Gaya Komunikasi apa saja yang biasa dilakukan oleh Komunikator?

Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).

Gaya komunikasi merupakan cara penyampaian dan gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan jarak.

Pengalaman membuktikan bahwa gaya komunikasi sangat penting dan bermanfaat karena akan memperlancar proses komunikasi dan menciptakan hubungan yang harmonis.

Gaya komunikasi apa saja yang biasa dilakukan oleh komunikator ?

Gaya komunikasi

Robert Norton (dalam Shawn, D. & Laura, 2011 ) mengembangkan sembilan gaya komunikator khusus biasanya digunakan dalam proses komunikasi yang menginformasikan sifat hubungan antara komunikator.

Gaya ini telah dipelajari secara ekstensif di beberapa organisasi untuk menilai kepuasan komunikasi dan komitmen.

  1. Gaya Komunikasi Dominan (Dominant communication style)
    Gaya yang dominan dari komunikasi adalah ditandai dengan berbicara sering, kuat, dengan cara mendominasi dan mengambil alih saat berbicara.

    Komunikator menggunakan gaya yang dominan sering dianggap oleh orang lain sebagai individu yang memiliki tingkat tinggi kepercayaan diri.

  2. Gaya Komunikasi Drama (Dramatic communication style)
    Gaya komunikasi memerlukan komunikator untuk menggabungkan teknik baik fisik dan verbal untuk menciptakan kinerja pesan. Komunikasi menggunakan gaya ini sering dilakukan melalui pengisahan cerita, penerapan lelucon, dan penggunaan hiperbola.

    Arti sebenarnya dari pesan komunikator yang dramatis yang mungkin tersembunyi dan bisa memerlukan pengetahuan latar belakang komunikator untuk mengungkap hal itu. Komunikator dapat menggunakan gaya ini untuk berurusan dengan informasi negatif mereka tidak bisa menyampaikan kepada orang lain secara langsung.

    Alasan lain untuk memilih gaya komunikasi ini adalah untuk memperkuat status komunikator dalam grup atau untuk mengurangi stres antara anggota kelompok.

  3. Gaya Komunikasi Perdebatan (Contentious communication style)
    Gaya komunikasi ini mirip dengan gaya dominan komunikasi. Komunikator yang menggunakan gaya perdebatan komunikasi sering digambarkan sebagai argumentatif.

    Orang-orang yang menggunakan gaya ini tidak takut untuk menantang orang lain, terutama jika mereka memiliki bukti untuk mendukung posisi mereka. Akibatnya, mereka mengharapkan mitra komunikasi mereka untuk menyajikan pembuktian serupa ketika membuat klaim.

    Individu-individu yang berinteraksi dengan seseorang yang menggunakan gaya ini mungkin merasa perlu membela diri, yang dapat mengakibatkan kurang fokus pada pesan.

  4. Gaya Komunikasi Animasi (Animated communication style)
    Animasi komunikator biasanya mengungkapkan lebih lanjut tentang pikiran dan emosi melalui bahasa tubuh daripada melalui komunikasi verbal. Ketika berinteraksi dengan mitra komunikasi, orang yang menggunakan gaya ini sangat bergantung pada ekspresi wajah untuk menyampaikan makna.

    Beberapa ekspresi termasuk kontak mata untuk menunjukkan minat mitra komunikasi atau untuk mengungkapkan emosi, tersenyum untuk menunjukkan kesenangan, dan mengangguk untuk menunjukkan dukungan atau kesepakatan. Komunikator menggunakan gaya komunikasi animasi juga gerakan sering, menggunakan tangan mereka di samping postur dan posisi tubuh untuk menunjukkan pikiran.

  5. Gaya Komunikasi Meninggalkan Kesan (Impression-leaving communication style) :
    Gaya komunikasi ini agak sulit untuk membedakan dari orang lain karena sangat bergantung pada kesan terbentuk dari pengirim oleh penerima.

    Orang yang menggunakan gaya ini menyampaikan pesan dengan cara yang unik dan mudah bagi penerima untuk membedakan dari mitra komunikasi lainnya. Kualitas ini membuat orang menggunakan gaya meninggalkan kesan-mudah diingat.

  6. Gaya Komunikasi Santai (Relaxed communication style)
    Komunikator pendekatan komunikasi dalam gaya santai tampil tenang saat berinteraksi dengan mitra komunikasi mereka, bahkan dalam situasi stres tinggi. Sikap ini sering memberikan jaminan kepada pasangan mereka karena mereka tidak tampak cemas dan dapat membuat orang lain merasa nyaman.

Komunikator santai berbicara dengan cara yang alami tetapi percaya diri dan tampaknya tidak menjadi gugup ketika diamati oleh mitra komunikasi.

  1. Gaya Komunikasi Perhatian (Attentive communication style)
    Gaya komunikasi ini ditandai oleh tindakan pengirim daripada komunikasi verbal dari orang itu. Seseorang memiliki gaya komunikasi yang penuh perhatian adalah pendengar yang baik dan memungkinkan mitra komunikasi tahu mereka sedang didengar.

    Bahasa tubuh seperti kontak mata dan mengangguk membiarkan mitra komunikasi tahu bahwa komunikator penuh perhatian mendengarkan.

    Orang yang menggunakan gaya komunikasi sering dianggap sebagai empati dan mampu menginternalisasi pesan, yang merupakan salah satu alasan bahwa mitra komunikasi cenderung untuk membuka diri terhadap mereka.

  2. Gaya Komunikasi Terbuka (Open communication style)
    Orang yang menggunakan gaya komunikasi yang terbuka tidak takut untuk mengungkapkan pikiran dan emosi mereka dan umumnya akan membiarkan orang lain tahu bagaimana perasaan mereka.

    Kata sifat digunakan untuk menggambarkan jenis komunikator yang banyak bicara, didekati, dan percakapan. Gaya komunikasi yang terbuka dapat dianggap sebagai atribut yang positif atau negatif dan akan tergantung banyak pada persepsi mitra komunikasi.

  3. Gaya Komunikasi Bersahabat (Friendly communication style)
    Komunikator yang menggunakan gaya komunikasi yang ramah memiliki efek positif pada mitra komunikasi mereka. Efek ini menyebabkan orang mencari interaksi dengan mereka.

    Komunikator dalam gaya komunikasi ini menggunakan kedua bahasa tubuh dan komunikasi verbal untuk memperkuat citra diri orang lain dengan menunjukkan mereka bahwa mereka menarik orang-orang yang ramah.

    Gaya komunikasi juga ditandai oleh pengakuan dari prestasi dan nilai dari mitra komunikasi.

Gaya Komunikasi menurut Hariyana et.al, dalammakalahnya yang berjudul “Komunikasi Dalam Organisasi”, 2009,menjelaskan bahwa terdapat 6 gaya komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.

Gaya komunikasi tersebut antara lain :

1) The Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.

Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.

Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka.

Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya.

The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2) The Equalitarian Style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan The Equalitarian Style, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.

The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3) The Structuring Style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan- pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.

Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4) The Dynamic Style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.

Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5) The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.

Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6) The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.