Hal apa yang menginspirasi dari Ni Putu Rista?


Hal apa yang menginsirasi dari Ni Putu Rista ?

Nama Ni Putu Rista kini jadi topik pembicaraan di Besakih dan media sosial (medsos) lantaran memiliki skill yang jarang dimiliki orang. Bocah berusia 10 tahun ini kabarnya menguasai 21 bahasa asing. Putu Rista terdengar begitu fasih berbahasa asing untuk meyakinkan si turis membeli post card yang dijualnya. Bocah asal Banjar Kidulung Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, ini tak hanya menguasai satu bahasa asing tapi 21 bahasa asing sekaligus.

Anak yang tinggal di bawah kaki Gunung Agung ini sangat lincah bertutur dengan bahasa asing. Wisatawan yang ditawari kartu pos pun heran dengan kemampuan siswa kelas IV SD itu.

Saat menawarkan kartu pos, Rista mengunakan bahasa sesuai asal negera wisatawan. Dan itu dilakukan setiap hari secara terus menerus. Rista mengaku mengerti Bahasa Belanda, Denmark, Hongaria, Polandia, Slovakia, Luksemburg, Inggris, Jepang, Makedonia, Norwegia, Spanyol, Jerman, Portugal, Prancis, Italia, Rusia, Thailand, Korea, Rumania, Slovenia, dan Republik Ceko.

”Tambah Bahasa Bali dan Indonesia, jadinya 23,”. Dari 21 bahasa tersebut, empat bahasa sudah dikuasainya. Masing-masing Bahasa Prancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Setiap hari empat bahasa itu digunakan untuk menawarkankartu pos ke wisatawan. Pengunjung yang datang ke Besakih kebanyakan dari Prancis, Belanda, Inggris, dan Jerman. Untuk bahasa lainnya, belum sepenuhnya dikuasai karena belum lihai mengucapkannya. Sedangkan Bahasa Spanyol dan Jepang kini mulai lancar untuk diucapkan.

“Jika disuruh menawarkan post card atau kenalan dengan 21 bahasa, saya bisa. Kalau sudah bahas hal lain nggak bisa, tapi ngerti maksudnya,” terangnya.

Cara belajar bahasa asing.

Dara pasangan Ni Nyoman Parmi dan I Wayan David ini mengungkapkan, 21 bahasa yang dimengerti diperoleh secara otodidak. Bukan didapat dari sekolah, apalagi les private di rumah. Rista mengerti 21 bahasa asing dari wisatawan. Cara belajarnya dengan sistem tradisional. Tulis, terjemahkan, hafalkan. Ucapan wisatawan yang tak dimengerti, ditulis lalu diterjemahkan. Setelah itu dihafalkan, hingga benar-benar hafal.

Proses untuk menghafal kosakata dilakukan di luar jam sekolah sehingga tak menganggu aktivitas belajar di rumah dan di kelas. Perhari, 100 kosakata dari berbagai negara saya tulis, terjemahkan, dan dihafal. Kegiatan ini tak sampai menganggu sekolah atau belajar.

Proses untuk mempelajari 21 bahasa asing dilakukan sejak umur lima tahun. Saat itu Rista sudah berjualan dengan ibunya di kawasan Besakih.

Di umur tujuh tahun, bocah berperawakan kurus yang hidup sedarhana ini sudah mahir mengunakan Bahasa Prancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Dan sering digunakan berkomunikasi. Dengan harapan barang dagangannya laris terjual, Rista mempelajari bahasa negara lain ketika berumur delapan hingga sembilan tahun.

Sumber

Begini cara belajar 21 bahasa asing tanpa les privat, menurut Ni Putu Rista - SIMOMOT

Ni Putu Rista, mendadak dikenal banyak orang. Bocah asal Banjar Kidulung Kreteg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali ini jadi topik pembicaraan di media sosial (medsos). Ia dipuji lantaran memiliki skill yang jarang dimiliki orang kebanyakan. Apa itu? Menguasai banyak bahasa asing. Ditemui di Pura Besakih, Sabtu (10/9/2016), Rista tampak sedikit malu. Bocah penjual kartu pos di Besakih mengaku sudah tahu jadi bahan pembicaraan lantaran bisa 21 bahasa asing.

ak hanya tenar di lingkup nasional. Sebagian wisatawan luar pun heran akan kemampuan Rista, bocah yang kini duduk di bangku kelas IV SD. Anak yang tinggal di bawah kaki Gunung Agung itu cukup lincah bertutur dengan bahasa asing. Menurut pengakuannya, wisatawan yang ditawari kartu pos ikut heran atas kemampuannya. Saat menawarkan, Rista mengunakan bahasa sesuai asal negara wisatawan. Itu dilakukan setiap hari secara terus menerus.

Rista mengaku mengerti Bahasa Belanda, Denmark, Hongaria, Polandia, Slovakia, Luxemburg, Inggris, Jepang, Macedonia, Norwegia, Spanyol, Jerman, Portugis, Perancis, Italia, Rusia, Thailand, Korea, Rumania, Slovenia, dan Ceko. Dari 21 bahasa yang dimengerti, empat bahasa sudah dikuasainya yakni Bahasa Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Setiap hari, katanya, empat bahasa digunakan untuk menawarkan kartu pos kepada wisatawan. Pengunjung yang datang ke Besakih kebanyakan memang dari Perancis, Belanda, Inggris, dan Jerman. Sisanya, Rista mengaku belum menguasai alias belum lihai mengucapkannya meskipun Bahasa Spanyol dan Jepang ia sudah mulai fasil mengucapkannya.

Yang mengispirasi dari Ni Putu Rista adalah kita harus menyadari bahwa “practice make it perfect”. Semuanya akan terasa lebih mudah jika kita sudah terbiasa dan membiasakan melakukan hal apapun jika dilakukan dengan ikhlas dan berulang - ulang