Hitler dan Politik Demagog-nya Yang Rentan Memecah Belah Jalan

Adolf Hitler adalah seorang pemimpin kejam yang pernah meluluhlantakkan Eropa. Lantas mengapa pemimpin yang kejam seperti itu dapat mempengaruhi jutaan rakyat Jerman untuk mengangkatnya menjadi seorang Third Reich? Karena Hitler adalah seorang demagog. Sebagian besar demagog biasanya menggunakan cara-cara kepemimpinan otoritatif.

Jika anda pernah menonton film perang dunia, pasti banyak menemukan keterlibatan Jerman didalamnya. Sebut saja contohnya Inglorious Bastards, Downfall, dan Land of Mine. Ya dan masih banyak lagi. Tentunya ada hikmah dari film tersebut jika anda menatap dengan penuh konsentrasi. Meskipun demikian, rasa yang dibawakan aktor tidak juga gagal. Hampir semuanya disesuaikan murni dengan peristiwa saat itu.

Coba kalian pahami, bagaimana seseorang seperti Hitler bisa menjadi sangat kejam sekaligus baik? Baik dalam artian ingin menjejakkan tanda jasa bagi negaranya dan partainya untuk dikenal superior selama berlatar di dunia klasik sampai modern. Ini bisa menjadi akibat dari penerapan sistem demagog yang kuat oleh beliau. Tentu saja sifatnya yang diktator juga banyak menimbulkan orang yang tidak sefrekuensi dengannya, alias cukup terdapat mayoritas yang ingin berdamai dalam peperangan secepat mungkin untuk kehidupan yang layak didapati semua manusia nantinya. Pemimpin demagogis kerap dan pasti yang menjadikan demokrasi paradoksal. Apa itu? Paradoks adalah situasi pernyataan benar dan salah pada saat yang bersamaan. Paradoks demokrasi adalah suatu situasi ataupun kejadian yang berulang tanpa awal dan tanpa akhir dalam bernegara. Atau bahasa mudahnya ketidakpastian dalam menjalankan suatu pemerintahan.

Dalam urusan hasut menghasut, demagog lah juaranya. Memang seorang demagog dalam perpolitikan dengan mudah dapat memanfaatkan emosi dan reaksi volutabilitas rakyat. Inilah yang berbahaya dari seorang demagog. Rakyat tak lagi memiliki pemikiran kritis. Rakyat menjadi mobil dan aktor yang buta terhadap fakta yang ada. Inilah yang memicu Hitler untuk frustrasi menjelang perjuangan mengeskpansi wilayah sekaligus mempertahankan teritorinya dari serbuan bangsa di dunia. Citra Hitler semakin menurun dan rakyatnya juga yang selama ini bergantung pada Hitler. Di film Downfall versi Jerman, akhirnya beliau berhutang untuk keberlangsungan negara beserta warganya dan diselimuti dengan meninggalkan jejak bunuh diri. Hal ini membuat pekerja dan berbagai aktor sipil tentu terkejut. Hasilnya Jerman takluk total sejak mengakar kuat selama peperangan.

Menurut kalian, apakah demagog masih muncul di Indonesia? Bagaimana cara mengantisipasinya kalau belum terjadi? Berikan responmu ya.

sumber: Demagogi dan Paradoks Demokrasi - AnalisaDaily.com

1 Like

demagog gemar melakukan tipu daya dalam meraih kekuasaan yang strategis, dan apabila sudah menjabat, mrk akan cenderung berlaku seolah2 sedang memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan rakyat utk menenangkan masyarakat, padahal yang mereka lakukan adalah mengejar kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompoknya.
hal ini memang cukup berbahaya, terutama masyarakat yang belum cukup melek thd isu2 politik yg biasanya akan dijadikan sasaran empuk. maka dr itu penting untuk meningkatkan kesadaran politik thd seseorang, terutama anak2 muda yg terkadang masih apatis dan biasanya juga dijadikan sasaran para politikus.