Berbahayakah gangguan Gusi pada masa Kehamilan ?

Selain terasa tidak nyaman, gangguan gusi di masa kehamilan ternyata secara tidak langsung dapat memengaruhi kesehatan janin. Berbahayakah gangguan Gusi pada masa Kehamilan ?

Kesehatan di masa kehamilan sudah selayaknya menjadi perhatian khusus. Sebab perkembangan janin yang dikandung secara signifikan tergantung dari kesehatan ibu hamil. Salah satu kondisi yang membutuhkan perhatian adalah gangguan gusi di masa kehamilan.

Pada tiap usia kehamilan, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan berkala serta menambah asupan gizi dengan vitamin. Hal ini dilakukan untuk memperlancar proses persalinan serta memastikan bahwa anak lahir sempurna dan sehat. Pada usia awal kehamilan ibu hamil biasanya akan melakukan pemeriksaan gigi dan mulut.

Hal ini menjadi penting karena gigi dan mulut adalah organ sangat berperan besar dalam proses pencernaan dan asupan gizi untuk ibu hamil dan janinnya.

Keluhan wanita hamil akan masalah radang gusi banyak ditemukan. Hal ini terjadi karena akibat hormon estrogen dan progesteron yang banyak diproduksi saat hamil, risiko terjadinya proses inflamasi atau radang gusi jadi lebih besar. Istilah medisnya gingivitis gravidarum, pregnancy gravidarum, atau hyperplasia gravidarum.

Berdasarkan penelitian, sekitar 50-75% ibu hamil mengalami radang gusi. Radang gusi ini adalah iritasi lokal pada gusi karena plak yang telah mengalami pengapuran hingga membentuk karang gigi dan menstimulasi radang pada gusi di sekitar gigi.

Akumulasi karang gigi ini bisa semakin banyak apabila ditemukan gigi berlubang, atau tambalan yang kurang sempurna, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan di dalamnya, dan juga sisa akar gigi yang belum dicabut.

Radang gusi yang terjadi pada wanita hamil biasanya disertai perubahan hormonal, sehingga pelebaran pembuluh darah mengakibatkan bertambahnya aliran darah yang kemudian menyebabkan reaksi peradangan pada gusi semakin parah, seperti terjadinya gusi berdarah.

Risiko yang dikhawatirkan saat terjadi radang gusi adalah masuknya kuman ke dalam aliran darah melalui celah antara gusi dan gigi ibu hamil. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru karena tubuh ibu hamil memiliki mekanisme pertahanan tubuh agar tubuh tidak sakit dengan mengeluarkan hormon prostaglandin.

Hormon ini bisa memicu rahim berkontraksi sehingga terjadi kelahiran prematur. Selain itu, asupan nutrisi untuk janin juga dapat terganggu akibat mekanisme pertahanan tubuh ini.

Sempat disinggung pada penjelasan di atas, gigi dan mulut adalah organ sangat berperan besar dalam proses pencernaan dan asupan gizi. Radang gusi yang dibiarkan dan mengalami kerusakan parah seperti kerusakan jaringan penyangga gigi bisa menyebabkan gigi goyang yang kemudian akan menurunkan kualitas proses pencernaan.

Adanya rasa tidak nyaman, sakit dan gusi berdarah yang dapat membuat ibu hamil kesulitan dalam mengunyah makanan. Jika hal ini sampai terjadi, asupan nutrisi ibu hamil tidak dapat dipenuhi secara maksimal, dan dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi kesehatan janin.

Apabila janin kurang mendapatkan zat-zat makanan, maka bayi yang dikandung berisiko mengalami berat badan lahir rendah kurang dari 2.500 gram. Suatu penelitian mengindikasikan perempuan hamil dengan penyakit gusi yang kronis mempunyai risiko tujuh kali lebih besar untuk memiliki bayi lahir prematur dengan berat badan rendah.

Sebuah statistik pada penelitian radang gusi menunjukan 77% ibu hamil yang menderita penyakit radang gusi melahirkan bayi prematur atau dengan berat tubuh yang kurang.

