Faktor-faktor apa saja yang mendorong seseorang melakukan pedofilia ?

Pedofilia

Pedofilia merupakan salah satu kelainan seksual berupa hasrat maupun fantasi impuls seksual terhadap anak-anak dibawah umur. Orang dengan pedhofilia usianya harus diatas 16 tahun baik pria maupun wanita. Sedangkan anak-anak yang menjadi korban berusia 13 tahun atau lebih muda (anak pre pubertas). Seorang pedhofilia dapat tertarik pada anak laki-laki, perempuan, maupun keduanya.

Faktor-faktor apa saja yang mendorong seseorang melakukan pedofilia ?

Baru-baru ini penilitian terhadap penyebab pedofilia secara biologis yang sudah dilakukan sejak tahun 2002, akhirnya menghasilkan secercah titik terang. Hasil dari penilitian tersebut menunjukan beberapa penyebab pedofilia, seperti :

  • Mengalami gangguan pada otak
  • Hormon testosteron yang kurang
  • Mengalami trauma pada masa lalu
  • Tumbuh di lingkungan yang tidak baik
  • Tingkat intelektual dan daya ingat yang rendah,
  • Otak mengalami kekurangan terhadap white matter.

Selain itu, sejumlah penelitian menunjukan bahwa anak-anak yang terlibat secara seksual dengan orang dewasa memiliki latar belakang :

  • Keluarga yang terpisah/orang tua bercerai
  • Kondisi sosial ekonomi yang kurang/kemiskinan
  • Kurang perhatian orang tua
  • Mengalami hal /perlakuan kekerasan seksual pada masa kecilnya.
  • Kehilangan cinta kasih dari orang-orang sekitarnya/orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap dirinya

Terdapat beberapa teori yang berbeda-beda mengenai mengapa seseorang bisa menjadi pedofil. Faktor-faktor yang membuat orang mengalami gangguan jiwa pedofilia antara lain :

1. Kelainan otak

Beberapa ahli mengatakan bahwa salah satu kemungkinan penyebab pedofilia adalah kelainan perkembangan saraf. Tercatat, ada perbedaan dalam struktur otak di diri pedofil, tepatnya di bagian frontocortical, jumlah materi abu-abu, unilateral, bilateral lobus frontal dan lobus temporal serta cerebellar.

Menurut penelitian, perbedaan ini mirip dengan orang-orang dengan gangguan kontrol impuls, seperti OCD, kecanduan dan gangguan kepribadian antisosial. Kelainan otak itu mungkin terjadi saat bayi atau dalam kandungan ketika otak sedang terbentuk. Namun, gangguan stres pasca-trauma juga bisa menyebabkan kelainan otak. Demikian juga dengan pengalaman traumatis di awal kehidupan.

2. Perbedaan neurologis

Perbedaan neurologis yang ditemukan pada para pedofil adalah cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding kebanyakan orang lain. Umumnya, semakin rendah tingkat kecerdasan seorang pedofil, semakin muda korban yang disukainya.

Sejumlah besar penelitian, salah satunya studi oleh Hucker et al., tahun 1986, menunjukkan bahwa pedofil memiliki kelainan otak yang ditemukan di lobus temporal. Peneliti juga menemukan adanya perbedaan serotonin agonis (senyawa yang mengaktifkan reseptor serotonin) pada pedofil yang diuji dalam studi. Selain itu, peneliti melihat adanya peningkatan level pedofilia pada orang-orang yang pernah menderita luka kepala serius ketika kecil, terutama sebelum usia enam tahun.

Studi Hall & Hall juga menyatakan, lebih banyak pedofil yang memiliki ibu dengan penyakit kejiwaan dibanding pedofil yang memiliki ibu dengan kondisi kejiwaan normal. Penelitian Berlin & Krout tahun 1994 mengungkapkan, ada beberapa pedofil yang memiliki kelainan kromosom.

Dari 41 orang yang diteliti, tujuh dari mereka memiliki kelainan kromosom, termasuk sindrom Klinefelter. Sindrom Klinefelter adalah kondisi di mana pria memiliki kromosom X tambahan dalam kode genetik mereka.

3. Faktor lingkungan

Selain faktor fisiologis, faktor lingkungan juga turut berperan dalam terbentuknya pedofilia. Ada banyak kontroversi mengenai apakah seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual di masa kecilnya, akan tumbuh dengan perilaku seksual menyimpang. Statistik menunjukkan, bahwa secara umum, lebih banyak orang dewasa dengan perilaku seksual menyimpang, pernah mengalami pelecehan seksual sewaktu mereka masih anak-anak.

Hal ini yang dikatakan oleh studi Hall & Hall sebagai kejadian traumatis di awal kehidupan dapat menyebabkan kelainan perkembangan otak. Ada juga teori yang mengatakan, mungkin para pedofil yang pernah mengalami pelecehan, ingin mengidentifikasi dirinya dengan pelaku atau menaklukkan perasaan tidak berdayanya dengan menjadi pelaku.

4. Masalah tumbuh kembang

Sebanyak 61 persen pedofil pernah tidak naik kelas saat mereka masih bersekolah, atau mengeyam pendidikan di sekolah untuk anak berkebutuhan khsusus (Hall & Hall, 2007). Seperti disebutkan sebelumnya, peneliti menemukan bahwa pedofil cenderung ber-IQ lebih rendah daripada orang lain.

Beberapa teori mengatakan, mungkin para pedofil telah mengalami masalah perkembangan psikoseksual sejak dini, disebabkan oleh stres atau trauma ketika mereka masih anak-anak.

Studi Lanyon tahun 1986 menduga, stres atau trauma ini menyebabkan tumbuh kembang mereka terhambat atau mundur, dan diwujudkan dalam kesukaan mereka berfantasi atau melakukan aktvitas seksual dengan anak-anak.

Sumber