Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitas vital paru?

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen diambil melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas oksigen maksuk melalui trakea dan pipa bronkhilis ke alveoli dan dapat erat berhubungan dengan daerah di dalam kapiler pulmonaris. Pada penderita penyakit paru-paru kapasitas volume udara yang masuk dapat berkurang sementara untuk kapasitas paru-paru normal untuk laki-laki 4-5 liter sedangkan perempuan 3-4 liter. Kapasitas vital paru adalah volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama sistem pernapasan pada manusia.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitas vital paru ?

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang, yaitu:

1. Usia

Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak ± 5 liter. Saat ekspirasi terjadi, di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter udara. Pada waktu bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2600 cc (2,5 liter) jumlah pernafasan. Dalam keadaan normal:

  • Orang Dewasa : 16-18 kali per menit
  • Anak-anak : 24 kali per menit
  • Bayi kira-kira : 30 kali per menit

Walaupun pada pernapasan pada orang dewasa lebih sedikit daripada anak-anak dan bayi, akan tetapi kapasitas vital paru orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi. Dalam keadaan tertentu dapat berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah cepat atau sebaliknya (Trisnawati, 2007).

Umur merupakan variabel yang penting dalam hal terjadinya gangguan fungsi paru. Semakin bertambahnya umur, terutama yang disertai dengan kondisi lingkungan yang buruk serta kemungkinan terkena suatu penyakit, maka kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru dapat terjadi lebih besar.

Seiring dengan pertambahan umur, kapasitas paru juga akan menurun.Kapasitas paru orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada orang yang berusia 50 tahunan kapasitas paru kurang dari 3.000 ml.

Secara fisiologis dengan bertambahnya umur maka kemampuan organ- organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah tidak terkecuali gangguan fungsi paru dalam hal ini kapasitas vital paru. Kondisi seperti ini akan bertambah buruk dengan keadaan lingkungan yang berdebu atau faktor-faktor lain seperti kebiasaan merokok serta kebiasaan olahraga/aktivitas fisik yang rendah.

Rata-rata pada usia 30 – 40 tahun seseorang akan mengalami penurunan fungsi paru yang dengan semakin bertambah umur semakin bertambah pula gangguan yang terjadi (Guyton & Hall, 2008).

2. Jenis kelamin

Kapasitas vital paru berpengaruh terhadap jenis kelamin seseorang. Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 % lebih kecil dari pada pria (Guyton & Hall, 2008).

Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.

Frekuensi pernapasan pada laki-laki lebih cepat dari pada perempuan karena laki-laki membutuhkan banyak energi untuk beraktivitas, berarti semakin banyak pula oksigen yang diambil dari udara hal ini terjadi karena lelaki umumnya beraktivitas lebih banyak dari pada perempuan.

3. Status gizi

Status Gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Seseorang dengan kategori kurus dan tinggi biasanya kapasitas vitalnya lebih dari orang gemuk pendek. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal.

4. Kondisi kesehatan

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit. Gangguan kesehatan yang terjadi pada seseorang yang diakibatkan karena infeksi pada saluran pernafasan dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru (Pearce, 2002).

5. Riwayat penyakit

Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorang yang mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungan secara bermakna dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Dari hasil penelitian Soedjono (2002) dan Nugraheni (2008) diperoleh hasil bahwa pekerja yang mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru.

Seseorang yang pernah mengidap penyakit paru cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan sedikit mengalami pertukaran udara. Akibatnya akan menurunkan kadar oksigen dalam darah. Banyak ahli juga berkeyakinan bahwa penyakit emfisema kronik, pneumonia, asma bronkiale, tuberculosis dan sianosis akan memperberat kejadian gangguan fungsi paru.

6. Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja. Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja, setelah bekerja ditempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja.

7. Kebiasaan merokok

Menurut Depkes RI (2003) merokok menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak. Pada saluran pernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga terjadi penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.

