneh. Tidak akan ada orang yang mau membelinya.”

Tutup kopi jadi Pada tahun 2011, Resnikoff memutuskan untuk menhentikan gelar Ph.D. program yang sedang ia jalani dan memutuskan untuk meraih gelar master, sebuah perubahan yang membuatnnya memiliki waktu luang yang banyak. “Saya membutuhkan sebuah projek,” katanya, lalu ia memulai membuat projek bersama Parone.

“Kami membuatnya karena kami ingin,” kata Resnikoff. Meski demikian, mereka membuat projek tersebut dengan sungguh-sungguh. Mereka dapat menyelesaikan projek mereka dengan waktu yang singkat lalu mencoba untuk memasarkan sample yang mereka miliki. Dengan melalui dua proses desain dan beberapa perbaikan, akhirnya projek Cuppow (dibaca ka-pow!) telah usai.

Mereka berdua telah siap untuk memasarkan Cuppow. “’Berapa banyak kerugian yang akan kita dapatkan?’ adalah apa yang kami katakana ketika pertama kali memasarkan produk kami,” kata Resnikoff. Lalu mereka menyadari bahwa mereka harus menjual 500 produk dengan masing-masing produk bernilai $8.

Ketika Cupcow dijual pada Januari 2012, semua 500 unit telah habis dengan waktu 72 jam. “Kami telah membuat akun Paypal,” kata Resnikoff, “dan Paypal terus menerima pesanan tanpa sepengetahuan kami.” Dengan jangka waktu lima hari saja, pesanan melonjak hingga 3000 Cupcow. “Lalu saya harus menulis email kepada orang-orang yang memesan itu dan bertanya untuk apa.”

Disamping kesuksesan yang cepat, Resnikoff mengakui bahwa mereka dapat menjual lebih banyak Cupcow. “Kami tidak pernah memiliki hutang, maka dari itu kami dapat berkembang secara perlahan,” kata Resnikoff. “Namun kami tetap mengontrolnya, karena tidak dari kami berdua yang menganggap hal ini sebagai sumber penghasilan yang utama bagi kami.
Kami harus melawan para perusahaan lain yang sempat mengejek kami pada produk kami yang dijual dengan harga yang murah. Kami berjanji kepada semua distributor bahwa kami menjual dengan harga yang pas untuk semua orang.”

Resnikoff dan Parone mengambil uang tersebut dan membuat kembali unit Cupcow.
Lima bulan kemudian mereka mampu membayar alat-alat yang mahal dan melakukan produksi besar yang mengharuskan mereka untuk memproduksi 25.000 unit.
Pada tahun sebelumnya, mereka telah menjual lebih dari 140.000 unit. Dengan rata-rata penjualan $8 per-unit, keuntungan yang diraih bisa melebihi jutaan dollar.

Tahun ini, mereka mencoba untuk mengembangkan Cupcow. Mereka juga mempekerjakan karyawan. “Kami bekerja dengan keras untuk mendapatkan tempat pada karir kami,” kata Resnikoff, “dan tidak ada diantara kami yang menginginkan untuk membuang semua ini. Kami mungkin tidak dapat membagi waktu. Namun untuk saat ini, kami membuatnya nyata.”

Sumber: SAINTIA

1 Like