Hal-hal apa saja yang mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal (Interpersonal Attraction)?

Ketertarikan Interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.

Ketertarikan interpersonal mengacu pada perasaan-perasaan positif terhadap orang lain. Ahli-ahli psikologi menggunakan istilah ini untuk mencakup berbagai pengalaman, termasuk rasa menyukai, pertemanan, kekaguman, ketertarikan seksual, dan cinta (Dayakisni & Yuniardi, 2008; Matsumoto, 2008).

Hal-hal apa saja yang mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal (Interpersonal Attraction)?

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, dikutip dari situs psikologi, yaitu:

####1. Komunikasi efektif

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama.

Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.

####2. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal.
Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil.

Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.

####3. Kepribadian

Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan.

Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakter atau sifat yang dibawanya.

####4. Stereotyping

Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan.

Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas.

Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.

####5. Kesamaan karakter personal

Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama.

Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.

####6. Daya tarik

Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik.

Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.

Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.

####7. Ganjaran

Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya.

Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.

####8. Kompetensi

Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian

Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat.

Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan.

Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression).

Berikut adalah hal-hal yang menentukan ketertarikan interpersonal antar manusia sebagai makhluk sosial :

1. Efek Kedekatan

Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan (proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis, 1998).

Pada tahun 1950, satu tim psikolog sosial (Leon Festinger, Stanley Schachter, dan Kurt Back) meneliti efek kedekatan di sebuah apartemen besar yang dikenal sebagai Westgate West. Apartemen ini memiliki 17 bangunan terpisah dua lantai, masing- masing memiliki 10 apartemen. Penghuni apartemen adalah mahasiswa MIT yang telah berkeluarga. Mereka menempati apartemen tersebut secara acak, tidak memilih sendiri, sehingga tidak saling mengenal pada awalnya.

Dalam penelitian tersebut para penghuni diminta menyebutkan 3 orang teman dekatnya yang ada di sekitar tempat tinggalnya (apartemen). Hasilnya menunjukkan adanya ‚propinquity effect‛:

Sebanyak 65% menyebutkan sahabat yang tinggal dalam gedung yang sama, meskipun gedung yang lain tidak jauh.

image

Keterangan : Lebih khusus, pola persahabatan di dalam gedung dapat digambarkan sebagai berikut : mereka yang merupakan teman dekat, sebanyak 41% tinggal bersebelahan; 22% tinggalnya terpisah dua pintu, dan hanya 10 persen yang tinggal di ujung lorong berlawanan.

Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata, melainkan juga karena ‘jarak fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering.

Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita menyukainya.

Keakraban Jarak Jauh : Dengan menggunakan Komputer

Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu. Keakraban dan jarak fungsional ditentukan oleh layar komputer. Apakah terdapat perbedaan antara hubungan yang dijalin via computer dibanding dengan yang dibentuk dalam kehidupan sehari-hari? Berbagai riset telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tsb.

Dalam salah satu penelitian, partisipan secara random dirancang untuk bertemu dengan salah satu cara: bertatap muka atau melalui internet.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang berkenalan melalui internet lebih saling tertarik dibanding mereka yang berjumpa secara langsung (tatap muka).

Bagaimanapun, ketika berjumpa melalui internet, ketertarikan berkembang melalui kualitas percakapan, sedangkan mereka yang berjumpa secara langsung dengan tatap muka ketertarikannya lebih tergantung pada daya tarik fisik (Mc Kenna, Green, & Gleason, 2002).

Jika kita bertemu dengan orang baru secara tatap muka kita segera melihat penampilan fisiknya. Sebaliknya, ketika orang bertemu online, mereka dapat menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya, seperti rasa gugup saat berada dalam situasi sosial.

Anonimitas internet dapat memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri riil mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin persahabatan awal dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.

2. Kesamaan

Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan?

Para peneliti membedakan adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan.

  • Close- field situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dan sebagainya.
  • Open-field situations : situasi dimana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka.

