Jenis emosi apa saja yang berkembang pada masa anak-anak?

Emosi anak

Anak diatas umur 4 tahun terkadang sudah menunjukkan emosinya. Jenis emosi apa saja yang berkembang pada masa anak-anak ?

Anak-anak. diatas umur 4 tahun sudah mulai dapat menunjukkan emosinya,karena mereka mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain.

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut,

  1. Takut, yaitu terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.

  2. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Contoh perasaan cemas saat anak berada di kamar yang gelap, takut hantu dan sebagainya.

  3. Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal atau nonverbal. Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya.

  4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dpandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Seperti kakak cemburu pada adiknya yang telah merebut kasih sayang orang tuanya.

  5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.

  6. Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Kasih sayang anak kepada orangtua dan saudaranya sanagt dipengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarga. Appabila orangtua dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka dia pun akan menaruh kasih sayang kepada mereka.

  7. Phobia, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa dan takut air.

  8. Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengeyahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Oleh akrena itu, orangtua memainkan peran penting dalam membantu anak-anak mengelola emosi mereka. Hal tersebut bergantung pada bagaimana mereka berbicara dengan anak-anak tentang emosi, orangtua dapat mengambil pendekatan “melatih emosi” atau “ mengabaikan emosi” (Gottman, 2009).

Orangtua yang melatih emosi memantau emosi anak-anak mereka, melihat emosi negatif anak-anak mereka sebagai kesempatan untuk mengajar mereka, membantu mereka untuk melabeli emosi, dan melatih mereka untuk menangani emosi secara efektif. Sebaliknya, orangtua yang mengabaikan emosi terlihat dari perilaku mereka yang menolak, mengabaikan, atau mengubah emosi negatif.