Faktor-faktor apa saja yang dapat mempersulit proses persalinan?

Persalinan adalah akhir dari kehamilan dan dimulainya bayi baru lahir untuk memulai kehidupan di luar rahim. Persalinan merupakan proses yang dimulai dengan keluarnya janin/ hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Terzidou, 2009, Wiknjosastro, 2002).

Faktor-faktor apa saja yang dapat mempersulit proses persalinan ?

Proses persalinan yang sulit biasa disebut Distosia/ penyulit persalinan. Distosia/ penyulit persalinan merupakan persalinan yang abnormal (Reeder, Martin & Griffin, 1997). Persalinan menjadi lebih panjang, lebih nyeri/ sulit dan abnormal karena masalah persalinan berupa power, passageway, passenger, position, atau psychologic.

Reeder, Martin & Griffin (1997) menyatakan bahwa penyebab distosia adalah :

  • Power, kontraksi uteri kurang kuat atau kurang terkoordinasi untuk menimbulkan pembukaan dan pendataran servix.

    Masalah power pada persalinan adalah masalah pada kontraksi uterus dan kekuatan meneran ibu (Reeder, Martin & Griffin, 1997). Kontraksi uterus/ his yang normal mempunyai sifat kontraksi yang simetrik, dominasi pada fundus uteri, kontraksi semakin kuat dan sering diselingi relaksasi yang baik.

    Pada kala satu, his terjadi tiap 3 – 5 menit, selama 35 detik, sedangkan pada akhir kala I dan II tiap 2 – 3 menit selama 60 detik. Macam- macam kelainan his antara lain inersia uteri, incoordinate uterine contraction, dan his terlalu kuat.

    Purwadianto & Sampurna (2000), menyatakan bahwa inersia uteri ditandai dengan kontraksi uterus yang lemah, singkat dan jarang, dapat timbul sejak permulaan persalinan/ masa laten (primer) atau pada masa aktif (sekunder).

    Umumnya, Incoordinate uterine contraction terjadi pada persalinan tidak maju walaupun segalanya tampak normal atau tidak ada masalah. His terlalu kuat dapat menimbulkan partus presipitatus (persalinan yang selesai dalam waktu kurang dari 3 jam). Hal ini terjadi akibat his yang lebih kuat, lebih lama, dan lebih sering dari umumnya (Purwadianto & Sampurna, 2000).

    Sedangkan kekuatan meneran ibu dapat dipengaruhi oleh anestesi atau obat penenang, kelelahan atau rasa nyeri yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan ibu tidak kuat mendorong bayi secara efektif (Reeder, Martin & Griffin, 1997)

  • Passageway, bentuk dan ukuran tulang panggul yang abnormal.

    Masalah passageway pada persalinan dapat terjadi karena panggul sempit, panggul patologik, atau tumor jalan lahir (Purwadianto & Sampurna, 2000). Bentuk dan ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. Panggul normal wanita adalah berbentuk ginekoid yang merupakan bentuk terbaik bagi jalan keluar janin.

    Menurut Reeder, Martin & Griffin (1997), panggul berbentuk ginekoid dapat dikatakan bermasalah jika ukuran kepala janin tidak sesuai dengan ukuran panggul ibu atau sering disebut sebagai cephalopelvic disproportion (CPD). Selain distosia pada panggul, penyebab distosia pada passageway adalah leiomioma, tumor ovarium, dan lain- lain (Perry et all, 2010).

  • Passenger, malpresentasi atau malposisi, ukuran yang tidak normal atau perkembangan janin yang tidak normal, letak plasenta tidak normal.

    Masalah passenger/ kelainan janin dapat terjadi karena kelainan letak, presentasi atau posisi, kelainan bentuk janin, tali pusat menumbung atau tali pusat terkemuka (Purwadianto & Sampurna, 2000).

    Pada pemeriksaan luar, kelainan letak lintang biasanya akan teraba bagian besar janin pada sisi kiri atau kanan dan bunyi jantung janin terdengar paling keras di sekitar pusat. Pada pemeriksaan dalam, kelainan letak lintang teraba lengan/ bahu atau klavikula atau scapula dan arah menutupnya ketiak sesuai dengan letak kepala.

    Pemeriksaan luar pada kelainan presentasi, ditandai dengan teraba kepala di fundus dan bokong di atas simfisis, bunyi jantung janin terdengar paling keras setinggi/ sedikit di atas pusat. Pada pemeriksaan dalam, teraba sakrum atau anus atau kaki. Pemeriksaan dalam pada kelainan presentasi muka, akan teraba bagian- bagian wajah (dagu, mulut, hidung, telinga).

    Pemeriksaan dalam pada kelainan presentasi ganda, teraba tangan/ kaki disamping kepala atau tangan disamping bokong, dan mungkin teraba pula tali pusat. Sedangkan kelainan bentuk janin dapat berupa hidrosefalus, janin terlalu besar, tali pusat menumbung (Purwadianto & Sampurna, 2000).

  • Position, Posisi ibu saat melahirkan dapat memberikan keuntungan terhadap mekanisme persalinan dengan efek gravitasi untuk memudahkan dalam melahirkan.

    Masalah position pada persalinan dapat terjadi karena posisi yang kurang tepat pada ibu bersalin (Perry, et all, 2010). Posisi ibu saat melahirkan dapat memberikan keuntungan terhadap mekanisme persalinan dengan efek gravitasi untuk memudahkan dalam melahirkan.

    Contohnya adalah posisi the hand and the knees membantu posisi kepala janin bagian posterior occiput berotasi secara efektif dibandingkan dengan posisi lateral. Selain itu, posisi jongkok memudahkan janin terdorong dan mempercepat kala dua persalinan (Perry, et all, 2010).

  • Psychologic, faktor ibu seperti cemas, kurangnya persiapan persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.

    Masalah psychologic juga dapat dipengaruhi oleh respon psikologis ibu saat melahirkan. Hormone dan neurotransmitter seperti katekolamin dikeluarkan jika seseorang dalam keadaan stress. Katekolamin ini dapat menyebabkan distosia.

    Sumber stress bagi setiap ibu berbeda, namun nyeri dan tidak adanya support system merupakan dua faktor yang paling berpengaruh. Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi serviks akan terhambat dan menyebabkan persalinan lama serta meningkatkan persepsi nyeri.

    Kecemasan juga menyebabkan meningkatnya hormone yang berhubungan dengan stress seperti beta-endorphin, hormone adrenocorticotropic, kortisol dan epineprin. Hormon- hormon tersebut mempengaruhi otot polos uterus. Jika hormon tersebut meningkat maka akan menyebabkan distosia dengan cara menurunkan kontraktilitas uterus sehingga menyebabkan persalinan lama (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).

Kelima faktor tersebut saling ketergantungan dan dapat menyebabkan pola persalinan yang abnormal seperti persalinan lama (Perry, et all, 2010). Persalinan lama dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti kontraksi uterus yang tidak efektif, kontraktur panggul, CPD, presentasi atau posisi janin yang abnormal, penggunaan analgetik yang terlalu dini, cemas dan stress (Perry et all, 2010).

Fase laten yang lama dapat terjadi lebih dari 20 jam untuk nulipara dan lebih dari 14 jam untuk multipara. Sedangkan pada fase aktif memanjang, persalinan lama dapat terjadi kurang dari 1,2 cm per jam pada nulipara dan kurang dari 1,5 cm per jam pada multipara. (Perry et all, 2010).

Dampak persalinan lama adalah meningkatnya insiden kesakitan dan kematian ibu akibat dari rupture uteri, infeksi, dehidrasi berat, dan perdarahan postpartum. Selain itu, janin akan berisiko untuk terjadinya hipoksia. Persalinan yang lama dan sulit akan mempengaruhi psikologis baik ibu, ayah, dan keluarga termasuk kesiapan merawat bayinya (Perry et all, 2010). Tindakan operasi caesar tidak terencana untuk mengatasi persalinan lama juga dapat menyebabkan masalah psikologis dan fisik (Gould, 2006).

Masalah tersebut antara lain adanya luka dan persepsi nyeri juga dapat berkontribusi terhadap mobilitas ibu, kenyamanan ibu dan kemampuan untuk merawat bayinya. Efek lain yang dapat muncul pada ibu yang dilakukan operasi caesar adalah ungkapan perasaan takut, kecewa, marah serta kehilangan harga diri yang berhubungan dengan perubahan citra diri (Bobak & Lowdermilk, 2005).