Hal-hal apa saja yang membuat seseorang menjadi anak jalanan?

Anak jalanan

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Anak jalanan tinggal di jalanan karena dicampakkan atau tercampakkan dari keluarga yang tidak mampu menanggung beban karena kemiskinan dan kehancuran keluarganya. (PBB).

Hal-hal apa saja yang membuat seseorang menjadi anak jalanan ?

Rata-rata anak jalanan mengaku pergi ke jalan merupakan keinginan diri sendiri, Namun demikian motif tersebut bukanlah semata-mata motif biologis yang muncul dari dalam diri mereka melainkan juga di dorong oleh faktor lingkungan.

Menurut kalangan LSM peduli anak, beberapa penyebab anak turun ke jalanan adalah

  • Pertama, kondisi ekonomi keluarga yang miskin seringkali dipahami sebagai faktor utama yang memaksa anak turun ke jalan.

  • Kedua, kekerasan dalam keluarga. Kekerasan yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor penting yang mendorong anak untuk turun ke jalan. Hal ini bisa terjadi ketika keluarga mengalami berbagai masalah akibat beban ekonomi tidak tertahankan. Sebagian atau seluruh masalah keluarga itu kemudian terpaksa dibebankan kepada anak- anak mereka.

  • Ketiga, faktor lingkungan terbukti juga menjadi penyebab anak turun ke jalanan.Tidak sedikit anak dipaksa lingkungan untuk turun ke jalan. Ada kalanya sebelum terpengaruh faktor lingkungan, seorang anak memang berasal dari keluarga miskin, sehingga faktor lingkungan, seperti diajak teman atau bermasalah di sekolah, menjadi penguat alasan untuk turun ke jalan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah anak jalanan, antara lain : faktor kemiskinan (structural), faktor keterbatasan kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

Selain disebutkan sebelumnya, Ada beberapa aspek yang melatarbelakangi munculnya anak jalanan dibeberapa kota besar yang ada di Indonesia, yaitu aspek sosial ekonomi.

Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga, maka perlu diketahui aspek apa saja yang mendukung, sehingga bisa diketahui suatu kondisi sosial ekonomi keluarga. Aspek sosial ekonomi yang dimaksud di sini adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (ekonomi), juga faktor tradisi.

  • Pendidikan

    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh sebab itu, dengan pendidikan diharapkan agar setiap masyarakat bisa menggunakan akal pikirannya secara sehat, sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Dijelaskan bahwasanya pendidikan merupakan suatu usaha dari para pendidik untuk memberikan bantuan dalam memberikan arahan terhadap anak didik, sehingga mereka ada perubahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan masyarakat secara umum”.

    Pada dasarnya, pendidikan merupakan hal sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dari individu maupun dalam masyarakat. Karena pendidikan merupakan syarat untuk menjadi manusia berkualitas. Selain itu dengan memiliki pendidikan, masyarakat secara individu bisa meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat.

    Seperti halnya dengan nasib anak jalanan secara umum mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan secara layak. Kebanyakan mereka dari pendidikan rendah bahkan ada yang tidak pernah bersekolah, karena anak-anak ini harus bekerja di jalanan.

  • Ekonomi

    Kehidupan keluarga yang serba kekurangan mendorong anak untuk turun ke jalan untuk bekerja dan mencari uang, baik untuk diri sendiri maupun untuk kebutuhan orang tua dan keluarga.

    Alasan ekonomi menjadi penyebab utama dari sekian banyak anak jalanan. Terdorong keinginan untuk membantu ekonomi keluarga mereka terpaksa turun ke jalan.

    Lebih lanjut, Karnaji menyatakan setidaknya ada tiga hal yang mendorong anak jalanan turun ke jalan;

    1. motivasi muncul dari anak itu sendiri untuk membantu ekonomi keluarga;
    2. keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, dan
    3. dipaksa oleh orang tua untuk bekerja.
  • Tradisi

    Tradisi sering digunakan untuk menjelaskan keberadaan pekerja anak atau munculnya anak di jalanan. Bahwa anak-anak dari keluarga miskin tidak memiliki alternatif lain dan memang selayaknya bekerja. Sudah menjadi semacam aksioma kultural bagi banyak kalangan terutama di negara berkembang.

Referensi :

  • Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, Pedoman Penanganan Anak Jalanan, (Surabaya: Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur, 2001).
  • Wiwin Yulianingsih, Pembinaan Anak Jalanan di Luar Sistem Persekolahan: Studi Kasus Antusiasme Anak Jalanan Mengikuti Progam Pendidikan Luar Sekolah di Sanggar Alang-alang Surabaya, (Surabaya: Tesis, 2005).
  • Romlah, Psikologi Pendidikan Kajian Teoritis dan Aplikatif, (Malang: UMM Press. 2004).

Seiring dengan berkembangnya waktu, fenomena anak jalanan atau pekerja anak banyak terkait dengan alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kecilnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Pendapatan orang tua yang sangat sedikit tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka untuk ikut bekerja.

Menurut Mulandar (1996), penyebab dari fenomena anak bekerja antara lain:

  • Dipaksa orang tua,
  • Tekanan ekonomi keluarga,
  • Diculik dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa,
  • Asumsi dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain,
  • Pembenaran dari budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja.

Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan antara lain:

  • Kesulitan keuangan
  • Tekanan kemiskinan
  • Ketidakharmonisan rumah tangga
  • Hubungan orang tua dan anak

Kombinasi dari faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan hidup di jalanan.

Studi yang dilakukan Depsos Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) di Surabaya yang mewawancarai 889 anak jalanan di berbagai sudut kota menemukan bahwa faktor penyebab atau alasan anak memilih hidup di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah (28,2%) dan (28,6%) membantu pekerjaan orang tua (Suyanto, 2010).

Pada batas-batas tertentu, memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut penjelasan Baharsjah, kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di antaranya karena dipaksa oleh orang tua. Biasanya, anak-anak yang memiliki keluarga, orang tua penjudi dan peminum alkohol, relatif lebih rawan untuk memperoleh perlakuan yang salah. Pada kasus semacam ini, ibu sering kali menjadi objek perasaan ganda yang membingungkan. Ia dibutuhkan kasih dan perlindungannya, namun sekaligus dibenci karena perbuatannya (Farid, 1998).

Anak yang hidup dengan orang tua yang terbiasa menggunakan bahasa kekerasan seperti, menampar anak karena kesalahan kecil, melakukan pemukulan sampai dengan tindak penganiayaan. Apabila semuanya sudah dirasa melampaui batas toleransi anak itu sendiri, maka mereka akan cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Bagi anak jalanan sendiri, sub-kultur kehidupan urban menawarkan kebebasan, kesetiaan dan dalam taraf tertentu juga “perlindungan” kepada anak-anak yang minggat dari rumah akibat diperlakukan salah, telah menjadi daya tarik yang luar biasa.

Makin lama anak hidup di jalan, maka makin sulit mereka meninggalkan dunia dan kehidupan jalanan itu. Farid (1998)