Ilmu Abdan Dan Ilmu Adyan

Taman Surga

Setiap ilmu yang dipelajari di dunia ini melalui belajar dan berusaha adalah ilmu tentang badan ( Abdan ), sedangkan ilmu yang didapat setelah mati adalah ilmu tentang agama atau jiwa ( Adyan ). Mengetahui ilmu tentang “Akulah Allah” adalah ilmu Abdan, sementara menjadi “Akulah Allah” adalah ilmu Adyan . Melihat cahaya lampu dan api adalah ilmu Abdan, sedang terbakar oleh api atau cahaya lampu adalah ilmu Adyan. Setiap apa yang terlihat adalah ilmu Adyan , sementara setiap esensi dari ilmu untuk melihat itu adalah ilmu Abdan .

Terkadang kamu mengatakan bahwa yang nyata adalah yang terlihat dan dapat diobservasi, sedangkan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu fantasi. Misalnya, seorang arsitek berpikir dan membayangkan sebuah bangunan sekolah. Sebesar apa pun kebenaran dan ketepatan pikiran assitek itu, ia tetaplah khayalan. Khayalan itu akan menjadi nyata jika sang arsitek mewujudkan bangunan sekolah yang dikhayalkannya itu.

Sekarang terdapat perbedaan antara satu khayalan dengan khayalan yang lain: khayalan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali berbeda dengan khayalan para sahabat lainnya. Antara satu khayalan dengan khayalan lain memiliki perbedaan besar. Arsitek yang mahir mengkhayalkan bangunan rumah dan orang lain yang bukan arsitek juga mengkhayalkan bangunan yang sama, namun ada perbedaan besar di antara keduanya, karena khayalan sang arsitek lebih mendekati kenyataan. Demikian juga yang terjadi di dunia realitas, dunia hakikat, dan dunia penglihatan, ada perbedaan besar antara satu penglihatan dengan penglihatan lainnya.

Demikianlah, sebagaimana dikatakan bahwa ada tujuh ratus selubung kegelapan dan tujuh ratus selubung cahaya. Semua yang bergerak ke dunia khayalan adalah selubung kegelapan, dan semua yang bergerak ke dunia realitas adalah selubung cahaya. Meski demikian, selubung- selubung kegelapan—yang berupa khayalan— itu tidak dapat dipahami perbedaannya dan tidak dapat dilihat karena kelembutannya yang terus bertambah. Meskipun ada perbedaan yang kuat dan mendalam di dunia realitas, tetapi perbedaan itu tetap saja tidak dapat dipahami.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum