Gangguan bipolar; dari mania hingga depresi

image

Di dalam sebuah kehidupan, seseorang tidak hanya membutuhkan kesehatan jasmaniah saja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan olahraga. Tetapi juga yang tak kalah penting adalah kesehatan mental yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan seseorang.

Salah satu gangguan kesehatan mental adalah bipolar. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive . Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Pernahkah anda melihat orang yang sangat gembira yang luar biasa lalu tak lama kemudian mengalami kesedihan akibat depresi tanpa disangka-sangka?

Atau pernahkah anda menjumpai seseorang yang mengalami periode manik atau “naik”, saat-saat ia begitu bergembira dan berenergi. Namun, ia seketika bisa masuk ke periode depresif atau “turun”, seakan disergap halimun kesedihan dan keputusasaan?

Jika kamu pernah mendapati seseorang dengan ciri-ciri tersebut, kemungkinan besar orang itu mengalami gangguan bipolar.

Sebelum melangkah lebih jauh membahas tentang bipolar, sebaiknya kamu harus tahu dulu apa itu bipolar?

Bipolar adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif/tertekan ke tertinggi/manik.

Lalu apa penyebabnya?

Beberapa ahli berpendapat bahwa kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Tidak hanya itu, ada juga yang berpendapat bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor keturunan.

Beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar adalah mengalami stress tingkat tinggi, pengalaman trauma, kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang, dan memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orang tua) yang mengidap gangguan bipolar.

Lalu seperti apa gejala bipolar?

Gangguan bipolar adalah kondisi kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan emosi yang drastis, dari kondisi yang dulunya bahagia dan sangat senang kemudian tak lama kemudian menjadi murung dan depresif. Sebelum perubahan tersebut berlangsung, biasanya terdapat gejala yang menandakan bahwa orang tersebut sedang mengalami bipolar.

Adapun gejala mania yang muncul pada penderita bipolar adalah:

  • Merasakan fase yang sangat bahagia atau senang.
  • Berbicara dengan nada yang cepat, dan tidak seperti biasanya.
  • Merasa sangat bersemangat dalam melakukan sesuatu hal.
  • Muncul percaya diri yang berlebihan.
  • Keinginan untuk tidur menurun.
  • Tidak nafsu makan.
  • Mudah terganggu.

Gejala mania juga dapat ditandai dengan munculnya pikiran untuk membuat keputusan yang buruk. Dalam hal ini, penderita gangguan bipolar bisa secara tiba-tiba melakukan hubungan seksual yang tidak sehat, menyalahgunakan NAPZA, atau melakukan hal lain yang dapat merugikan dirinya bahkan orang lain.

Sedangkan gejala depresi yang muncul pada penderita bipolar dapat berupa:

  • Merasa sangat sedih dan putus asa.
  • Lemas dan kurang energi.
  • Sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.
  • Hilang keinginan untuk beraktivitas.
  • Merasa kesepian dan tidak berguna.
  • Merasa bersalah.
  • Pesimis terhadap segala hal.
  • Tidak nafsu makan.
  • Gangguan dalam tidur seperti sulit tidur atau bangun terlalu dini.
  • Delusi atau waham.
  • Muncul keinginan untuk bunuh diri.

Penderita gangguan bipolar juga dapat mengalami munculnya gejala mania dan depresif secara bersamaan. Misalnya, merasa sangat bersemangat dan disaat yang bersamaan juga merasa sedih. Kondisi itu disebut gejala campuran atau mixed state.

Lalu, bagaimana mengobati gangguan bipolar? Apakah gangguan bipolar dapat sembuh dengan sendirinya?

Menurut Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ (K) selaku Wakil Ketua Sie Bipolar dan Gangguan Mood menyatakan bahwa gangguan penyakit bipolar bersifat seumur hidup dan pasti akan selalu kambuh, jadi tidak bisa dikatan sembuh total, namun dapat dikontrol.

Penderita penyakit bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang dan terus-menerus, karena penyakit bipolar banyak berkaitan dengan fisik, dan bukan semata hanya kelainan psikis saja. Biasanya, jenis obat mood stabilizer diberikan untuk pasien penderita penyakit bipolar. Obat ini berguna untuk menstabilkan mood penderita. Tujuan obat jangka panjang penyakit bipolar adalah untuk menurunkan risiko penyakit bipolar tersebut kambuh kembali, termasuk mengurangi gejala terburuk lainnya, seperti keinginan bunuh diri.

Kunci utama pencegahan kambuhnya penyakit bipolar adalah dengan kontrol secara rutin, minum obat secara teratur, dan mampu mengenali gejala-gejalanya. Jika penderita penyakit bipolar sudah bisa memahami keadaan yang dialami, tentu ia juga akan bisa dengan mudah mengantisipasinya, dan tentunya disertai juga dengan dukungan obat.

Tak hanya itu saja, sebaiknya penderita penyakit bipolar juga dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup dengan menerapkan gaya hidup sehat, misalnya dengan mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan lainnya, untuk menjaga kualitas hidupnya.

Jadi menurut saya, gangguan bipolar adalah gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif/tertekan ke tertinggi/manik. Penyebab pasti gangguan bipolar tidak diketahui, namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak yang berubah mungkin berperan atas terjadinya gangguan.

Adapun gejalanya membutuhkan diagnosis medis yang dapat mecakup gejala seperti energi tinggi, jam tidur yang kurang, dan sering berkhayal. Depresi dapat meliputi gejala seperti energi rendah, motivasi rendah, dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Mood terjadi selama beberapa hari hingga berbulan-bulan sekaligus dan mungkin juga terkait dengan pikiran untuk bunuh diri. Bahkan, tokoh besar dunia Isaac Newton pernah menunjukkan tanda-tanda perubahan bipolar sejak usia sangat muda. Newton adalah anak pendiam yang tidak banyak bermain dengan anak lain. Dalam biografi Newtobn banyak ditemukan simtom dari pendeteksian bipolar. Selain itu, diceritakan juga bahwa sedang terjadi dalam keadaan depresi, ia sering berhalusinasi dan berbicara dengan dirinya sendiri. Namun demikian, Isaac Newton adalah salah satu orang paling brilian yang pernah hidup. Sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar manfaatnya sekarang.

Gangguan bipolar dapat dicegah dengan mengurangi efek dari bipolar, yaitu dengan memberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter.