Jangan Abaikan Kantuk Saat Berkendara

Merokok dan mendengarkan musik dapat menurunkan konsentrasi berkendara dan memicu terjadinya lalu lintas.

Kedua poin ini sempat ramai dibahas oleh masyarakat. Namun, nyatanya ada satu lagi penyebab kecelakaan lalu lintas, yakni mengantuk.

Bahaya mengantuk dapat membuat kemampuan konsentrasi dan kewaspadaan saat berkendara menurun. Saat respons refleks menjadi buruk bisa berujung kecelakaan.

Pengendara kendaraan juga akan kehilangan kemampuan untuk membaca jalanan, kehilangan konsentras, dan bisa tidak menyadari bahaya di depan, seperti kendaraan lain yang melintas.

Kondisi mengantuk masih diremehkan oleh sebagian kalangan masyarakat. Saat mengantuk, masyarakat justru memilih memacu stamina lewat konsumsi kopi dan minuman berenergi. Seharusnya, masyarakat beristirahat terlebih dahulu saat mengantuk sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.

Penderita sleep apnea juga disarankan untuk menghentikan aktivitas mengendara sendiri.

Untuk diketahui hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia dialami oleh orang yang mudah ngantuk. Individu dengan kondisi tetap merasa kantuk berlebihan, kendati waktu tidurnya sudah cukup untuk ukuran normal.

Sementara itu, sleep apnea adalah gangguan yang menyebabkan orang mendengkur saat tidur. Selain mengorok, penderita sleep apnea akan tersedak saat tidur dan napas terhenti beberapa saat. Ini mengganggu kualitas tidur dan membuat penderita terus mengantuk pada keesokan harinya.

Masyarakat harus lebih peduli dengan tanda-tanda gangguan tidur seperti mudah mengantuk, tubuh tidak bugar kendati sudah banyak beristirahat, dan membutuhkan rokok atau suplemen peningkat energi supaya tidak mengantuk. Penderita sleep apnea juga rentan terkena diabetes, hipertensi, impotensi, depresi, stroke, dan kematian.

Pemeriksaan lanjutan bisa dilakukan di klinik gangguan tidur yang ada di rumah sakit. Dokter akan melakukan pengecekan lewat polisonografi. Pasien juga diminta mencatat kebiasaan tidur sehari-hari.

Sumber: