Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia?

image

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel), yang meliputi pertambahan volume dam pertambahan massa. Selain disebabkan pertambahan ukuran sel, pertumbuhan juga terjadi karena pertambahan jumlah sel.

Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan. Pada tingkat seluler, perkembangan dapat berupa diferensiasi sel-sel yang baru membelah membentuk jaringan yang menyusun organ tertentu.

Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia ?

Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) (Depkes, 2006).

Faktor internal


Faktor internal terdiri dari:

  1. Ras/etnik atau bangsa.
    Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

  2. Keluarga.
    Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.

  3. Umur.
    Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

  4. Jenis kelamin.
    Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

  5. Genetik.
    Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.

  6. Kelainan kromosom.
    Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seperti pada sindrom down dan sindrom turner.

Faktor eksternal


Faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal, faktor persalinan dan faktor pasca persalinan.

a. Faktor prenatal

  1. Gizi.
    Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi pada saat hamil harus sangat diperhatikan. Pemenuhan zat gizi menurut kaidah gizi seimbang patut dijalankan. Dalam setiap kali makan, usahakan ibu hamil mendapat cukup asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

  2. Mekanis.
    Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.

  3. Toksin/zat kimia .
    Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital palatoskisis.

  4. Endokrin.
    Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.

  5. Radiasi.
    Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.

  6. Infeksi
    Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.

  7. Kelainan imunologi.
    Eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu dan janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

  8. Anoksia embrio.
    Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.

  9. Psikologis ibu.
    Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.

b. Faktor persalinan

Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.

c. Faktor pasca persalinan

  1. Gizi.
    Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka bayi dan anak memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan utamanya adalah ASI. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu tambahkan makanan pendamping ASI (MP ASI), yang diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MP ASI harus diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak. Secara garis besar pemberian MP ASI dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu MP ASI untuk usia 6 bulan, dan MP ASI untuk usia 9 bulan ke atas. Keduanya berbeda dalam rasa dan teksturnya, sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak.

  2. Penyakit kronis/kelainan congenital.
    Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia serta kelainan kongenital seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia dapat mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan.

  3. Lingkungan fisik dan kimia.
    Lingkungan sering disebut milieu adalah tempat anak hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan anak.

  4. Psikologis.
    Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan anak dengan orang di sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.

  5. Endokrin.
    Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

  6. Sosio-ekonomi.
    Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

  7. Lingkungan pengasuhan.
    Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

  8. Obat-obatan
    Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian juga dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

Interaksi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Gambar Interaksi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Berbagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yang di antaranya faktor mikrokosmos, makrokosmos, dan keberhasilan atau kegagalan pertumbuhan perkembangan sebelumnya. Semua berinteraksi secara dinamis dalam memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Faktor Mikrokosmos

Faktor mikrokosmos adalah faktor yang ada dalam diri anak, seperti kondisi genetika dan berbagai masalah intrauterin. Kondisi genetika ditentukan oleh komposisi kromosom, yang akan memengaruhi identitas gender, kecenderungan perlakuan berikutnya, dan pewarisan sifat orang tuanya. Masalah intrauterin meliputi usia (ibu atau janin), nutrisi, obat-obatan yang dikonsumsi ibu, radiasi, dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya

Kondisi Genetika

  1. Komposisi kromosom (XX, XY, XXY, XYY)
    Komposisi kromosom XX akan menjadi seorang pria dengan berbagai sifatnya. Orang tua sudah mengenalkan sifat gender ini sejak bayi lahir, bahkan sebelum bayi lahir. Stimulasi pertumbuhan dan perkembanganpun disesuaikan dengan sifat gender yang ada. XY akan menjadi sorang wanita dengan berbagai sifatnya. Meskipun jarang, terkadang ditemukan komposisi kromosom XXY atau XYY. Keadaan ini akan menentukan pilihan seandainya terjadi kebingungan peran antara pria atau wanita.

    Penentuan didasarkan pada organ reproduksi yang lebih dominan. Oleh karenanya, operasi kejelasan kelamin (pria atau wanita) ditentukan berdasarkan organ reproduksi dominan yang dimiliki, sehingga identitas gender dapat ditentukan.

  2. Identitas gender
    Identitas gender adalah ciri sifat yang ditentukan oleh komposisi kromosom pria atau wanita. Ciri sifat ini dibangun sesuai kearifan lokal budaya orang tua. Mayoritas orang Indonesia menghendaki pria harus maskulin, tidak boleh cengeng, harus bertanggung jawab, bertugas mencari nafkah, mengayomi, dan melindungi seluruh anggota keluarganya. Pembelajaran ini ditampilkan melalui jenis permainan (bola, robot, mobil- mobilan, atau sejenisnya) dan imitasi peran ayah.

    Wanita dituntut lebih feminim, memperhatikan penampilan, tidak boleh bicara keras, berjalan harus lemah lembut, serta bertugas memelihara anak dan seluruh anggota keluarganya. Pembelajaran ini ditampilkan melalui jenis permainan (boneka, bunga, alat masak) dan imitasi peran ibu.

  3. Kecenderungan perlakuan
    Kecenderungan perlakuan adalah bentuk perlakuan yang ditampilkan orang tua dan anggota keluarganya terkait kondisi anak. Anak yang cantik, manis, ganteng, penurut, patuh pada orang tua cenderung mendapatkan perlakuan lebih baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, dibandingkan anak yang jelek, bawel, dan tidak bisa diatur.

    Kecenderungan perlakuan orang tua dan lingkungan sekitar ini akan membentuk Citra anak sebagai anak yang baik atau buruk. Keadaan ini akan memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan berikutnya.

  4. Mewariskan sifat
    Pewarisan sifat orang tua kepada anak disampaikan melalui komposisi kromosom kedua orang tua mulai saat pembuahan sampai perkembangan pembelahan berikutnya. Proses ini memungkinkan terjadi penyimpangan sifat yang akan diwariskan. Meskipun ada sifat kedua orang tua yang diwariskan, belum tentu anak akan sama persis dengan orang tuanya.

    Cara pewarisan sifat ini melalui proses canalisasi, nice picking, dan range reaction.

    • Canalisasi
      Canalisasi adalah salah satu cara pewarisan sifat secara langsung dari orang tua kepada anak. Biasanya melalui sifat genetika dominan dari ayah atau ibu. Dengan demikian, sifat anak nyaris sama dengan ayah atau ibunya.

    • Nice picking
      Pewarisan sifat melalui kecenderungan anak untuk meniru (imitasi) sifat ayah atau ibunya. Anak cenderung memilih sifat yang sesuai dirinya dipelajari dari berbagai aturan orang tua yang cocok dan sesuai dengan dirinya. Anak akan mengembangkan sifat yang menyenangkan dari salah satu orang tuanya.

    • Range reaction
      Pewarisan sifat yang terkadang sifat kedua orang tuanya tampak pada anak. Sifat orang tua memang tidak selalu muncul, tetapi suatu ketika akan muncul seperti sifat orang tuanya. Saat marah, sama persis dengan sifat ayahnya. Saat menangis, sama persis dengan sifat ibunya. Individu dapat saja mengembangkan berbagai karakteristik dan sifatnya, tetapi ia tidak akan pernah keluar bounder atau range yang diturunkan dari sifat ayah atau ibunya.

Masalah Intrauterin

Masalah dalam kandungan juga akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Berbagai masalah dalam kandungan antara lain usia baik ibu maupun usia janin, nutrisi ibu selama hamil, berbagai obat yang konsumsi ibu selama hamil, radiasi, atau berbagai komplikasi kehamilan lainnya.

  1. Usia
    Usia ibu yang paling ideal untuk hamil dan siap melahirkan anak adalah umur 25 sampai 35 tahun. Sebelum atau sesudah itu perlu dipertimbangkan kesiapan fisik organ reproduksi dan kesiapan mental untuk mengandung, melahirkan, serta mengasuh anak. Wanita yang belum siap menjadi orang tua dikhawatirkan mengalami banyak kesulitan dalam mengasuh dan mendidik anak. Wanita yang terlalu tua untuk hamil dan melahirkan dikhawatirkan ada berbagai gangguan fisik organ reproduksi, jantung, atau ginjal sehingga mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan.

    Usia janin yang dikandung seorang ibu memiliki periode khusus yang perlu mendapat perhatian untuk keamanan dan keselamatan bayi dan orang tuanya, yakni seperti berikut.

    • Trimester I kehamilan, perlu diperhatikan asupan nutrisi ibu. Pada trimester I ini, asupan nutrisi diperlukan untuk membentuk sel-sel organ tubuh janin. Oleh karena itu, ibu yang hamil trimester pertama harus mengonsumsi nutrisi dua kali lipat untuk ibu dan bakal anaknya. Padahal, pada saat ini ibu yang hamil sedang mengalami berbagai penyesuaian hormonal yang mengakibatkan selalu mual dan muntah saat melihat makanan.

    • Trimester II kehamilan petugas kesehatan harus memperhatikan penambahan berat badan ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin. Perhitungkan besar janin dengan perkirakan timbangan, jumlah cairan amnion, dan berat badan dasar ibu. Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat dipantau dari pertambahan berat badan ibu hamil trimester II.

    • Trimester III difokuskan pada perkembangan janin dan persiapan persalinan. Identifikasi berbagai kemungkinan penyulit dalam persalinan, mulai dari jalan lahir, ukuran panggul ibu, kelenturan otot-otot persalinan, posisi janin, dan kesiapan ibu. Pada fase ini perlu disiapkan secara intensif agar ibu siap untuk melahirkan. Dapat dibentuk kelas ibu hamil, senam hamil atau latihan hypnobirthing. Semua keadaan ini perlu disiapkan agar proses persalinan dapat berlangsung lancar dan meminimalkan trauma saat lahir, baik trauma janin maupun trauma ibu.

  2. Nutrisi
    Berbagai obat yang dikonsumsi ibu selama hamil, kesehatan ibu saat hamil, adanya radiasi, dan berbagai komplikasi kehamilan atau persalinan juga merupakan faktor mikrokosmos yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.

Faktor Makrokosmos

Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak yang juga akan memengaruhi pertumbuhan perkembangan. Faktor tersebut meliputi pola asuh yang dilakukan ayah, ibu, saudara, atau teman di lingkungannya.

Asuhan Lingkungan

Ayah, ibu, saudara, dan teman lebih sering mendidik anak seperti keinginannya. Menginginkan anak menjadi seperti dirinya, pola asuh yang diberikan, cara hidup, dan strategi menghadapi kehidupan diajarkan sesuai pengalaman mereka. Padahal zaman orang tua dengan zamannya anak berbeda. Beda zaman, beda tantangan, maka berbeda strategi menghadapi kehidupan. Dengan demikian, pola asuh orang tua harus tetap mengajarkan strategi kehidupan yang akurat untuk menghadapi tantangan pada zamannya anak. Berikan gambaran (figur) orang tua dalam menghadapi kehidupan.

Figur ibu (mother figure) merupakan gambaran sosok seorang ibu dalam kehidupan. Contohkan kepada anak, bagaimana tugas seorang ibu dalam mengatur seluruh kehidupan keluarga, serta memberikan asuhan pada anak dan seluruh anggota keluarga. Buatlah anak bangga pada kinerja ibunya, sehingga anak akan mempelajari dan menginginkan sifat ibu berkembang dalam dirinya untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Figur ayah (father figure) juga perlu diajarkan kepada anak bagaimana seharusnya seorang ayah mengatur dan memenuhi kebutuhan hidup untuk seluruh anggota keluarganya. Buatlah anak bangga dengan perilaku ayahnya. Dengan demikian, anak akan bangga menjadi bagian keluarga dan akan meneruskan perjuangan keluarga sesuai pola asuh yang diterima. Jangan sampai anak mengalami kebingungan peran karena tidak jelasnya perilaku orang tua dalam kehidupan keluarga.

Lingkungan

Lingkungan dengan berbagai macam keadaannya menuntut anak mampu beradaptasi, serta membandingkan dengan ajaran yang telah diperoleh atau dipelajari dari rumah untuk dikembangkan dalam lingkungan sosial. Lingkungan adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan perilaku anak. Anak dapat belajar kehidupan melalui asosiasi, konsekuensi, atau observasi.

  1. Belajar dari pergaulan (learning by association atau conditioning).
    Kondisi kehidupan dapat mengajarkan bagaimana seharusnya kita beradaptasi. Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Manusia adalah pemimpin (khalifah) di muka bumi ini. Dengan mempelajari keadaan kehidupan, manusia akan berusaha tetap bertahan dan melanjutkan (survive) kehidupan.

  2. Belajar dari konsekuensi (learning by consequences) atau sebab akibat.
    Cara beradaptasi dengan kehidupan dapat terjadi karena sebab akibat. Misalnya, suatu sore seorang ibu tinggal sendiri di rumah, hujan mulai turun, listrik padam. Begitu sang ibu akan melihat pintu luar, ternyata ada seekor kelelawar membentur dahinya, ibu kesakitan, berteriak, dan menjadi ketakutan. Pengalaman ini diterima sebagai pengalaman menakutkan, dan berkembang menjadi pola perilaku setiap kali listrik padam. Dengan demikian, setiap listrik padam, ibu selalu ketakutan, meskipun tidak ada kelelawar yang menyambar.

  3. Belajar dari observasi/melihat (learning by observation/watching) atau mencontoh.
    Anak yang juga ketakukan ketika listrik padam karena melihat ibunya ketakutan, maka perilaku yang berkembang pada anak adalah dengan mencontoh ibunya. Remaja yang mengembangkan pola perilaku seperti drama korea dalam hal berbicara, potongan rambut, model pakaian, dan sebagainya juga merupakan pembelajaran dengan mencontoh. Tidak ada yang negatif dalam mencontoh perilaku ini asal yang dicontoh adalah perilaku yang baik.

SEBELAS MEMO PEMBELAJARAN ANAK

Demikianlah pengaruh lingkungan terhadap perilaku anak, yang akan diteruskan dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Semua faktor internal dan eksternal akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk keberhasilan atau kegagalan tahap pertumbuhan sebelumnya.

Berilah pola asuh memuaskan kepada anak sehingga anak akan mengembangkan pola perilaku yang diinginkan. Ternyata anak belajar dari apa yang dialami dalam hidupnya, jika anak hidup dalam suasana seperti pada kolom kiri, maka dia akan belajar berperilaku seperti pada kolom kanan.

TABEL Pembelajaran Anak
image

Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan yang disebut dengan istilah individual differences.

Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda.

Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan individu adalah sebagai berikut:

Faktor Internal


1. Kondisi Fisik

Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai dari masa pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991). Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.

Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada kedua orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok, alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari segi psikologis, pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik maupun psikologis.

Untuk lebih rinci dapat dicermati penjelasan berikut ini;

Faktor Gizi atau Asupan Makanan

Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu. Walaupun perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada masa awal individu-individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾ dari otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10 otak orang dewasa atau sekitar 90 % berat otak orang dewasa. Beberapa pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus tumbuh hingga masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif individu (Santrock, 1995). Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan.

Pasca kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik bagi individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan kalori dan protein, ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat besi, yodium dan kalsium.

  • Kalori didapatkan dari karbohidrat sebagai sumber energi untuk pembakaran sel-sel tubuh yang menunjang gerakan motorik dan aktivitas berfikir. Sumber karbohidrat ini didapatkan dari nasi, roti, mi, jagung ataupun berbagai macam makanan yang mengandung tepung.

  • Protein diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel tubuh serta menggantikan zat-zat tubuh yang sudah aus dan membuat hormon-hormon pertumbuhan. Protein ini bisa berasal dari hewan seperti: daging sapi, ayam, telur maupun ikan, sementara protein nabati atau yang berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu, kacang hijau. Berbagai macam protein ini haruslah disajikan secara bervariasi pada individu sehingga dapat saling melengkapi.

  • Vitamin dan mineral pun sangat diperlukan untuk meningkatkan metabolisme tubuh, yaitu proses perubahan bahan makanan menjadi energi, menjaga daya tahan tubuh dari infeksi dan penyakit. Sumber vitamin dan mineral ini bisa didapat dari berbagai macam sayuran dan buah-buahan

    Zat yang paling berperan langsung pada daya pikir adalah zat besi dan yodium. Kekurangan zat besi berakibat jumlah oksigen yang dibawa oleh sel-sel ke seluruh tubuh termasuk ke dalam otak berkurang, sehingga terlihat individu lesu, tidak bergairah dan menurunnya daya konsentrasi. Zat besi banyak terdapat dalam daging berwarna merah, hati dan sayuran berwarna tua.

    Yodium berfungsi untuk kerja kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon tiroksin yang mengontrol laju metabolisme. Kekurangan yodium ini dapat mengakibatkan merosotnya IQ dan keterbelakangan mental. Yodium ini banyak terdapat pada makanan yang berasal dari laut dan garam. Zat lain yang sangat berguna bagi tubuh adalah kalsium yang digunakan untuk pertumbuhan tulang, gigi, kelancaran impuls syaraf di otak dan kerja jantung. Kalsium ini bisa didapat dari susu, keju, ikan laut, ayam dan brokoli (Boediarti dalam Izzaty, 2004)

Cacat dan penyakit

Kondisi individu yang cacat banyak disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

  • Pengaruh genetik karena adanya kelainan berupa penyimpangan kromosom. Salah satu penyimpangan kromosom disebut dengan down syndrome. Penyimpangan ini disebabkan adanya kelainan pada kromosom ke-21 berjumlah tiga dari yang seharusnya berjumlah dua. Individu yang menderita down syndrome ini memiliki ekspresi muka yang khas, yang biasanya diikuti oleh keterbelakangan dalam perkembangan (Monks, 1998)

  • Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung. Seperti yang diungkapkan oleh Mussen (1994) mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi dapat menyebabkan berat lahir rendah, menderita kecacatan atau keabnormalan pada otak sehingga mengakibatkan retardasi mental, kurangnya kekebalan tubuh sehingga cepat terserang penyakit radang paru-paru dan bronkitis, serta cacat tubuh.

  • Obat-obatan dan alkohol. Kandungan zat kimia pada obat dan alkhohol pada orangtua akan menghasilkan sprerma dan sel telur yang tidak sehat. Begitupun pada kondisi janin yang dikandung oleh ibu yang sering meminum alkohol, obat-obatan, serta obat terlarang seperti mariyuana serta obat-obat psikotropika kecendrungan untuk melahirkan bayi yang cact cenderung besar. Selain itu kelainan jantung, retardasi mental, serta fungsi tubuh yang tidak optimal dapat menjadi akibat dari obat dan alkohol.

  • Radiasi. Mussen (1994) mengatakan bahwa sumber potensial kecacatan pada bayi adalah radiasi sinar X yang dialami ibu selama kehamilan, baik itu untuk pengobatan penyakit ibu seperti kanker, tumor, atau diagnosis penyakit lain.Radiasi antara pembuahan dan saat ovum tertanam di uterus dianggap mengahncurkan ovum yang telah dibuahi. Bahaya terbesar adalah cacat bentuk tubuh antara minggu kedua dan keenam setelah pembuahan.

  • Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan. Beberapa penyakit yang dianggap berbahaya dapat mempengaruhi kondisi janin adalah penyakit citomegalovirus, rubela (campak jerman), hepatitis, cacar air, sipilis, serta toksoplasma. Beberapa penyakit yang dapat timbul adalah cacat tubuh, cacat jantung, ketulian, kebutaan, serta retardasi mental.

  • Keadaan Emosi pada Ibu. Keadaan emosi itu sangat memperngaruhi perkembangan janin. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ktika ibu merasakan marah, tertekan, takut, dan cemas yang tinggi akan mengaktifkan sistem autonomik ibu yang selanjutnya melepaskan zat kimia seperti asetilkolin dan epnefin ke dalam aliran darah. Selanjutnya, dalam keadaan seperti itu, kelenjar-kelnejar endokrin seperti kelenjar adrenalin mengeluarkan berbagai jenis hormon dan terjadi modifikasi metabolisme sel. Dengan berubahnya komposisi darah, zat baru diteruskan melewati plasenta, sehingga menghasilkan perubahan dan sistem peredaran janin. Perubahan inilah yang dapat menganggu janin. Sebuah penelitian mencatat bahwa gerakan tubuh janin meningkat beberapa ratus persen sewaktu mengalami stres atau tekanan emosi (Sontag dalam Mussen, 1994). Lebih lanjut dikatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang tidak bahagia atau gundah, maka dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau memiliki berat lahir rendah, hiperaktif, rewel, kesulitan makan, mengalami gangguan tidur, buang air besar berlebihan, serta kebutuhan luar biasa untuk diperlukan an diperhatikan.

2. Kondisi Psikis

Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang diuraikan sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi mental .

Faktor Eksternal


Lingkungan Fisik

Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu. Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan.

Menurut teori stres lingkungan (Sarwono, 1992), ada dua elemen dasar yang menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya. Elemen pertama adalah stresor dan elemen kedua adalah stres itu sendiri. Stresor adalah elemen lingkungan yang merangsang individu seperti kebisingan, suhu udara, dan kepadatan, ataupun lingkungan rumah yang tidak sehat. Sementara stres diartikan sebagai ketegangan atau tekanan jiwa yang merupakan akibat dari hubungan antara stresor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu.

Lingkungan Non fisik

Faktor Non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Adapun beberapa faktor yang berkenaan dengan faktor non fisik ini adalah ;

  1. Faktor Psikososial
    Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang tua:

    • Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang perkembangan individu. Individu yang mendapat stimulasi atau rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan individu yang tidak mendapatkan banyak stimulasi. Individu akan berkembang pola-pola berfikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi rangsangan yang berupa dorongan dan kesempatan dari lingkungan disekitarnya. Walaupun mungkin ada individu yang berbakat, namun bila lingkungannya tidak mendukung, potensinya untuk berkembangpun dapat terhambat. Sebaliknya, bila ada individu yang belum terlihat potensi pada dirinya, namun rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan usianya, maka individu tersebut dapat berkembang jauh lebih baik. Sebagai contoh, individu yang sejak dini diajarkan bagaimana memecahkan permasalahannya akan lebih mudah menyelesaikan masalah lain karena adanya pengalaman belajar.

    • Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan dari sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada individu dalam menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat membangun daya fikir dan daya cipta individu, akan membuat individu termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan pada individupun dalam mengeksplorasi sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi individu belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak institusi pendidikan maupun dari pihak keluarga. Individu dimotivasi utnuk menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang sesuatu utnuk memuaskan rasa ingin tahunya merupakan hal yang dibutuhkan individu.

    • Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua merupakan area terdekat pada individu. Individu sangat memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orangtua. Bagaimana gaya pengasuhan orangtua yang diberikan pada individu; apakah permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan individu berbuat apapun, ataukah bersifat otoritatif yang merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan dampak yang berbeda pada individu. Pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi antara individu dan orangtua. Bagaimana individu terbentuk tentunya didapat dari pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal inilah yang terkadang mendasari individu untuk mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, individu yang mendapat gaya pengasuhan otoriter yang bercirikan semua diatur oleh orangtua individu tersebut akan menjadi individu yang selalu bergantung serta memiliki daya kreativitas yang rendah karena adanya pembatasan-pembatasan dalam berfikir dan berperilaku. Sebaliknya individu yang selalu mendapatkan kebebasan berperilaku semaunya akan mengembangkan sikap dan perilaku yang sulit memahami dan menerima keadaan yang berbeda dengan dirinya.

Sumber : Rita Eka Izzaty dkk, (2007), Perkembangan Peserta Didik, Universitas Negeri Yogyakarta