Focus : Jangan Pedulikan Perkataan Orang Lain


sumber: https://www.diocesecpa.org/blog/2019/07/04/focus/

Pada hari yang cerah, aku pergi ke sekolah untuk memulai kegiatan belajarku di bangku SMA ini. “anak-anak, sekarang kita akan memperkenalkan diri satu sama lain” kata bu guru. “Mulai dari kamu nak”, “baik bu” kata seorang siswa. “namaku Najmul Akhir biasa di panggil Najm, umurku 14 tahun, aku tinggal bersama dua orang abang dan istrinya karena orangtuaku telah meninggal sejak aku kecil.” ibu guru pun bertanya “apa cita-citamu nak?”. “banyak bu” Jawab Najm. “cita citaku ingin menjadi profesor, dokter, chef, insinyur, psikolog, dan seorang bisnis bu”.

“wah banyak sekali ya cita-citamu, palingan cuman satu yang berhasil nanti, focus dong kamu ke satu tujuan” ujar bu guru sambil tertawa. satu persatu siswa mulai memperkenalkan diri. "kring…kring…kring…"bel istirahat pun berbunyi. aku sedang berada di halaman sekolah sambil memakan bekal yang dimasak oleh kakak-kakak ku.

Datanglah seorang siswa dan dia bertanya “bolehkah aku duduk disampingmu?” aku langsung menjawab “oh tentu saja”. duduklah ia disampingku dan bertanya “apa kamu serius dengan cita citamu yang tadi kamu katakan di kelas?”. tanpa berpikir aku langsung menjawab “iya, aku serius”. sebenarnya aku adalah orang yang haus akan ilmu pengetahuan, aku sangat ingin membagikan apa yang aku punya untuk orang lain. aku bersyukur lahir di keluarga yang mampu, dan aku ingin memanfaatkannya untuk berbagi ke orang yang kurang mampu.

“sungguh mulia cita-citamu najm” ia berkata sambil tersenyum. kalau boleh tau namamu siapa ya?. “oh ya aku belum memperkenalkan diri, namaku M. Ridha Syafi biasa di panggil ridha”. aku harap kau dapat berteman denganku ridha, siswa siswa lain tidak ingin bermain dan dekat sama aku karena hal yang terjadi tadi di kelas."

Ketika Najm sampai di rumah…
“dek, kayakmana hari pertama sekolah” tanya abang. terpikir olehku sejenak, guru mengajiku pernah berkata kepada kami jangan penah membuka aib seseorang" dan aku pun menjawab enak kok bang ngak ada hambatan, gurunya pande, kawannya ramah, sekolahnya besih. “alhamdulillah” ujarnya.

Tuhanku…
“ampuni segala dosaku, dosa keluargaku, dosa kerabatku, dan juga dosa teman temanku. Ya Allah… tolong berikanlah hidayah kepada mereka yang telah menzhalimi ku… Yaa Allah kabulkanlah doa dari hambamu yang lemah ini”. doa ini selalu ku panjatkan setelah selesai diriku beribadah.

Pada suatu hari…
ketika diriku pulang sekolah, datanglah orang tua yang sudah bungkuk dan memegang tongkat ke hadapanku dan ia berkata "saat kau ingin pergi sekolah besok, ajaklah keluargamu pergi ke atas bukit di belakang rumahmu dan ajaklah salah seorang temanmu beserta keluarganya untuk menginap lalu ikut pergi ke atas bukit tersebut. dalam sekedip mata orang tua tersebut hilang dari hadapanku. karena rumahku berjarak 100m dari rumahku, jadi sebelum pulang aku pergi untuk menghampiri rumah ridha.

ketika sampai aku di rumah ridha, aku langsung menceritakan kejadian yang terjadi tadi ketika aku berjalan pulang sekolah kepada keluarganya dan alhamdulillah mereka percaya dan ingin menginap di rumahku. namun mereka bilang mereka akan datang setelah shalat isya.

sesampai aku di rumah aku menceritakan kejadian tersebut dengan keluargaku. awalnya mereka tidak percaya, namun setelah aku menceritakannnya sambil drama alias nangis akhirnya mereka percaya dan menyambut kedatangan keluarga ridha dengan makanan dan minuman. kakakku meminta maaf karena telah mengajak mereka untuk menginap di rumah kami.

keesokan harinya…
“dek, untuk apa kita disini?” adek juga kurang tau kak. tiba tiba kami melihat semua orang yang ada pingsan dan kami pun langsung mendatangi beberapa orang tersebut. mereka semua tampaknya bingung. aku dan ridha pun pergi sekolah.

sesampai kami disekolah, kami bertanya ke siswa lain “tadi kalian ada liat orang pingsan ngak?” “ngak kok” jawab mereka. kami melihat sepeti ada yang aneh dari mereka, dari yang awalnya aktif, pandai, suka membully sekarang jadi tebalik.

24 Tahun Kemudian…
Najm tumbuh menjadi orang yang sukses, dan ridha menjadi seorang pengusaha, berbeda dengan yang lainnnya, mereka satupun tidak ada yang lewat ke univesitas karena kurangnya nilai.

“Aku bersyukur dengan teman seadanya asalkan dapat bekerja sama”

#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja