Hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan pemeriksaan air minum?

Air minum

Air yang ada di alam hampir semuanya telah terkontaminasi dan tidak murni secara alamiah dengan berbagai bahan yang ada di alam, maka penting dalam keadaan bagaimanapun harus diusahakan agar memastikan bahwa air yang kita minum tidak tercemar oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Air yang dipergunakan untuk minum harus memenuhi syarat-syarat tertentu, sehingga telah menjadi kewajiban bagi setiap petugas kesehatan untuk dapat melakukan pemeriksaan air. Pada umumnya pemeriksaan tersebut dapat dilakukan secara rutin (terutama untuk air ledeng) ataupun secara tiba-tiba, misalnya pada wabah kolera. Tujuan dari pemeriksaan ini, pada umumnya berkisar pada pengukuran bakteri serta pengukuran zat kimia (baik untuk mengukur zat-zat kimia yang sengaja dimasukkan karena dibutuhkan tubuh, ataupun memeriksa zat-zat kimia yang terdapat dari alam untuk melihat apakah kadar yang diperbolehkan terlampaui atau tidak).

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air yang sehat:

  1. Survei saniter (sanitary survey)
  2. Pengambilan sampel (sampling)
  3. Pemeriksaan laboratorium: fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, radiologis

Cara pengambilan sampel air dapat dilakukan sebagai berikut :

  • Untuk air sumur
    Pertama-tama sediakan botol yang telah diikat dengan tali pada mulutnya yang cukup bersih. Kemudian turunkanlah botol tersebut kedalam sumur sampai kira- kira satu meter dibawah permukaan air. Dalam menurunkan botol, sama sekali tidak boleh menyentuh dinding atau bagian sumur lainnya. Angkatlah botol dengan segera, kemudian bakarlah mulut botol tersebut, lalu tutup dengan penyumbat botol yang steril. Buatlah catatan tentang tempat pengambilan, tanggal pengambilan, jam pengambilan, nama yang mengambil serta untuk pemeriksaan apa air tersebut diambil. Keterangan ini sangat diperlukan untuk pemeriksaan air selanjutnya.

  • Untuk air sumur pompa dan air ledeng.
    Sebelum mengambil airnya, mulut kran ataupun pompa harus dibakar selama 5 sampai 10 menit. Setelah itu bukalah kran dan biarkan air mengalir dengan deras selama kira-kira 5 sampai 10 menit. Dengan memakai botol yang telah dipersiapkan sebelumnya air tersebut lalu ditampung. Kemudian mulut botol penampung harus dibakar (bunuh kuman) sebelum ditutup dengan erat.

Pada botol tersebut diberikan catatan-catatan yang yang dianggap perlu untuk mempermudah pemeriksaan yang akan dilakukan.

  1. Pemeriksaan fisik

    Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut.

    • Turbiditas (kekeruhan)
      Air minum tidak boleh keruh, turbiditas dapat diukur mengunakan alat turbidimeter . Batasan turbiditas yang diijinkan harus kurang dari 5 unit.

    • Warna
      Pemeriksaan warna mengunakan alat kalorimeter. Batasan yang diijinkan untuk air minum harus kurang dari 15 unit.

    • Bau dan rasa
      Pemeriksaan bersifat subyektif terhadap air yang telah menjalani pengenceran serial.

  2. Pemeriksaan Bakteriologis.

    Pemeriksaan E.coli untuk mendeteksi kontaminasi air oleh faeses manusia. E.coli dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja sebab:

    • Jumlah E.coli cukup banyak dalam usus manusia dan sangat banyak dikeluarkan melalui tinja setiap hari sekitar 200-400 miliar.

    • E.coli lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.

    • E.coli lebih resistensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah.

    • E.coli sangat jarang sekali ditemukan dalam air, sehingga adanya E.coli dalam air menjadi bukti kuat terjadinya kontaminasi faeses manusia maka kesimpulannya sampel air pasti mengandung kuman usus patogen lainnya.

    Teknik pemeriksaan E. coli pada air minum ada beberapa teknik. Teknik yang biasa dipakai ialah :

    1. The Multipel Tube Fermentation Technique.
    2. The Membrane Filter Technique
    3. Primary Health Care Technique, prinsipnya hampir sama dengan membrane filter technique dan digunakan di lapangan pada saat terjadi wabah penyakit muntah berak . Cara ini dipakai sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia.
  3. Pemeriksaan Kimiawi
    Pemeriksaan kimiawi tergantung karakteristik kimia air minum berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia didalamnya. Berdasarkan International Standard of Drinking Water dari WHO yang sering dilakukan dalam pemeriksaan kimiawi dibagi dalam 4 kelompok:

    • Bahan-bahan toksik
      Batas maksimal (NAB = nilai ambang batas) yang diizinkan (dalam satuan mg/l)

      • Arsenik 0,05
      • Timbal 0,05
      • Kadmium 0,005
      • Merkuri 0,001
      • Sianida 0,05
      • Selenium 0,01

      Air yang mengandung bahan kimia di atas melampaui NAB tidak diperkenankan digunakan sebagai air minum untuk masyarakat.

    • Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan.

      • Flourida, merupakan bahan esensial untuk mencegah karies gigi pada anak- anak. Batas yang aman untuk flourida adalah 0,5- 0,8 mg/l. Zat kimia ini mempunyai dua nilai batas yang dapat menimbulkan efek merugikan dan menguntungkan untuk kesehatan gigi dan tulang. Konsentrasi berlebihan dalam air minum untuk jangka waktu lama dapat menimbulkan flourosis kumulatif endemik berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l dapat meningkatkan insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat.

      • Nitrat, dalam konsentrasi di atas 45 mg/l dapat membahayakan anak-anak akibatnya dapat menimbulkan metahemoglobinemia infantil.

      • Polynuclear Aromatic Hydrocarbon, zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasi-nya dalam air minum harus dibawah 0,2 μg/l.

    • Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air.

      Batas maksimal yang diperkenankan:

      • Perubahan warna 5 unit,
      • pH 7,0 – 8,5 : indikator zat metilen merah dan metilen biru,
      • total solid 500 mg/l,
      • total hardness 2 mEq/l,
      • Substansi :
        • Phenolic 0,001 mg/l
        • Besi 0,1 mg/l
        • Kalsium 75 mg/l
        • Mangan 0,05 mg/l
        • Magnesium 30 mg/l
        • Tembaga 0,05 mg/l
        • Sulfat ( So4) 200 mg/l
        • Zink 5 mg/l
        • Klorida 200 mg/l
    • Bahan kimia sebagai indikator pencemaran.

      • Klorida
        Semua sumber air yang ada termasuk air hujan mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi antar tempat dan yang paling tinggi terdapat di laut. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran Pemeriksaan kadar klor, dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama comprerator dengan zat orthotoluinine sebagai indikatornya. Dilihat perubahan warna yang terjadi pada tabung yang diberi zat indikator dan kemudian disesuaikan warna ini dengan warna standar yang terdapat pada comperator. Bila warna tersebut sama dengan warna standart, maka ini berarti kadar klor dalam air sebanyak 0,2 ppm.

      • Amonia bebas (free and saline ammonia).
        Merupakan hasil proses decomposisi benda-benda organik. Ditemukannya amonia bebas dalam air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang dan manusia. Nilai ambang batas (air minum) dibawah 0,05 mg/l.

      • Amonia albuminoid
        Merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. NAB 0,1 mg/l.

      • Nitrit
        Nitrit dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam air minum, bilamana ditemukan berarti telah terjadi pencemaran.

      • Nitrat
        Adanya nitrat dalam air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama. Nilai ambang batas 1 mg/l.

      • Oksigen adsorbed
        Kadar oksigen yang diabsorbsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate test terhadap kadar oksigen yang diabsorpsi oleh bahan-bahan organik dalam air. Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air pada temperatur 37o C dalam waktu 3 jam tidak boleh lebih dari besar 1mg/l.