Ilmuwan Temukan Antibiotik Ampuh Melawan Infeksi di Tanah

Dalam upaya menemukan molekul bakteri yang berpotensi sebagai obat, para ahli mikrobiologi mengamati lebih dari 2.000 sampel tanah yang didapat dari tanah taman di New York.

Bagi para ahli mikrobiologi, tanah adalah lingkungan yang sangat kaya karena menyimpan beragam mikroorganisme. Di dalam satu gram tanah terdapat ribuan spesies bakteri.

Namun, sebagian besar bakteri tidak dapat beradaptasi dengan kultivasi atau pembiakan mikroba secara in vitro di laboratorium.

Untuk memecahkan masalah tersebut, kepala Laboratory of Genetically Encoded Small Molecules di Rockefeller University, Sean F. Brady bersama timnya membuat teknik untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya senyawa obat dari DNA mikroba di tanah.

Dengan metode tersebut, mereka tidak perlu membuat kultur dan hanya bergantung pada alat-alat berteknologi canggih seperti sekuensing DNA (pengurutan DNA) dan analisis komputasi.

Masalahnya, tanah memiliki kandungan DNA yang terlalu banyak untuk dianalisis sepenugnya.

Untuk itu, Brady menggunakan cara yang lebih kreatif untuk memilah semua informasi genetik dari tanah dengan mengkodekan obat-obatan yang diketahui.

Dalam hal ini, golongan antibiotik relatif baru yang hanya berfungsi dengan adanya kalsium. Obat-obatan tersebut diketahui tidak siap mendorong bakteri untuk membangun resistansi terhadap infeksi.

Salah satu urutan yang ditemukan para ilmuwan adalah menyandikan molekul-molekul malacidin. Mereka berhasil menguraikan struktur fisik senyawa tersebut, dan menemukan fungsinya berbeda dengan obat-obat antibiotik pengikat kalsium yang lain.

“Mereka adalah molekul baru yang belum pernah dilihat sebelumnya. Malacidin adalah antibiotik yang sangat umum di alam, setidaknya terdapat malicidin pada satu dari 10 sampel tanah yang diuji,” kata Brady dilansir Futurity, Jumat (6/4/2018).

Dalam laporan yang terbit di Nature Microbiology (12/2/2018), setelah diuji di laboratorium dan hewan, malicidin terbukti dapat menghapus banyak infeksi termasuk beberapa penyakit yang resistan terhadap antibiotik lain.

Selain itu, bakteri yang terpapar malicidin tidak mengembangkan rasistansi.

Meski demikian, Brady berkata masih diperlukan penelitian mendalam selama beberapa tahun ke depan untuk memastikan malacidin siap diuji secara klinis untuk manusia.

Diharapkan temuan ini suatu hari nanti benar-benar dapat membantu mengatasi krisis kesehatan masyarakat karena antibiotik yang ada di pasaran semakin tidak efektif melawan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi berbahaya.

Saat ini peneliti masih mempelajari molekul malacidin yang baru ditemukan untuk melihat apakah molekul ini lebih ampuh membunuh kuman.

“Semoga ini bisa dijadikan antibiotik baru. Jika terapi baru tidak ditemukan, kematian di seluruh dunia akibat infeksi yang tidak dapat diobati sangat mungkin meningkat sampai sepuluh kali lipat pada 2050. Diharapkan penelitian ini dapat membantu membalikkan ramalan tersebut,” ujar Brady.

Sumber: