Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Kelarutan?

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Kelarutan ?

image

Faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan antara lain :

1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)

Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.

Sedangkan zat terlarut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

2. Cosolvensi (zat penambah kelarutan)

Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.

Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah:

  • Dapat larut dalam air
    Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

  • Tidak larut dalam air
    Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.

4. Temperatur

Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Contoh:
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

Contoh:
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas Misalnya zat KOH dan K2SO4.

Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan,
misalnya:

  • Zat-zat yang atsiri, Contohnya: Etanol dan minyak atsiri.
  • Zat yang terurai, misalnya: natrium karbonat.
  • Saturatio
  • Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.

5. Salting Out

Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

Contohnya: kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.

6. Salting In

Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.

Contohnya: Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

7. Pembentukan Kompleks

Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

KECEPATAN KELARUTAN

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

  1. Ukuran partikel.
    Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.

  2. Suhu.
    Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.

  3. Pengadukan.
    Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding jika tidak diaduk.

Sumber :
Santi. Sinala, Farmasi Fisika, 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.