Istilah-istilah yang ada pada produk kecantikan

Memilih produk kecantikan tidak bisa sembarangan. Harus dilihat komposisi bahan yang dipakai dan formulanya, apakah cocok dengan jenis kulit. Saat melihat kemasan produk tersebut, mungkin banyak yang belum sepenuhnya paham dengan istilah yang tertulis pada label.

Hypoallergenic

Istilah ini bersinonim dengan frasa “allergy-friendly”, yang artinya produk tersebut less allergenic atau mengurangi risiko timbulnya alergi bagi pemakainya. Tidak ada standarisasi hypoallergenic secara resmi karena setiap produk memiliki komposisi bahan yang berbeda. Yang perlu dicatat, hypoallergenic tidak berarti produk tersebut sama sekali tidak menimbulkan alergi. Pada dasarnya, alergi merupakan gangguan sistem imun. Sehingga efek atau reaksi alergi yang ditimbulkan produk berlabel hypoallergenic pada setiap individu bisa berbeda. Hanya saja hypoallergenic lebih menekankan bahwa produk tidak menimbulkan alergi sebanyak produk yang tidak berlabel tersebut.

Non-comedogenic

Secara harfiah berarti tidak menyumbat pori-pori, sehingga produk dengan formula ini tidak akan menimbulkan komedo dan mengurangi munculnya jerawat. Meski begitu, produk non-comedogenic belum teruji klinis di FDA, dalam artian produk seperti ini tidak memiliki pakem dalam mengurangi timbulnya jerawat. Ini karena banyak sebab munculnya jerawat, seperti hormon atau infeksi bakteri. Biasanya produk non-comedogenic dibuat dari lanolin alami sebagai pengganti lanolin sintetik. Reaksi lanolin pada setiap individu bermacam-macam, ada yang wajahnya langsung berkomedo, ada yang tidak.

Silky Smooth

Jika membaca label kemasan yang mengatakan bahwa produk tersebut dapat membuat wajah lembut dan halus, thanks to silicone sebagai salah satu bahannya. Coba cek labelnya, perhatikan setiap inchi bagian komposisi bahan. Kalau ada yang berakhiran ‘cone’ atau ‘one’, maka itu adalah silicone yang akan memberi sensasi lembut seperti silk dan velvet pada kulit dan rambut.

Natural

Industri kecantikan tengah didominasi produk berlabel natural. Karena, siapa yang tak suka pakai produk berbasis natural yang tentu lebih aman di kulit? Faktanya tidak ada guideline atau standar resmi suatu produk dapat dikatakan natural. Bila produk tersebut mengasumsi dirinya natural, mungkin itu bagian dari marketing. Untuk tahu apakah produk itu benar-benar natural, educate yourself dengan membaca label secara mendetail.