Bagaimanapun situasinya, kadang dibutuhkan hal yang dapat melumasi hubungan untuk berkembang menjadi lebih erat atau menjadi hubungan percintaan. ‛Minyak pelumas‛ itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dan sebagainya.

Beberapa kesamaan yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap ketertarikan seseorang antara lain :

  • Kesamaan Opini dan Kepribadian
    Berbagai hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bila kita mengetahui pendapat/opini seseorang mengenai suatu isu, meskipun kita belum pernah bertemu, semakin sama opini tersebut dengan opini kita maka akan semakin tertarik antara satu dengan lainnya. (misalnya, Birne & Nelson, 1965).

    Bagaimana bila dalam kondisi bertemu?

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesamaan demografis, nilai-nilai, sikap, dan kepribadian, merupakan hal yang menentukan ketertarikan untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut, menuju persahabatan ataupun hubungan percintaan.

  • Kesamaan Gaya Interpersonal
    Kita juga cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gaya interpersonal dan keterampilan komunikasi seperti kita. Hasil penelitian Burleson dan Samter (1996) menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang sama dalam berpikir mengenai orang-orang dan bagaimana mereka menyukai percakapan mengenai hubungan antar pribadi.

Orang yang memiliki keterampilan interpersonal tinggi (fokus pada aspek psikologis relasi sosial dan memandang relasi sosial sebagai hal yang kompleks) merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya juga tinggi, demikian pula orang yang memiliki keterampilan interpersonal rendah (fokus pada aspek instrumental/ apa yang terjadi secara aktual) merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya rendah.

  • Kesamaan Minat dan Pengalaman
    Berbagai riset menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang memiliki minat dan pengalaman yang sama. Misalnya, penelitian Kubitscheck dan Hallinan (1998) mengenai pola persahabatan pada mahasiswa, mereka cenderung lebih memilih teman yang memiliki pengalaman dan minat yang sama dengannya dibanding yang berbeda.

3. Kesukaan Timbal-balik

Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa.

Partisipan dipasangkan dengan orang yang belum dikenal sebelumnya, dan selanjutnya salah satu diantaranya menerima pesan khusus: sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya.

Ketika kemudian pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu sama lain saling berbicara, hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang yakin disukai pasangannya berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya, lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu, lebih hangat, dan lebih menyenangkan dibanding dengan individu yang berpikir dirinya tidak disukai.

Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.

4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan

Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik, ketertarikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Seberapa penting penampilan fisik dalam menentukan kesan pertama kita mengenai seseorang? Suatu penelitian klasik yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Selanjutnya dibahas pada topik Hal-hal apa saja yang mempengaruhi Physical Attractiveness dilihat dari sisi ilmu sosial?

Sumber : MM. Nilam Widyarini, “Ketertarikan Interpersonal”

Ketertarikan Interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.

Berikut adalah hal-hal penting yang mempengaruhi ketertarikan interpersonal,

Kekuatan Kedekatan: Repeated Exposure

Semakin dekat jarak fisik semakin besar pula kemungkinan dua orang atau lebih akan mengalami kontak secara langsung dan mengalami repeated exposure.

Repeated exposure adalah kontak yang terjadi secara terus menerus dengan sebuah stimulus. Riset Zajonc membuktikan bahwa paparan berulang terhadap stimulus apapun yang sedikit negatif, netral atau positif akan berakibat pada meningkatnya evaluasi positif terhadap stimulus tersebut.

Zajonc menyebutkan bahwa secara umum kita berespon dengan paling tidak sedikit rasa tidak nyaman ketika kita bertemu dengan siapa pun atau apa pun yang yang tidak dikenal atau tidak familiar. Stimulus yang baru dan menakutkan secara bertahap dapat menjadi aman dan dikenal. Wajah yang dikenal atau familiar tidak hanya dievaluasi secara positif namun juga menyebabkan aktivasi otak yang mengindikasikan respon emosi yang positif.

Namun demikian, jika dari awal emosi yang terkembang adalah sangat negatif maka repeated exposure tidak akan berarti apapun. Bahkan repetisi pertemuan dengan stimulus akan semakin memperburuk emosi negatif yang dirasakan.

Kedekatan Afektif: Emosi Positif dan Negatif

Keadaan emosional kita, apa pun itu, dapat memengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan, dan ketertarikan interpersonal. Emosi sendiri dalam psikologi juga dapat disebut dengan afek. Dua karakteristik afek yang paling penting adalah intensitas (kekuatan emosi) dan arah (apakah emosi tersebut positif atau negatif).

Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa emosi positif dan negatif mewakili dua dimensi terpisah dan berdiri sendiri yang terefleksikan pada penilaian diri. Jika dua dimensi emosional terpisah bisa saja bagi seseorang untuk merasakan campuran afek positif dan negatif pada saat yang bersamaan. Satu jenis emosi juga dapat meningkat atau menurun tanpa perlu memiliki akibat apapun terhadap yang lain.

Pemisahan emosi semacam ini memungkinkan kita untuk memberikan aspek yang signifikan di mana afek positif memungkinkan kita untuk mencari dan mengeksplorasi aspek baru dalam lingkungan. Sementara itu di saat yang bersamaan, afek negatif membantu kesiagaan dan kemungkinan mundur jika diperlukan.

Ada beberapa dasar afektif dan ketertarikan, yaitu:

  • Afek dan ketertarikan
    Cukup banyak eksperimen yang telah secara cukup konsisten menyebutkan bahwa afek positif mendorong evaluasi yang positif terhadap orang lain, yang sering kita sebut sebagai “rasa suka”. Sementara itu, afek negatif mendorong evaluasi negatif yang kita sebut sebagai “rasa tidak suka”.
    Afek memengaruhi ketertarikan dengan dua cara.

    • Cara pertama melalui efek langsung atau direct effect yang terjadi jika orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat kita merasa baik atau buruk. Oleh karena itu maka kita akan menyukai orang yang membuat kita merasa lebih baik, dan tidak menyukai orang yang membuat kita merasa buruk.
    • Efek lainnya adalah efek asosiatif atau associated effect yang terjadi ketika orang lain hadir pada saat di mana keadaan emosional kita positif atau negatif, untuk suatu alasan yang tidak ada hubungannya dengan orang yang sedang kita respons. Meskipun orang tersebut bukan penyebab dari apa yang kita rasakan, tetapi kita cenderung tetap mengevaluasi orang lain berdasarkan afek yang sedang kita rasakan.
  • Efek langsung emosi terhadap ketertarikan
    Afek postif yang dibangkitkan oleh repeated exposure dapat menentukan rasa suka, dan kita akan segera menggambarkan bagaimana ketertarikan didasarkan pada reaksi afektif terhadap penampilan, sikap, dan atribut-atribut lain seseorang.

  • Efek tak langsung emosi terhadap ketertarikan
    Sering kali, perasaan positif atau negatif yang kita rasakan tidak didasarkan pada apa yang dikatakan atau dilakukan oleh individu yang berinteraksi dengan kita. Sebaliknya, sumber- sumber emosi yang lain seperti pengalaman yang masih baru, keadaan fisik, atau suasana hati akan memengaruhi tidak hanya perasaan kita namun juga evaluasi spontan terhadap orang lain. Jika perasaan kita sedang positif maka kita akan menyukai individu lain yang sedang berada dekat dengan kita.

    Jika orang tersebut hadir ketika perasaan kita sedang negatif maka reaksi kita cenderung menjadi rasa tidak suka.

Konsekuensi lain dari afek negatif yang sedang kita rasakan adalah stigma.

Stigma adalah karakteristik pribadi yang dipersepsikan secara negatif oleh beberapa individu. Stigma dapat meliputi ras, usia, logat bicara, cacat fisik atau penyakit tertentu, ketidakmenarikan, kegemukan, hingga orientasi seks. Dalam beberapa kasus, stigma bahkan muncul karena asumsi yang tidak rasional.