Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat.
Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan.
Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression).
Berikut adalah hal-hal yang menentukan ketertarikan interpersonal antar manusia sebagai makhluk sosial :
1. Efek Kedekatan
Salah satu yang menentukan ketertarikan interpersonal adalah kedekatan (proximity, propinquity). Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita lihat dan kita jumpai, sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai (Berscheid & Reis, 1998).
Pada tahun 1950, satu tim psikolog sosial (Leon Festinger, Stanley Schachter, dan Kurt Back) meneliti efek kedekatan di sebuah apartemen besar yang dikenal sebagai Westgate West. Apartemen ini memiliki 17 bangunan terpisah dua lantai, masing- masing memiliki 10 apartemen. Penghuni apartemen adalah mahasiswa MIT yang telah berkeluarga. Mereka menempati apartemen tersebut secara acak, tidak memilih sendiri, sehingga tidak saling mengenal pada awalnya.
Dalam penelitian tersebut para penghuni diminta menyebutkan 3 orang teman dekatnya yang ada di sekitar tempat tinggalnya (apartemen). Hasilnya menunjukkan adanya ‚propinquity effect‛:
Sebanyak 65% menyebutkan sahabat yang tinggal dalam gedung yang sama, meskipun gedung yang lain tidak jauh.
Keterangan : Lebih khusus, pola persahabatan di dalam gedung dapat digambarkan sebagai berikut : mereka yang merupakan teman dekat, sebanyak 41% tinggal bersebelahan; 22% tinggalnya terpisah dua pintu, dan hanya 10 persen yang tinggal di ujung lorong berlawanan.
Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya tergantung pada jarak fisik yang nyata, melainkan juga karena ‘jarak fungsional’. Jarak fungsional menunjuk pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih sering.
Efek keakraban terjadi karena familiaritas (efek eksposur semata-mata). Semakin sering kita mengalami eksposur suatu stimulus, semakin besar kecenderungan kita menyukainya.
Keakraban Jarak Jauh : Dengan menggunakan Komputer
Komputer merupakan media komunikasi yang memberikan tempat baru bagi pengaruh keakraban. Kenyataannya, seseorang dengan jarak ribuan mil menjadi tidak berarti dengan adanya internet walau tidak bisa bertemu. Keakraban dan jarak fungsional ditentukan oleh layar komputer. Apakah terdapat perbedaan antara hubungan yang dijalin via computer dibanding dengan yang dibentuk dalam kehidupan sehari-hari? Berbagai riset telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan tsb.
Dalam salah satu penelitian, partisipan secara random dirancang untuk bertemu dengan salah satu cara: bertatap muka atau melalui internet.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang berkenalan melalui internet lebih saling tertarik dibanding mereka yang berjumpa secara langsung (tatap muka).
Bagaimanapun, ketika berjumpa melalui internet, ketertarikan berkembang melalui kualitas percakapan, sedangkan mereka yang berjumpa secara langsung dengan tatap muka ketertarikannya lebih tergantung pada daya tarik fisik (Mc Kenna, Green, & Gleason, 2002).
Jika kita bertemu dengan orang baru secara tatap muka kita segera melihat penampilan fisiknya. Sebaliknya, ketika orang bertemu online, mereka dapat menyembunyikan tampangnya dan ciri lain yang mungkin menurunkan daya tariknya, seperti rasa gugup saat berada dalam situasi sosial.
Anonimitas internet dapat memudahkan orang untuk mengungkapkan informasi personalnya. Sebagai akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri riil mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn McKenna dan rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin persahabatan awal dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.
2. Kesamaan
Bagaimana awal berkembangnya suatu hubungan?
Para peneliti membedakan adanya dua jenis situasi sosial: situasi yang tertutup (close-field situations) atau situasi yang terbuka (open-field situations) yang mendukung perkembangan hubungan.
- Close- field situations: situasi yang mendorong orang untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya, di kompleks perumahan, di tempat kerja, dan sebagainya.
- Open-field situations : situasi dimana orang bebas untuk merinteraksi maupun tidak, sesuai pilihan pribadi mereka.
Bagaimanapun situasinya, kadang dibutuhkan hal yang dapat melumasi hubungan untuk berkembang menjadi lebih erat atau menjadi hubungan percintaan. ‛Minyak pelumas‛ itu adalah kesamaan, seperti kesamaan kepribadian, minat, dan sebagainya.
Beberapa kesamaan yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap ketertarikan seseorang antara lain :
-
Kesamaan Opini dan Kepribadian
Berbagai hasil eksperimen telah menunjukkan bahwa bila kita mengetahui pendapat/opini seseorang mengenai suatu isu, meskipun kita belum pernah bertemu, semakin sama opini tersebut dengan opini kita maka akan semakin tertarik antara satu dengan lainnya. (misalnya, Birne & Nelson, 1965).
Bagaimana bila dalam kondisi bertemu?
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesamaan demografis, nilai-nilai, sikap, dan kepribadian, merupakan hal yang menentukan ketertarikan untuk mengembangkan hubungan lebih lanjut, menuju persahabatan ataupun hubungan percintaan.
-
Kesamaan Gaya Interpersonal
Kita juga cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gaya interpersonal dan keterampilan komunikasi seperti kita. Hasil penelitian Burleson dan Samter (1996) menunjukkan bahwa orang-orang cenderung tertarik dengan teman sepermainan yang sama dalam berpikir mengenai orang-orang dan bagaimana mereka menyukai percakapan mengenai hubungan antar pribadi.
Orang yang memiliki keterampilan interpersonal tinggi (fokus pada aspek psikologis relasi sosial dan memandang relasi sosial sebagai hal yang kompleks) merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya juga tinggi, demikian pula orang yang memiliki keterampilan interpersonal rendah (fokus pada aspek instrumental/ apa yang terjadi secara aktual) merasa cocok dengan orang yang keterampilan interpersonalnya rendah.
- Kesamaan Minat dan Pengalaman
Berbagai riset menunjukkan bahwa kita cenderung menyukai orang yang memiliki minat dan pengalaman yang sama. Misalnya, penelitian Kubitscheck dan Hallinan (1998) mengenai pola persahabatan pada mahasiswa, mereka cenderung lebih memilih teman yang memiliki pengalaman dan minat yang sama dengannya dibanding yang berbeda.
3. Kesukaan Timbal-balik
Kita semua merasa senang disukai. Hal ini cukup kuat menimbulkan ketertarikan, tanpa harus ada kesamaan. Kesukaan timbal-balik kadang terjadi karena self-fulfilling prophecy. Hal ini ditunjukkan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Curtis dan Miller (1986) dengan subjek mahasiswa.
Partisipan dipasangkan dengan orang yang belum dikenal sebelumnya, dan selanjutnya salah satu diantaranya menerima pesan khusus: sebagian partisipan diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya (dalam eksperimen) menyukainya, dan sebagian partisipan lainnya diberi pesan yang meyakinkan dirinya bahwa mahasiswa pasangannya tidak menyukainya.
Ketika kemudian pasangan tersebut diberi kesempatan untuk bertemu kembali, satu sama lain saling berbicara, hasilnya seperti yang diduga, yaitu bahwa mereka yang yakin disukai pasangannya berperilaku dengan cara yang lebih disukai pasangannya, lebih membuka diri, lebih sedikit ketidaksetujuan dalam mendiskusikan suatu isu, lebih hangat, dan lebih menyenangkan dibanding dengan individu yang berpikir dirinya tidak disukai.
Akibatnya, mahasiswa yang yakin dirinya disukai menjadi jauh lebih disukai oleh pasangannya bila dibanding mahasiswa yang yakin dirinya tidak disukai.
4. Ketertarikan Fisik dan Kesukaan
Selain kedekatan (propinquity), kesamaan, dan rasa suka timbal-balik, ketertarikan juga ditentukan oleh penampilan fisik. Seberapa penting penampilan fisik dalam menentukan kesan pertama kita mengenai seseorang? Suatu penelitian klasik yang dilakukan oleh Walster, Aronseon, Abrahams, dan Rottman (1996) menunjukkan pentingnya penampilan fisik dalam pembentukan kesan pertama. Selanjutnya dibahas pada topik Hal-hal apa saja yang mempengaruhi Physical Attractiveness dilihat dari sisi ilmu sosial?
Sumber : MM. Nilam Widyarini, “Ketertarikan Interpersonal”