Galau dengan kehidupan, apakah kurang beribadah atau kebutuhan rohani tidak terpenuhi?

unsplash_galau

Disaat kita galau dengan kehidupan atau sedang merasakan gagal, kadang kita ingin mendapatkan cara untuk keluar dari rasa tersebut, tidak ingin selalu dihantui rasa galau atau gagal itu tadi. Namun tidak semua orang dapat memberikan masukan atau cara yang membantu. Kadang malah semakin membuat kita terasa terpuruk mendengar masukkannya. Ada yang A, B, C dan lainnya, semua memang bebas berpendapat.

Tapi paling sering jika kita ingin minta saran dari orang tua, disaat kita gagal atau galau kadang suka dihubung-hubungkan dengan keagamaan kita. Kita gagal karena dianggap ibadah kita kurang dekat dengan Tuhan. Walau sedikit banyak hal itu benar menurut mereka dan beberapa orang, kita tidak boleh marah karena kita yang ingin masukan.

Dan ternyata utk beberapa orang, merasa galau itu hanya karena rasa atau kebutuhan kerohaniannya tidak terpenuhi. Mungkin kurangnya rasa perhatian, tidak memiliki teman, dll. Yang ini kadang membuat kita kesal karena dihubungkan dng ibadah kita yg kurang, karena masukan dari orang tua tadi di atas.

Nah menurut Yodics apakah benar disaat orang merasa gagal atau galau karena ibadahnya kurang? atau hanya butuh teman diajak ngobrol saja, untuk memenuhi kebutuhan rohaninya?

Menurut saya, spiritualisme seseorang tidak sepenuhnya dapat dikaitkan dengan kegalauan seseorang. Kesedihan yang muncul pada seseorang dapat disebabkan oleh pikirannya sendiri atau lingkungannya. Pikiran yang berlebih akan suatu hal dapat memicu kesedihan. Namun, mendekatkan diri pada Tuhan dapat juga memberi dampak yang baik akan kesedihan. Banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sedih yang ada dalam diri. Memiliki banyak aktivitas akan mengurangi rasa sedih. Mempunyai lingkungan yang mendukung dan orang-orang yang dapat berdisku mengenai perasaan juga akan membantu kita mengurangi rasa sedih yang ada karena manusia merupakan makhluk sosial.

1 Like

Ini relate banget sama apa yang dialami temanku. Ketika ia merasa gelisah dan cemas terhadap dirinya sendiri kemudian menceritakan pada orang tuanya seringkali direspon bahwa hal tersebut terjadi karena kurang ibadah atau hal lain yang disangkut pautkan dengan agama. Sehingga bukannya ia dapat mengatasi masalahnya, malah membuatnya semakin terpuruk karena respon yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Menurutku respon tersebut sebetulnya baik, hal ini karena seperti yang kita ketahui bahwa agama merupakan pondasi seseorang agar memiliki kehidupan yang baik. Namun sepertinya respon yang disebutkan di atas terkadang membuat orang lain merasa tersinggung karena menganggap bahwa ia kurang dalam beribadah. Padahal hal tersebut belum tentu terjadi oleh orang yang bersangkutan, sebab kita tidak tahu persis apa yang ia lakukan.

Jadi, berdasarkan pertanyaan tesebut aku pribadi tidak dapat menentukan secara pasti hal apa yang tepat untuk membantu orang yang sedang merasa gagal atau gelisah. Hal ini tergantung pada kebutuhan masing-masing individu. Sebab seseorang yang sedang tidak merasa baik-baik saja pasti memiliki latar belakang masalah yang berbeda. Meskipun nyatanya cukup sulit untuk mengetahui persis hal apa yang perlu kita lakukan untuk menolong mereka yang sedang menghadapi masalah. Terlebih, tidak semua orang mampu dan mau untuk mengungkapkan permasalahan yang ia miliki. Dilansir dari Fimela, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka melewati masalahnya yaitu dengan mengajaknya berpergian guna melupakan sejenak masalah yang ia punya, menjadi pendengar yang baik sebab terkadang seseorang hanya ingin didengarkan tanpa perlu diberikan solusi, kemudian kita juga dapat menanyakan kepada mereka apa yang bisa membantu mereka untuk menghadapi masalahnya.

Sumber

Nurahmah, Iffah. 2020. “5 Cara Membantu Sahabat yang Mengalami Masalah Tanpa Mengganggunya”, diakses pada tanggal 20 Agustus 2021, pukul 21.51

1 Like