Hubungan Cedera Kepala dengan Kriminalitas

Ada tinjauan menarik antara cedera kepala dengan kejahatan.

Gabungan pakar otak Inggris menyebut bahwa sebagian besar penjahat menderita cedera pada kepala mereka. Menurut mereka, cedera itu menjadi pangkal pemicu terjadinya sebuah pelanggaran atau kriminalitas.

Gabungan pakar otak Inggris menyebut bahwa sebagian besar penjahat menderita cedera pada kepala mereka. Menurut mereka, cedera itu menjadi pangkal pemicu terjadinya sebuah pelanggaran atau kriminalitas. Analisis tersebut terungkap dari penelitian para ahli yang terdiri dari spesialis otak universitas Oxford, Exeter, Manchester, Glasgow dan Sheffield serta Pusat Kesehatan Mental yang memeriksa secara rutin tanda-tanda cedera otak traumatis. Tinjauan yang kemudian dipublikasikan dalam The Lancet Psychiatry kemudian menyimpulkan bahwa benjolan kepala karena jatuh, serangan atau kecelakaan di jalan dapat menyebabkan luka saraf yang mengubah struktur otak dan meningkatkan risiko melakukan kekerasan. Cedera kepala ini merusak bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengaturan diri, kontrol implus serta perilaku pro-sosial. Dan dari studi itu mereka mengklaim, sebagaian besar orang yang ditahan telah mengalami beberapa cedera kepala di masa lalu, mulai dari yang ringan sampai yang parah.

Beberapa penjahat Inggris yang paling terkenal seperti Fred West dan Ronnie Kray juga mengalami cedera kepala. Peneliti juga menemukan contoh lainnya pada kasus para veteran Perang Vietnam. Meski tidak menyebut pernah memiliki riwayat kriminalitas, peneliti mengungkap bahwa pada mereka menderita cedera otak di bagian depan kepala mereka, area yang terlibat dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pengaturan emosional dan mereka menjadi lebih agresif. Penelitian memunculkan pro dan kontra. Beberapa ahli lain berpendapat, sulit untuk memisahkan apakah trauma itu sendiri memang menyebabkan perilaku kriminal. Ryan Aguiar, Konsultan Neuropsikologi di Rumah Sakit Ashworth Secure di Liverpool, mengungkapkan, cedera otak tidak menyebabkan kejahatan meskipun ada lebih banyak tahanan dengan cedera kepala dan kerusakan kognitif.

Banyak faktor risiko terjadinya tidak pidana dan kekerasan yang sulit diuraikan sebab dan akibatnya. Meski begitu temuan ini bisa menjadi perspektif baru dalam dunia hukum. Tim peneliti berpendapat, mengidentifikasi cedera kepala lebih awal bisa membantu orang menerima perawatan yang tepat sehingga dapat mencegah kekerasan di masa depan. Mereka juga meminta sekolah, dokter serta rumah sakit untuk membantu mengidentifikasi anak-anak yang menderita luka kepala sebelum melakukan kejahatan. “Mengatasi cedera otak traumatis menawarkan sarana untuk tidak hanya memperbaiki kehidupan orang-orang tapi juga mengurangi kejahatan,” kata Profesor Huw Williams, peneliti dari University of Exeter.

Sumber: