Istilah "Namanya juga masih bocah", normalisasi perilaku buruk ataukah justru penting untuk perkembangan anak?

child

Sering banget kita mendengar saat disuatu tempat umum maupun pertemuan keluarga, ada anak-anak yang bandel dan tidak bisa diatur. Kadangkala kebandelan yang anak itu lakukan juga merugikan kita dan sekitarnya. Namun saat mengadukan pada orangtua mereka agar anaknya bisa lebih tenang, responnya justru :

“Maklum, masih anak-anak.”

Aduh! :rage:

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, menurut Youdict,

  • Apakah normalisasi perilaku bandel mereka dapat berdampak negatif pada perkembangan anak bahkan mungkin hingga mereka dewasa?
  • Atau justru perilaku tersebut dapat memberi dampak positif pada perkembangan mereka karena bisa menambah pengalaman dan eksplorasi?
  • Apakah yang sebenarnya harus dilakukan ke anak yang bandel saat masih kecil?
1 Like

Kalau menurut aku untuk “selalu” memaklumi tingkah bandel anak-anak kurang tepat sih. “Sesekali” anak perlu ditegur. Bila tidak bagaimana ia tahu apa yang dilakukan salah atau benar? Dengan menegur kebandelan anak juga dapat melatih anak untuk lebih mempertanggung jawabkan perbuatannya. Nah, kadang juga beberapa orang terlalu sibuk sehingga hanya mengiyakan semua kelakuan dan keinginan anak yang aneh-aneh. Anak kecil dapat membandel sebagai bentuk merajuk agar dapat diperhatikan. Jika ia telah merajuk namun hanya dimaklumi sebagai hal yang wajar saja, bukankah anak akan lebih kesal

Namun, benar juga bahwa “sesekali” kita perlu memaklumi tingkah nakal ataupun kesalahan anak. Sebab bila kita menegur terus-menerus, bisa saja anak merasa terkungkung dan pada akhirnya benar bahwa anak akan takut untuk bereksplorasi dan berpikir terlalu monoton yang menghambat kreativitasnya.
Intinya, antara memaklum kebiasaan buruk anak dan menegurnya, kurasa keduanya diperlukan dalam jumlah seimbang