Nyatanya, gangguan gusi di masa kehamilan dapat berpengaruh terhadap kesehatan janin dan kondisi ibu hamil. Jadi akan lebih baik jika Anda dapat menuntaskan perawatan gigi dan mulut sebelum masa kehamilan. Begitu pula saat Anda hamil, lakukan juga pemeriksaan secara rutin untuk memastikan kondisi gigi dan gusi Anda baik.

Pada intinya, selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka kuman dan bakteri penyakit mudah tumbuh, yang menyebabkan bau mulut dan sariawan pada rongga mulut. Ibu hamil yang mengalami gangguan pada mulut dan gigi tidak dapat mengunyah makanan dengan baik sehingga kebutuhan pemenuhan makanan tersebut akan terganggu yang berakibat bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan (Herijulianti, 2005).

Selain itu, ketika masa kehamilan maka akan terjadi peningkatan resiko terjadinya pembengakan gusi maupun pendarahan pada gusi. Hal ini terjadi karena pelunakan dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormone, kadang timbul benjolan – benjolan berwarna bengkak kemerahan pada gusi, dan gusi mulai berdarah. Pada saat hamil kondisi gigi yang berlubang akan bertambah parah akibat penyerapan kalsium dari tubuh ibu hamil yang dibutuhan ibu bayi untuk proses pertumbuhan (Depkes, RI, 2000).

Infeksi pada gigi ibu hamil dapat menginfeksi janin dalam kandungan. Ibu yang gusinya terinfeksi dapat menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta. Bakteri Streptococcus mutans yang merupakan penyebab gigi berlubang dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, dan selanjutnya dapat mencapai jantung dan mnyebabkan gangguan pada jantung ibu hamil (Indriani, 2002).

Gangguan-gangguan gigi dan gusi pada saat kemahilan antara lain :

Gingivitis Kehamilan

Gingivitis kehamilan adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya di tandai dengan gejala gingiva yang cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva interdental adalah lunak gingiva mudah tercabik (Wirayuni, 2003).

Walaupun kebersihan rongga mulutnya baik, namun pada gusi dapat terlihat adanya kemungkinan berdarah setelah menyikat gigi atau setelah suklus di probing, hal ini menunjukkan bahwa faktor hormon estrogen dan progesterone yang mengalami peningkatan selama kehamilan sehingga dapat menimbulkan inflamasi gingivitis kehamilan, selain itu disarankan agar wanita hamil perbanyak makan makanan yang mengandung vitamin C yang dapat membantu mengurangi gingivitis kehamilan.

Gingivitis kehamilan biasanya memperlihatkan adanya peningkatan intensitas sejak bulan kedua sampai bulan kedelapan dari kehamilan, dan menurun pada bulan kesembilan.

Menurut Wirayuni (2003), peningkatan gingivitis kehamilan dapat dibagi dalam dua periode yaitu :

  • Selama trimester pertama, saat terjadinya produksi berlebihan dari gonadotropin
  • Selama trimester ketiga, saat tingkat estrogen dan progesteron paling tinggi. Pada trimester ketiga ini, gingivitis kehamilan terjadi paling parah.

Menurut Herijulianti (2005), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu,

  • Upaya promotif dengan cara dokter gigi ataupun perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi, memberikan informasi dan pengarahan tentang teknik-teknik pengontrolan plak, serta mendidik pasien agar pasien mengetahui cara-cara menjaga kebersihan mulutnya.

  • Upaya preventif dengan cara menjaga oral hygiene dan memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Dental flosh atau benang gigi merupakan cara yang akhir-akhir ini mulai banyak di perkenalkan, dan cukup ampuh untuk membersihkan di sela-sela gigi.

  • Upaya kuratif (pengobatan) dilakukan dengan cara: scaling dengan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan karang gigi, kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak sisa makanan maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut, kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering di gunakan adalah Chlorhexidine 0,20%, dan antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi. Pada akhir perlu di ingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah control plak. Dengan mengabaikan control plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil.

Karies gigi pada ibu hamil

Karies atau gigi berlubang merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

Kehamilan tidaklah langsung menyebabkan karies gigi. Meningkatnya karies gigi atau menjadi lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada rnasa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan di sekitar gigi dan kebersihan mulut yang kurang, karies gigi dalam mulut dapat diketahui dari gejala-gejala seperti : rasa ngilu, sering timbul rasa sakit, gusi dan pipi bengkak, (Houwink & Winchel, 2000).

Faktor-faktor yang dapat mendukung lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada wanita hamil seperti pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil. Kemudian waktu hamil biasanya sering memakan-makanan kecil yang banyak mengandung gula (Wirayuni, 2003).

Adanya rasa mual dan muntah membuat wanita hamil malas dipercepat dengan adanya asam dari mulut karena mual atau muntah tadi dapat mempercepat proses terjadinya karies gigi. Ibu hamil terkadang malas membesihkan gigi dan mulut karena merasa mual. Beberapa masalah seperti gigi berlubang, gusi bengkak, gusi berdarah dan nyeri pada gigi sering kali dialami ibu hamil (Wirayuni, 2003).

Bagi seorang ibu hamil, tidak hanya menjaga asupan nutrisi, menjaga kesehatan mulut penting dilakukan juga demi mencegah gusi berdarah saat hamil. Ingin tahu bagaimana cara mencegah gusi berdarah saat hamil? Mari kita simak ulasan di bawah ini.

Dampak gusi berdarah saat hamil bagi ibu

Tidak perlu khawatir dengan gusi berdarah ringan apalagi jika Bunda rajin menjaga kesehatan gigi dan mulut. Walau begitu, penyakit gusi dalam kondisi yang sudah parah bisa menyebabkan kelahiran prematur.

Sejumlah penelitian mengaitkan penyakit gusi saat hamil dalam kondisi parah dengan berat badan rendah ketika melahirkan, preeklamsia, dan kelahiran prematur. Namun demikian, sejumlah penelitian lain tidak menemukan adanya keterkaitan antara penyakit gusi dengan komplikasi serius lainnya.

Gusi berdarah yang sudah berada pada kondisi parah, namun tidak tertangani, berisiko mengakibatkan periodontitis. Periodontitis merupakan infeksi gusi berat yang ditandai makin melemahnya jaringan dan tulang yang bertugas melekatkan barisan gigi pada rahang. Dalam kasus ini, kondisi gigi dan gusi dapat makin memburuk dengan terjadinya infeksi pada gusi dan terbentuknya kantong berisi nanah yang disebut abses.

KOndisi ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan gigi, gusi, dan mulut. Caranya dengan rajin menyikat gigi minimal dua kali sehari. Dan memeriksakan gigi secara rutin ke dokter gigi. Salah satu penanganan yang akan dilakukan dokter bertujuan menghilangkan penumpukan plak dari permukaan gigi.

Dampak gusi berdarah saat hami bagi bayi yang dikandung

Hingga saat ini, belum ditemukan bukti penyakit gusi saat hamil dapat memengaruhi kesehatan bayi. Namun, penyakit gusi bisa memengaruhi penurunan kesehatan bunda. Kondisi bunda yang kurang sehat dapat mengganggu kehamilan, proses kelahiran, serta tumbuh kembang bayi.

Beberapa peneliti mempercayai adanya hubungan antara periodontitis dengan.

  • Bayi lahir berat badan rendah
  • Bayi lahir prematur, dan
  • Komplikasi kehamilan lainnya.

Namun, sejumlah penelitian lain justru membantah hal di atas. Dikarenakan kelahiran prematur bisa disebabkan berbagai hal, misalnya mengonsumsi makanan-makanan kurang sehat saat hamil atau stres berkepanjangan yang memengaruhi kesehatan.

Sumber : Cara Mencegah dan Mengatasi Gusi Berdarah saat Hamil - Alodokter