Seperti kita pahami bersama bahwa kita selalu berdampingan dengan keragaman. Baik dari segi karakter, wajah, sifat, pemikiran, budaya, dan lain sebagainya. Keragaman tersebut terkadang bisa menjadi sesuatu kekuatan atau malah bumerang tergantung bagaimana kita menyikapinya. Begitu pula di dalam dunia kerja. Maka penting bagi setiap orang untuk bisa memahami lingkungannya. Salah satu teori yang bisa membantu untuk berkomunikasi adalah social style.
Social Style (gaya sosial) merupakan nama instrumen psikometri yang dapat membantu kita lebih memahami orang lain melalui dasar pengambilan keputusan dan kontrol mereka. Model ini menggunakan dua dimensi, yaitu assertiveness dan responsiveness untuk mengidentifikasi empat gaya sosial. Social Style sendiri terbagi menjadi empat jenis, yaitu Driving, Expressive, Amiable, dan Analytical dan setiap orang harus mengetahui dan mengenali social style pada dirinya sendiri seperti apa. Pemahaman terkait social style dipercaya dapat membantu seseorang mengembangkan hubungan, terutama di tempat kerja.
Jadi bagaimana tanggapan kalian? Haruskah seseorang mengikuti social style di tempat kerja?
Menurutku meneyesuaikan diri dengan social style di tempat kerja lebih tepat. Dengan menyesuaikan diri terhadap social style di tempat kerja akan sangat berperan penting dalam menciptakan kelancaran dalam segala aspek yang berjalan di tempat kerja. Tetapi kembali lagi pada diri kita sendiri, kita harus tetap selektif. Yang terpenting adalah, kita harus tetap memiliki integritas agar mendapat kepercayaan.
Bila dikatakan harus, sebenarnya tidak harus. Namun, jika Anda menerapkan ilmu ini di tempat kerja tidak ada salahnya. Dengan mengetahui bagaimana memahami seseorang bila suatu saat Anda ditunjuk menjadi pemimpin maka Anda bisa menuntun tim Anda untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Meskipun Anda tidak menjadi pemimpin, hal ini juga penting dalam melihat seseorang sehingga Anda bisa memilih-milah orang yang menurut Anda sesuai dengan Anda. Jadi tidak ada salahnya untuk menerapkan social style di tempat kerja.
Mungkin lebih tepatnya, kita âmenyesuaikanâ social style tersebut daripada âmengikutiâ. Kita tahu bahwa ketika semasa kuliah atau sekolah pun, atau berada di dunia kerja nantinya akan bertemu orang-orang yang tentunya memiliki karakter atau budaya kerja mereka masing-masing. Menurut saya, kita harus terlebih dahulu mengetahui social style yang ada dalam diri kita, dengan begitu kita bisa menyesuaikan diri kita dengan karakter lainnya di lingkungan tersebut sehingga tetap terciptanya work environment yang baik dan mengembangkan ide-ide yang kita punya karena dari berbagai perspektif dan pemikiran yang berbeda pula.
Menurut saya, lebih tepatnya untuk kita harus menyesuaikan dengan social style yang ada di tempat kerja. Di tempat kerja ini, kita pasti bertemu dengan berbagaimacam orang, mulai dari perbedaan suku, agama, dan budaya, serta karkternya. Jadi disini lebih tepatnya menurut saya bukan mengikuti, tapi menyesuaikan socail style dengan mereka yang berada di sekitar kita.
Menurut saya, lebih menyesuaikan diri dengan social style yang ada di tempat kerja. Dengan menyesuaikan diri dapat membuat seluruh aspek ditempat kerja berlangsung dengan lancar. Pada saat ditempat kerja bertemu pastinya bertemu dengan orang yang memiliki karakter, wajah, perilaku, dan lain sebagainya yang berbeda-beda. Maka lebih tepatnya, menyesuaikan diri dengan gaya sosial yang ada ditempat kerja bukan untuk mengikuti gaya sosial di lingkungan kerja tersebut.
Lingkungan kerja tentunya sangat beragam ya, baik karakter orang dan latar belakangnya. Lalu apakah harus mengikuti social style tertentu di tempat kerja? Tergantung.
Jika gaya sosial kita bisa mengakomodasi segala dinamika di tempat kerja, rasanya tidak mengikuti social style yang berlaku tidak masalah. Seperti yang sudah disampaikan
Jika semua anggota di tempat kerja itu menyelaraskan gaya sosial mereka, yang ditakutkan terjadi adalah cara berdiskusi dan pengambilan keputusan dirasa akan sulit karena semuanya berpegang pada satu social style yang sama. Justru menurut saya, keberagaman social style di tempat kerja lah yang akan berperan untuk saling melengkapi, memahami, juga belajar dari kebiasaan dan perspektif yang berbeda.
Namun, dalam beberapa keadaan, memang ada saatnya seseorang dituntut untuk merefleksikan kebiasaan di tempat kerjanya (social style yang digunakan), misalnya ketika bertemu dengan kolega atau rival bisnis, sebagai suatu ciri khas/identik yang menggambarkan tempat kerja tertentu.
Saya jadi ingat sebuah pepatah âdimana langit dipijak, disitu bumi dijunjungâ. Ada lagi sebuah pepatah Bahasa Inggris yang maknanya kurang lebih sama âwhen in Rome, do as Romans doâ. Artinya apa? Dua pepatah diatas mengajak kita untuk beradaptasi terhadap kebiasaan dan adat di tempat dimana kita berada.
Hal tersebut juga dapat diterapkan dalam setting lingkungan kerja. Sebagaimana teman-teman lain katakan, mengikuti kebiasaan di tempat kerja, salah satunya dalam hal ini social style, dapat membuat seluruh aspek, urusan dan proses di tempat kerja menjadi lebih lancar.
Tapi pertanyaannya, apakah harus? Menurut saya sih tidak. Itu tergantung dari pilihan masing-masing. Mempertahankan style sendiri di tengah lingkungan kerja yang style nya berbeda, saya pikir adalah sesuatu yang bagus. Itu tandanya orang tersebut memiliki pendirian dan kepribadian nya sendiri, bukan hanya ikut arus dan tidak punya stance sendiri. Mempertahankan individuality di tempat kerja, mengapa tidak?
Tidak harus, justru yang diharuskan adalah kemampuan menyesuaikan dengan social style di tempat kerja. Hal ini terjadi karena akan banyak orang yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan kita, mulai dari cara berpikir, faktor budaya, yang mana kita harus menyesuaikan diri dengan orang-orang seperti ini di tempat kerja. Itu sebabnya, ada beberapa perusahaan yang meminta calon pelamar merupakan seorang yang mudah beradaptasi, dalam artian mereka dapat segera menyesuaikan diri dengan budaya di lingkungan kerja maupun social stylenya.
Menurut aku sendiri kita tidak perlu mengikuti style orang lain di tempat kita bekerja, tetapi hal ini dapat menjadi cara kita untuk memahami lingkungan kerja kita agar kita dapat menjadi bagian dari lingkungan kita bekerja. Inipun dapat menjadi cara kita untuk masuk ke kelompok tertentu dalam suatu lingkungan kerja yang mungkin akan menguntungkan kita di masa depan.