Pada jaringan paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan fungsi paru-paru dan segala macam perubahan klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun. Kebiasaan merokok dan akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7 ml untuk non perokok, 38,4 ml untuk bekas perokok, dan 41,7 ml perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok

8. Kebiasaan olahraga

Olah raga atau latihan fisik yang dilakukan secara teratur akan menyebabkan peningkatan kesegaran dan ketahanan fisik yang optimal, pada saat latihan terjadi kerja sama berbagai lelah otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakan dan daya tahan sistem kardiorespirasi.

Kapasitas vital paru dan olah raga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan kapasitas vital paru dapat mempengaruhi kemampuan olah raga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur atau olaraga dapat meningkatkan kapasitas vital paru. Kebiasaan olahraga akan meningkatkan kapasitas paru 30-40% (Guyton & Hall, 2008).

Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas vital pada seorang atlet lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru

Terjadinya gangguan fungsi paru pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh kadar debu yang tinggi, melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik dari responden. Kondisi tersebut semakin menunjukkan bahwa terjadinya gangguan fungsi paru tidak hanya dipengaruhi oleh kadar debu di lingkungan tempat kerja, akan tetapi masih terdapat fakor-faktor lain yang berpengaruh. Menurut Umakaapa dkk, (2012) faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap fungsi paru pekerja di lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

  1. Umur
    Umur akan cenderung memepengaruhi daya tahan tubuh terhadap kejadian suatu penyakit. Semakin bertambah umur seseorang akan semakin menurun pula daya tahan tubuh seseorang, dengan demikian menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktus dan fungsi normalnya. Faktor umur mempengaruhi kekenyalan paru sebagaimana jaringan lain dalam tubuh. Walaupun tidak dapat dideteksi, hubungan umur dengan pemenuhan volume paru, tetapi rata-rata telah memberikan suatu perubahan yang besar terhadap volume paru.

  2. Jenis Kelamin
    Pekerja yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan pekerja yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan sebagaian besar nilai fungsi paru atau kapasitas paru pada perempuan lebih rendah dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki dan perbedaan ini mungkin karena perbedaan anatomi dan fisiologis komponen-komponen sistem pernapasan.

  3. Masa Kerja
    Masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap debu yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Semakin lama paparan (masa kerja) maka semakin besar kemungkinan seseorang medapatkan risiko tersebut jadi salah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru adalah lamanya seseorang terpapar debu.

  4. Kebiasaan Merokok
    Kebiasaan merokok seseorang mempengaruhi kapasitas paru. Hampir semua perokok yang diobservasi menunjukkan penurunan pada fungsi parunya. Kebiasaan merokok bukan hanya akan mempengaruhi tingkat pertukan oksigen dalam darah, tetapi juga akan menjadi faktor potensial beberapa penyakit paru termasuk korsinme paru. Oleh karena itu, kebiasaan merokok dapat mempengaruhi gangguan fungsi paru.

  5. Kebiasaan Olahraga
    Pekerja yang tidak memiliki kebiasaan olahraga lebih banyak mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan pekerja yang memiliki kebiasaan olahraga. Hal ini dikarenakan kebiasaan olahraga sangat berpengaruh terhadap sistem kembang pernapasan, sehingga dengan latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan pemasukan oksigen kedalam paru.

  6. Kebiasaan Penggunaan Masker
    Penggunaan masker mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi paru dikarenakan jika menggunakan masker pekerja tidak langsung terpapar langsung oleh debu yang dihasilkan. Namun penggunaan masker harus sesuai standar yang ditentukan.

  7. Lingkungan Kerja
    Lingkungan kerja mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi paru. Faktor lingkungan kerja kerja yang mempengaruhi gangguan fungsi paru pada pekerja industri adalah tempat kerja, ventilasi, suhu, kelembaban, perilaku penggunaan alat pelindung diri, dan posisi kerja.

2 Likes