Friends, hadapilah hinaan dengan senyuman

jangan-menghakimi

Seorang penduduk desa menyinggung seorang pria tua, “Anda seorang yang ateis! Anda peminum! Anda pencuri! Anda pezinah!” Pria tua itu hanya tersenyum dalam menanggapi kalimat penduduk desa itu. Seorang pria keren yang mengenakan celana dari bahan sutra melihat adegan itu, lalu mendekati pria tua itu sambil berkata, “Bagaimana Anda bisa diam saja menanggapinya? Apakah Anda tidak merasa SAKIT HATI?”

Pria tua itu tersenyum lagi, dan berkata, “Mari ikut dengan saya.” Pria keren itu mengikuti pria tua itu ke sebuah rumah kayu berdebu. Pria itu menyalakan kayu bakar dan mulai mengaduk-aduk gudangnya, tempat ia menemukan sebuah jubah compang-camping tak berharga. Ia melemparkannya ke pria keren itu, dan berkata, “Cobalah pakai itu, sepertinya cocok untuk Anda.”

Pria keren itu mengambil jubah itu, melihat, dan mencibirnya, “Untuk apa kain kotor ini bagiku? Saya berpakaian keren begini. Anda gila!” Ia pun melemparkan kembali jubah itu kepada pria tua itu. “Anda lihat,” kata pria tua itu.

“Anda tidak ingin mencoba memakai kain itu. Demikian pula, saya tidak ingin mencoba kata-kata kotor yang dilemparkan pria tadi kepada saya.”
Yang merasa dirugikan oleh perbuatan itu berarti telah mencoba kain compang-camping yang dibuang kepada kita.

“FRIENDS, HADAPILAH HINAAN DENGAN SENYUM. WALAUPUN HAL ITU SANGAT MENYAKITKAN HATIMU. JANGAN BIARKAN ORANG LAIN MENGAMBIL KEBAHAGIAANMU. APA KITA PERBUAT, ITULAH YANG AKAN KITA TERIMA.”

Apa pesan moral dari kisah tersebut?

SUMBER :

Jangan pernah membalas cercaan atau olok-olok yang melukai hati kita! Karena, kesabaran kita dalam menghadapi semua itulah yang akan dengan sendirinya mengubur kehinaan. Kesabaran adalah sumber kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan untuk mengalahkan musuh, dan memaafkan adalah sumber dan tenaga untuk mencapai pahala dan kemuliaan