Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya Groupthink?

Groupthink

Groupthink merupakan pemikiran kelompok yang muncul dari anggota kelompok yang berusaha keras untuk mencapai kata mufakat ( adanya kebulatan suara ) saat merumuskan satu keputusan di dalam kelompok.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya Groupthink ?

image

Dalam konsep groupthink terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya groupthink tersebut, berikut dijelaskan beberapa faktor yang dapat membentuk terjadinya groupthink yaitu :

1. Kohesivitas Kelompok

Kohesivitas kelompok mendukung terjadinya groupthink. Di dalam kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi akan lebih antusias mengenai tugas-tugas mereka, dan anggotanya merasa dimampukan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan, karena kelompoknya sangat kompak atau kohesif.

Walaupun terdapat keuntungannya, tetapi kelompok yang sangat kohesif juga bisa memberikan tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk memenuhi standar kelompok. Dan biasanya anggota kelompok tidak bersedia untuk mengemukakan keberatan mereka mengenai solusi yang diambil.

Maka Irving Janis berpendapat bahwa kohesivitas menuntun kepada groupthink.

2. Faktor Struktural

Karakteristik struktural yang spesifik atau kesalahan mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktornya sebagai berikut :

  • Isolasi kelompok (group insulation)
    Merujuk pada keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak di luar kelompok. Padahal ada kemungkinan bahwa pihak di luar kelompok dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

  • Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership)
    Anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi terhadap hasil akhir. Pemimpin berpendapat bahwa opini lain akan merugikan rencananya, dan kepemimpinan alternatif ditekan.

  • Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making procedures)
    Jika suatu kelompok memiliki prosedur untuk mengambil keputusan maka kegagalan untuk memiliki norma yang telah disepakati untuk mengevaluasi suatu masalah dapat menimbulkan groupthink. Kelompok tersebut harus mencari penyebabnya dan sejauh apa masalah teresebut.

  • Homogenitas latar belakang (Homogenity of members’ backgrounds)
    Tanpa keragaman latar belakang sosials pengalaman dan ideologi akan mempersulit sebuah kelompok untuk mendebat masalah yang penting.

3. Tekanan Kelompok (Group Stress)

Tekanan internal dan eksternal (internal and external stress) yang dialami kelompok dapat menuntun kepada groupthink. Jika suatu kelompok dalam membuat keputusan sedang mengalami tekanan yang berat – baik disebabkan oleh dorongan-dorongan dari luar maupun dari dalam kelompok – mereka cenderung tidak dapat menguasai emosi, sehingga dapat mencari segala cara agar masalah dapat cepat diselesaikan tanpa memikirkan akal sehat, maka kelompok tersebut sedang menuju groupthink.

Menurut Irvin Janis, faktor-faktor dan gejala-gejala terbentuknya groupthink sebagai berikut :

  1. Overestimation of the Group
    Penilaian berlebihan terhadap kelompok yaitu keyakinan suatu kelompok yang keliru. Kelompok tersebut merasa lebih dari dirinya yang sebenarnya padahal kelompok tersebut memiliki banyak kekurangan, kelompok mempunyai keyakinan bahwa mereka cukup istimewa atau hebat untuk mengatasi rintangan dan masalah yang lahir dari kelompok itu sendiri. Kelompok ini percaya bahwa mereka tidak akan terkalahkan dari kelompok lain.
    Hal ini disebabkan oleh; keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam diri anggota kelompok; kelompok ini memiliki keyakinan bahwa anggota-anggota kelompoknya bijaksana dan memiliki moral yang baik, sehingga keputusan yang mereka buat juga akan baik pula ;anggota kelompok ini membersihkan diri dari rasa malu atau bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan moral dari keputusan mereka.

  2. Closed-Mindedness
    Ketertutupan pikiran yaitu anggota kelompok tidak mengindahkan pengaruh atau masukan dari luar terhadap kelompok, maksudnya adalah suatu kelompok memiliki persepsi stereotip buruk terhadap kelompok lawannya atau musuhnya, pemikiran kelompok menekankan bahwa kelompok lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk membalas taktik mereka yang ofensif dan lebih baik dari kelompok lain.
    Hal ini disebabkan oleh; rasionalisasi kolektif (collective rationalization) yaitu situasi dimana kelompok tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.

  3. Pressures Toward Uniformity
    Tekanan untuk mencapai keseragaman terjadi ketika para anggota kelompok berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota, hal ini terjadi karena adanya kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka atas masukan argumen dari anggota kelompok dan menghiraukan pemikiran-pemikiran pribadi setiap anggota yang dapat menentang pemikiran kelompok yang sudah tercapai dan akhirnya semua anggota kelompok memilih diam.

    Hal ini akan menimbulkan ilusi akan adanya kebulatan suara (illusion ofunanimity) yang menganggap kalau diam itu artinya setuju. Karena biasanya dalam groupthink anggota mengikuti pemimpin, sehingga keputusan pemimpin adalah keputusan kelompok, sehingga jika ada anggota yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan pemimpin, anggota lebih memilih diam, maka disinilah dianggap bahwa tidak ada keberatan, dan dianggap bahwa ada kebulatan suara kelompok.

    Namun begitu ada juga beberapa minoritas anggota kelompok yang tetap mengeluarkan pemikirannya, maka munculah suatu tekanan yang disebut pressures on dissenters ( tekanan terhadap para penentang) yaitu suatu tekanan atau pengaruh langsung terhadap anggota-anggota kelompok yang menyumbangkan opini, pendapat, pandangan, atau komitmen yang berlawanan terhadap opini mayoritas kelompoknya.

West dan Turner dalam penelitiannya menambahkan tentang beberapa gejala grupthink, yaitu; pencarian kesepakatan yang terlalu dini yang disebabkan oleh tingginya tekanan konformitas; serta adanya minguard keeping yaitu mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok.

Dissent containment: mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan.

Menurut Rofiatul Immamiyah (2013) berdasarkan penelitian yang berkembang pada periode-periode selanjutnya, diperoleh hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok (groupthink) yaitu:

1. Faktor Anteseden

Kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok (groupthink), maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok (groupthink), maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.

2. Faktor Kebulatan Suara

Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok (groupthink), daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak .

3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional

Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok (groupthink), sedangkan kelompok yang ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya.

4. Toleransi terhadap Kesalahan

Loyalitas ke grup memerlukan individu untuk menghindari dan mengangkat isu-isu kontroversial atau solusi alternatif. Biaya sosial negatif utama groupthink adalah hilangnya kreativitas individu, keunikan, dan pemikiran mandiri. Faktor-faktor seperti kohesivitas kelompok, struktur kelompok rusak, dan bermain konteks situasional ke dalam kemungkinan groupthink akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan.


Menurut Rofiatul Immamiyah (2013) faktor terbentuknya groupthink adalah:

1. Kohesivitas Kelompok

2. Faktor Struktural

3. Tekanan Kelompok (Group Stress)