Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan iterpersonal ?

Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan iterpersonal ?

Dalam suatu hubungan tentunya ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Ada faktor internal dan juga faktor eksternal.

Faktor Internal


Faktor internal adalah faktor dalam diri kita meliputi dua hal, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi (Need For Affiliation) dan pengaruh perasaan.

  • Kebutuhan untuk berinteraksi (Need For Affiliation)

    Kita cenderung ingin berinteraksi dengan orang lain, namun dilain waktu, terkadang kita juga tidak ingin berinteraksi atau ingin sendirian. Menurut McClelland kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja sama, saling mendukung, dan konformitas.

    Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini agar disukai, diterima oleh orang lain, serta mereka cenderung untuk memilih bekerja bersama dengan orang yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.

    Keefektifan dalam hubungan interpersonal ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, kita dapat meningkatkan keefektifan hubngan interpersonal dengan cara berlatih mengungkapkan maksud-maksud atau apa yang kita inginkan, menerima umpan balik tentang tentang tingkahlaku kita, dan memodifikasi tingkahlaku kita sampai lawan interaksi kita dapat menciptakan persepsi apa yang dimaksudkan diri kita.

  • Pengaruh perasaan

    Penelitian dari Byrne, dkk (1975) dari Fraley dan Aron menunjukkan bahwa dalam berbagai situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi, sekalipun dengan orang yang belum dikenal. Sehingga kita lebih dapat berpikir lebih sehat dan berperilaku lebih baik. Jadi, kita akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita sedang senang di bandingkan jika kondisi perasaan kita sedang negative. Hal ini terjadi, pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi. Bila orang berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan, ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain.

Faktor Eksternal

Sedangkan, Faktor Eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah:

  • Kedekatan (Proximity)

    Orang cenderung menyenangi mereka yang berdekatan, mislanya tempat tinggal. Persahabatan lebih cenderung lebih tumbuh yang jaraknya dekat, jika ada pertanyaan apakah karena saling menyukai orang berdekatan, atau karena berdekatan orang saling menyukai, maka jawabannya benar semua. Tentang arti dari kedekatan dalam hubungan interpersonal menurut Baron dan Byrne menjelaskan bahwa kedekatan secara fisik antara orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama seperti di kantor dan di kelas, menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis diantara mereka semakin besar kemungkinan kedua orang tersebut untuk sering bertemu.”

    Selanjutnya pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain, sehingga timbul ketertarikan di antara mereka. Hal ini disebut juga dengan more exposure effect, penelitian ini pertama kali dilakukan oleh Zajonc tahun 1968. Kita cenderung menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal.56 Faktor-faktor yang membuat orang berdekatan saling menyukai, yaitu:

    • Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban.

    • Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.

    • Orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada yang jauh.

    • Berdasarkan teori konsistensi kognitif, kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita.

    • Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya, hal ini meneyebabkan ia cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek negative dari hubungan itu sehingga hubungan dimasa dating akan lebih menyenangkan.

  • Daya tarik fisik

    Sebuah penelitian mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin (laki-laki) dan lebih feminism (perempuan) daripada orang yang tidak menarik. Jadi, kita cenderung untuk memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan orang yang kurang menarik, karena orang yang menarik memiliki karakteristik lebih positif.

    Dalam masyarakat kita, berdasarkan hanya pengamatan sepintas, orang akan dapat membuat kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi, berdasarkan hanya pada penampilan.salahsatu alas an bahwa daya tarik fisik menjadi daya tarik interpersonal karena sebagaimana ras dan jenis kelamin, penampilan fisik adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Daya tarik fisik juga dapat mempengaruhi kepribadian pemiliknya.

  • Kesamaan (Similarity)

    Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang dan kepribadian. Alasan kesamaan menjadi faktor penting penentu daya tarik interpersonal adalah:

    • Pertama, menurut acuan teori konsistensi kognitif dari Heider jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memiliki sikap yang sama dengan kita. Hal ini agar seluruh aspek kognitif konsisten.

    • Kedua, Don Byrne menunjukkan hubungan linier antara daya tarik dan kesamaan dengan teori peneguh dan behaviorisme. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran, dan perbedaan yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap kita dengan orang lain memerteguh kemampuan kita dalam menafsirkan realitas sosial. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyajkinan kita tentang kebenaran pandangan kita.

    • Ketiga, pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita mengantisipasi bahwa interaksi dimasa datang akan positif dan mendapat ganjaran.

    • Keempat, kita cendeung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita.

  • Kemampuan (Competence/Ability)

    Kita cenderung menyenagi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kita bahkan yang lain. Menurut teori pertukaran sosial, ketika oang lain memberi ganjaran atau konsekuensi positif pada kita, maka kita cenderung ingin bersamanya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi keuntungan kepada kita, mereka dapat membantu menyelesaikan masalah, memberikan nasihat, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan orang yang memiliki kemampuan lebih disukai daripada sebaliknya.

    Suatu perkecualian yang menarik menurut Aroson, Willerma dan Floyd yang menemukan bahwa Orang yang paling disenangi justru orang yang memilki kemampun tinggi tapi menunjukkan kesalahan. Ia menciptakan empat kondisi eksperimental:

    1. orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah,
    2. berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah,
    3. orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah,
    4. orang yang berkemampuan rata-rata tetapi tidak berbuat salah.”

    Orang yang pertama dinilai paling menarik, dan orang yang ketiga dinilai paling tidak menarik. Orang yang sempurna tanpa kesalahan adalah yang kedua dalam daya tarik dan orang biasa yang tidak berbuat salah menduduki urutan ketiga. Tetapi menurut Brighan: Suatu kesalahan mengurangi daya tarik bahkan meskipun hal itu terjadi pada orang yang memiliki kompetnsi tinggi.”

  • Kesukaan secara timbal balik (Reciprocal Liking)

    Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menyukai kita. Dengan kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate) perasaan yang diberikan orang lain kepada kita (Dwyer, 2000). Ia juga menambahkan, psada dasarnya, ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive reinforcement.

    Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang komplek. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik. Fenomena self fulfilling propechy yaitu keyakinan kita merasa disukai orang lain menyebabkan kita berperlikau dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain sehingga menyebabkan orang lain juga akhirnya menyukai kita. Namun ada salahsatu faktor terpenting yang bisa menumbuhkan terjadinya hubungan interpersonal, yaitu faktor saling membutuhkan, hubungan interpersonal terjadi karena sesama individu saling membutuhkan informasi, pengajaran, nasihat, bantuan, dan pengertian dari orang lain.

    Adapun Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal yaitu:

    • Percaya (Trust)

      Kepercayaan adalah perasaan bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam suatu hubungan, kepercayaan berkaitan dengan prediksi, artinya ketika kita dapat memprediksi seseorang tidak akan mengkhianati dan dapat bekerjasama dengan baik, maka kepercayaan itu lebih besar. Tiga macam tingkah laku yang bisa menurunkan kepercayaan dalam suatu hubungan yaitu:

      1. Menunujukkan penolakan, menolok-olok atau melecehkan pembukaan diri orang lain.

      2. Tidak membalas pembukaan diri orang lain.

      3. Tidak mau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain, tidak menunujukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama.

      Sikap percaya menentukan efektivitas komunikasi. Orang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memilki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang tertentu. Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan jelas maka akan timbul sikap percaya. Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya, yaitu:

      1. Menerima

        Menurut Anita Tylor (1977) yang menguraikan tentang peranan percaya dalam komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang meilhat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai”.

      2. Empati

        Berempati artinya membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain, dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan. Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan ari sudut pandang orang lain. Dengan empati akan menjadi filter agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Hakikat empati adalah uasaha masing-masing pihak untuk merasakan apan yang dirasakan orang lain dan dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.

      3. Kejujuran

        Kita menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak menyembunyikan pikiran dan pendapatnya, kepada orang yang terbuka atau tidak mempunyai tndakan yang kesannya dibuat-buat. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga. Ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita.

    • Sikap terbuka.

      Sifat terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan hubungan interpersonal yang efektif. Sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal kedua belah pihak yang menjalin hubungan. kedua belah pihak harus saling membuka diri dan peka terhadap sekitar. Keterbukaan ialah sikap yang dapat menerima masukan dari orang lain, semua berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon. Dalam hubungan interpersonal sikap terbuka dapat berlangsung secara adil, transparan, dan dap diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.

      William C, Schultz merumuskan teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation), menurut teori ini orang memasuki kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal, yaitu:

      1. Inclusion, ingin masuk menjadi bagian dari kelompok. Ketika pertama kali memasuki kelompok biasanya memiliki kecemasan bagaimana menyesuaikan diri, sehingga timbul rasa takut diabaikan, takut melibatkan diri dan berhubungan dengan orang lain. Inklusi merupakan hubungan yang dibuat harus melekat pada kepribadian seseorang dan tidak dapat digantikan oleh orang lain.

      2. Control, ingin mengendalikan orang lain. Pembagian kerja yang harus dilakukan agar kelompok tugas produktif menimbulkan perlunya control. Sebagian rang memiliki kepribadian sangat kompetitif, menonjol, dan percaya diri dalam menstruktur berbagai tugas.

      3. Affection, ingin memperoleh keakraban emosional. Kebutuhan kasih sayang adalah dimensi emosional kelompok. Sebagian orang adalah underpersonal yaitu membuat jarak dari semua orang, tampak menolak atau tidak memerlukan kontak personal. Sedangkan sebagian orang adalah overpersonal yaitu seseorang yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan jika tidak mempunyai ikatan emosional yang kuat yang menghubungkan mereka dengan anggota kelompok.

Referensi
  • Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991)
  • Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi (Tinjauan Psikologis), (Yogyakarta: Kanisius, 1995).
  • Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1991).
  • Yusup Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996).
  • Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011).
  • Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, (Malang: UMM Press, 2012).
  • Muchammad Ismail, Pengantar Psikologi, (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press, 2013).