Haruskah Saya Menerima Ini Semua?

Accept everything about yourself.

Pembahasan mengenai kesehatan mental tidak akan pernah ada habisnya. Kesehatan mental akan terus berputar pada lingkup yang sama, manusia. Manusia itu seperti labirin yang menyembunyikan banyak rahasia dan kebohongan. Sebuah kata “Tidak apa-apa” yang dibarengi dengan senyuman adalah salah satu contoh dari kebohongan itu. Tidak ada seorang pun yang merasa tidak apa-apa. Di setiap harinya rintangan, ujian, kesakitan dan masalah pasti selalu ada.

Sering kali kita mendengar atau bahkan merasakan sendiri bagaimana rasanya tekanan itu. Tidak bisa diungkapkan dengan mudah, ya itulah rasanya. Bahkan ada masanya dimana seseorang sudah merasa tidak punya harapan lagi hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.


Sumber: https://databoks.katadata.co.id

Data menunjukkan pada rentang waktu 2007 hingga 2017 angka bunuh diri di usia 70 tahun ke atas mengalami peningkatan. Selain di usia tersebut, rentang usia 5 tahun sampai 69 tahun mengalami penurunan tingkat bunuh diri. Meskipun demikian, data selanjutnya yang diambil pada tahun 2015 menunjukkan tingkat keinginan pelajar untuk bunuh diri cukup besar dimana pada rentang usia 13 – 17 tahun merupakan masa-masa yang seharusnya diisi oleh hal-hal positif.

data pelajar bunuh diri
Sumber: www.bbc.com

Dari data tersebut pelajar yang telah melakukan percobaan bunuh diri didominasi oleh siswa laki-laki. Sedangkan pelajar yang mempertimbangkan untuk bunuh diri didominasi oleh siswa perempuan. Jenis kelamin, umur, pekerjaan, ataupun latar belakang tidak bisa dijadikan patokan tingkat depresi seseorang.

Sebenarnya hal apa yang membuat seseorang ingin mengakhiri hidupnya? Mengapa bisa terlintas pemikiran untuk mengakhiri hidup? Jawabannya sederhana, yaitu merasa sendirian atau dalam istilah lain, kesepian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. John Cacioppo, seorang psikolog di University of Chicago di Amerika Serikat, kesepian sangat berkaitan dengan genetik (sifat). Selain itu, pengucilan, perundungan, perceraian, dan kematian orang terdekat juga biasanya menjadi penyebab umum kesepian. Banyak sekali hal yang dapat memicu seseorang untuk merasa kesepian yang apabila dibiarkan berlarut-larut bisa mengakibatkan depresi.

Dahsyatnya Rasa Sepi

Mari kita ingat kembali, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk melamun kemudian berfikir Mengapa aku merasa sendiri? Tidak ada yang menolongku dalam beberapa hari terakhir ini? Jika sering, maka berarti anda kesepian. Kita cenderung memikirkan apa saja sebelum tidur. Begitu pula saat kita merasa sendirian. Peristiwa yang terjadi seharian itu, kejadian memalukan, ataupun omongan orang lain yang bahkan tidak kita ingat pernah ada pun bisa saja muncul kembali. Dan hal itu akan terus berulang apabila dibiarkan. Rasa berjuang sendiri, merasa tidak dihargai, merasa tidak berguna, dan merasa semua hal tidak berjalan sesuai rencana akan memicu munculnya pikiran-pikiran negatif yang kemudian tertanam dalam otak kita.

“Kamu seharusnya berjuang lebih keras, jangan malas!”

“Kamu yakin bisa lolos? Nilai kamu pas-pasan begitu.”

Miris sekali, ya. Seakan-akan tidak ada seorang pun yang mengerti. Kita mengerti bahwa setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Kita tahu bahwa hati adalah bagian yang paling rapuh. Tetapi, hanya sedikit orang yang paham betapa pentingnya kesehatan mental. Sama dengan sedikitnya penghargaan terhadap kerja keras orang lain.

“Pemikiran bunuh diri itu sendiri tidak serta-merta akan menjadi percobaan bunuh diri. Kita lihat, apakah orang yang berpikir bunuh diri punya support system, terhubung atau tidak. Pun terhubung tidak harus dengan orang-orang di sekitarnya. Terhubung juga bisa berarti terkoneksi dengan hal-hal yang menurut dia berharga, misalnya cita-cita yang masih ingin dia kejar.” papar Benny Prawira, Pendiri Komunitas Pencegahan Bunuh Diri “Into The Light” kepada BBC Indonesia.

Kenyataannya, kita tidak bisa mengharapkan seseorang melakukan apa yang kita inginkan. Hanya diri sendirilah yang bisa memenuhinya. Karena itu, sudah seharusnya kita sadar akan kesehatan mental masing-masing. Sadar saat kita merasa kesepian dan kemudian berusaha untuk melawannya, bukan mengingkarinya. Kuncinya adalah menerima. Selama seseorang menerima keadaannya, maka akan terbuka pula jalan untuk menyelesaikan keadaan tersebut.

But by not asking for help and seeking support when you really need it, you are only putting more pressure and stress on yourself.Thrive Global

Tidak ada salahnya untuk meminta pertolongan. Meminta pertolongan berarti sadar akan kemampuan kita. Tidak perlu banyak orang untuk memahami keadaan kita, cukup orang-orang yang bisa kita percaya.

“Kalau mau mendengarkan teman-teman yang punya pemikiran bunuh diri dan kamu tidak tahu harus ngomong apa, lebih baik tidak ngomong apa-apa. Temani dia, hadirlah untuk dia. Setidaknya dia tahu dia tidak sendirian.” papar Putri, seorang penyintas bunuh diri kepada BBC Indonesia.

Tentang Menerima

Saya sendiri pernah merasa tertekan karena masa lalu saya. Di saat tugas kuliah sedang deras-derasnya datang, di suatu malam tiba-tiba saya teringat akan ucapan salah satu anggota keluarga saya. Bisa dibilang beliau melakukan body shamming ketika saya masih di sekolah dasar, dan hal itu tertanam pada otak saya. Hari-hari saya berjalan seperti biasa, tidak ada tanda-tanda saya trauma. Tetapi diam-diam saya sering menangis di malam hari ketika tidak sengaja mengingat hal tersebut. Lelah tentu saja, hingga akhirnya saya memutuskan bercerita pada seorang sahabat. Awalnya saya ragu untuk menceritakan hal yang sangat pribadi ini. Senangnya, sahabat saya itu mengerti betul apa yang saya rasakan.

Ya, bisa dibilang saya sangat beruntung mendapatkan sahabat yang bisa mengerti. Istilahnya, saya mendapatkan support system saya. Support system tidak mudah untuk didapatkan. Support system akan ada ketika kita membuka diri. Salah satu hal yang bisa saya maknai dari apa yang terjadi adalah,

“Kita tidak akan menjadi lemah hanya karena satu, dua, ratusan, ribuan atau bahkan jutaan tatapan yang merendahkan kita. Sakit yang telah kita alami, tekanan yang kita rasa, dan keletihan yang kita hadapi semuanya hanya butuh pelukan. Kita hanya perlu menerima. Kita hanya perlu memahami apa yang terjadi. Hingga akhirnya semua yang terjadi ini bisa kita peluk dengan tangisan bahagia. Penerimaan bukan berarti menyerah. Itulah keikhlasan, kesadaran juga kelapangan hati.”

Referensi

1 Like