Fesyen: Gaya Hidup dan Komunikasi

Jika kita melihat seseorang menggunakan kemeja rapi, dasi panjang, dan berjas. Kita akan menganggap bahwa dia memiliki kepribadian yang baik, jenius, disiplin dan sebagainya. Contoh ini dapat kita saksikan ketika Dedy Corbuzier membawakan acara di televisi nasional.

Dan bila kita melihat seseorang yang menggunakan pakaian casual, sederhana, menggunakan sandal, dan sebagainya. Maka kita akan menilai dia sebagai pribadi yang santai dan easy going. Contoh berpakaian seperti ini dapat kita lihat dari cara berpakaian Mark Zuckerberg, si empunya Facebook.

Fesyen menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Pakaian baik baju, celana, dan aksesoris seperti jam tangan bukan hanya sebagai penutup tubuh kita dari debu dan pandangan orang lain. Namun, semua itu juga memiliki pesan yang ingin disampaikan si pemakai kepada khalayak umum.

Fesyen menjadi etalase kecil untuk melihat sebagian dari kepribadian kita. Upaya manusia untuk selalu memperindah dan memperbaiki penampilan dalam berhias bukanlah hal baru. Sejak zaman awal ditemukanya pakaian, manusia selalu berorientasi untuk memiliki fesyen yang indah nan rupawan.

Perkembangan fesyen di masyakarat semakin hari semakin maju. Fungsi dan kegunaan fesyen pun semakin beraneka ragam. Mulai hanya untuk keindahan semata sampai dengan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak mengenai sesuatu yang perlu disampaikan.

Salah satu contoh yang nampak nyata adalah ketika dr. Reisa Broto Asmoro menjadi juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beberapa waktu lalu. Beliau sering kali menggunakan syal dalam jumpa pers ketika menyampaikan informasi kepada publik.

Selain mempercantik penampilan beliau sendiri. Ternyata ada pesan yang ingin disampaikan kepada publik mengenai penggunaan syal tersebut saat jumpa pers.

Beliau ingin menyampaikan bahwa masyarakat harus tetap santai walau pun dalam situasi tanggap darurat Covid-19. Selain dr. Reisa, Deborah Birx yang menjadi juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Amerika Serikat pun mengenakan syal sebagai fashion statement yang memiliki pesan untuk publik.

Retno Marsudi yang saat ini menjadi menteri luar negeri juga menjadikan syal sebagai salah satu fesyen beliau saat berkunjung ke negara lain dan melakukan jumpa pers dengan para elit politik dunia. Jadi, saat ini fesyen tak dapat dianggap sebagai gaya saja, tetapi lebih luas dari itu. Fesyen memiliki peran yang cukup kuat untuk menggambarkan pesan yang ingin disampaikan seseorang.

Fesyen sebagai Gaya Hidup
Fesyen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki padanan kata dengan mode, yang berarti ragam (cara, bentuk) yang terbaru pada suatu waktu tertentu (tentang pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dan sebagainya).

Kata fesyen merupakan serapan dari fashion dalam bahasa Inggris yang berasal pula dari bahasa Latin, factio, yang memiliki arti membuat atau melakukan. Karena itu, arti kata asli fashion mengacu pada kegiatan, fashion merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tidak seperti dewasa ini, yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.

Arti asli fashion pun mengacu pada ide tentang fetish atau objek fetish. Kata ini mengungkapkan bahwa butir-butir fashion dan pakaian adalah komoditas yang paling di-fetishkan, yang diproduksi dan dikonsumsi di masyarakat kapitalis.

Polhemus dan Procter (dalam Barnard, 2006) menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah fashion sering digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana.

Gaya hidup (lifestyle) secara sosiologis (dengan pengertian terbatas) merujuk pada gaya hidup khas suatu kelompok tertentu (Featherstone, 2001). Sementara dalam masyarakat modern, gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisi sosial seseorang (Chaney, 2004).

Sehingga pandangan masyarakat bahwa fesyen adalah sekedar cara orang berpakaian perlu diperbaiki. Karena lebih jauh dari itu, fesyen dewasa ini selain untuk penampilan. Juga sebagai media orang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

Fesyen sebagai Media Komunikasi
Sharon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Kemudian William I Loren Anderson membagi kategori fungsi komunikasi menjadi 4 macam, yaitu;

  1. Sebagai komunikasi sosial
    Komunikasi sosial adalah komunikasi untuk membentuk konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tegangan dan tekanan, antara lain lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

  2. Sebagai komunikasi ekspresif
    Komunikasi ekspresif adalah komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, dan takut dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal.

  3. Sebagai komunikasi ritual
    Komunikasi juga sebagai media ritual, yaitu komunikasi pada suatu komunitas yang melakukan upacara-upacara yang disebut oleh para antropolog sebagai rites of passage, seperti upacara kelahiran, upacara pernikahan, siraman, dan lain-lain. Dalam acara tersebut orang-orang biasanya mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku simbolik.

  4. Sebagai komunikasi instrumental
    Komunikasi digunakan sebagai media untuk menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakan tindakan, dan juga menghibur.

Ahli lainya pun menjabarkan fungsi komunikasi yang berbeda, seperti Harold D Laswell yang membagi fungsi komunikasi sebagai berikut;

  1. Pengawasan lingkungan yaitu penyingkapan ancaman dan kesempatan yang memengaruhi nilai masyarakat.
  2. Menghubungkan bagian-bagian penting yang tidak terpisahkan bagi masyarakat untuk menanggapi lingkungan.
  3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi.

Selain itu, Cook dan Hunsaker (dalam Syafi’i, 2014) yang mengatakan bahwa komunikasi memiliki tujuan meningkatkan koordinasi, berbagi informasi, dan pemuas kebutuhan sosial. Fesyen yang kita kenakan pun memiliki beberapa poin fungsi yang sama dengan fungsi komunikasi.

Dari penjabaran di atas, memungkinkan bahwa komunikasi dapat dilakukan dengan melalui fesyen yang kita kenakan. Di akhir tulisan ini penulis ingin menyampaikan. Dalam memikirkan penampilan, kita perlu memperhatikan bagaimana pesan yang akan ditangkap oleh orang lain ketika melihat gaya berbusana kita sehari-hari, tak perlu mewah dan mahal.

Yang terpenting dalam berpenampilan adalah pantas dilihat orang lain dan nyaman digunakan. Dengan begitu maka persepsi orang terhadap diri kita bisa kita kendalikan menyesuaikan dengan penampilan kita sehari-hari.

Referensi:
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2016-2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia V. Jakarta: Kemendikbud RI.

Hendariningrum , R., & Susilo, M. (2008). Fashion dan Gaya Hidup : Identitas dan Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 25-32.

Syarif, A., Unde, A. A., & Asrul, L. (2014). Pentingnya Komunikasi dan Informasi Pada Implementasi Kebijakan Penyelenggaran Penanggulangan Bencana di Kota Makassar. Jurnal Komunikasi KAREBA, 142-152.

1 Like