Fenomena sosial apa yang terjadi sehingga banyak sekali terjadi demo di Indonesia?

Akhir-akhir ini banyak sekali kita disuguhi berita-berita terkait demo massa, mulai dari demo kebinekaan, demo 212, demo pro-Ahok, demo anti-Ahok, bahkan yang terakhir, mantan presiden Indonesia, SBY, di demo di depan rumahnya sendiri.

Berikut berita rumah mantan presiden Indonesia di demo, dikutip dari Twitter beliau :

“Saudara-saudaraku yg mencintai hukum dan keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan ‘digrudug’ ratusan orang. Mereka berteriak-teriak,”

“Saya bertanya kepada Bapak Presiden dan Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak tinggal di negeri sendiri dengan hak asasi yang saya miliki?” katanya.

“Saya hanya minta keadilan, soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah SWT,”

Kalau saya melihat dari kasus yang terjadi pada mantan presiden kita sebenarnya kasus itu terlalu dibesar-besarkan. Seperti yang diketahui bahwa orang-orang yang berada di depan rumah bapak SBY adalah sekelompok mahasiswa ihwal penolakan dan perlawanan terhadap isu suku, agama, ras dan antara golongan. Mungkin terjadi kesalahpahaman dari pihak mantan presiden dan mahasiswa karena dinilai tidak tepat sasaran.

Fenomena ini sebetulnya sudah lama dan sering terjadi di Indonesia. Demo atau unjuk rasa biasanya terjadi untuk menyuarakan pendapat masyarakat. Biasanya sudah di sediakan di tempat-tempat tertentu seperti di lapangan atau instansi pemerintah terkait. Namun, yang terjadi pada kasus diatas adalah SBY merasa ia di demo dan seperti aturan dalam undang-undang yang menyatakan bahwa kegiatan unjuk rasa tidak boleh di lakukan di rumah pribadi.

Disisi lain, hal ini juga terjadi karena di Jakarta sekarang sedang dalam masa persiapan untuk pemilihan gubernur Jakarta. Dimana salah satu calon gubernur tersebut merupakan anak dari mantan presiden tersebut. Ditambah lagi kasus dari salah satu calon gubernur petahana yang sekarang dimana beliau sekarang terkena kasus pelecehan agama. Sebagian masyarakat menilai bahwa kasus tersebut ditunggangi aktor politik untuk memanfaatkan situasi demi menggagalkan calon gubernur petahana yang sekarang.