Faktor-Faktor apa saja Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)?

Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan angka nasional Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sebesar 11,1% dengan kisaran 6%-19,2% jika dirinci untuk tiap propinsi. Propinsi Sumatera Barat merupakan propinsi dengan angka BBLR terendah, sedangkan Propinsi Nusa Tenggara Timur menjadi propinsi dengan angka BBLR tertinggi. Selain itu, kebanyakan propinsi di wilayah timur Indonesia masih memiliki angka BBLR di atas 15%.

Faktor-Faktor apa saja Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ?

Secara prinsip, BBLR disebabkan salah satu atau kedua faktor berikut yaitu prematuritas dan/atau retardasi pertumbuhan dalam rahim/IUGR (Kramer, 1998)

Pada negara berkembang determinan utama kejadian BBLR adalah IUGR, sedangkan penyebab IUGR bersifat multipel dan kompleks (Pojda dan Kelley, 2000).

Faktor gizi seperti status gizi maternal yang inadekuat pada masa pra konsepsi, ibu yang pendek (karena secara prinsip terjadi akibat kurang gizi dan infeksi selama masa kanak-kanak) dan gizi maternal yang buruk pada masa kehamilan (pertambahan berat badan hamil yang tidak memadai terutama disebabkan karena asupan yang kurang).

Berat badan pra hamil dan pertambahan berat badan hamil memberikan pengaruh independen namun bersifat kumulatif terhadap berat lahir (ACC/SCN, 2000 & Rao dan Yajnik, 2010).

Selain faktor gizi, berbagai faktor lain juga memiliki pengaruh terhadap IUGR. Primipara, gestasi multipel, malaria, anomali genetik atau kromosom dan juga kelainan maternal seperti kelainan ginjal dan hipertensi juga memiliki pengaruh terhadap IUGR.

Merokok dan preeclampsia ditengarai menjadi faktor utama IUGR pada negara maju diikuti oleh pertambahan berat badan hamil yang tidak memadai serta IMT pra hamil yang rendah (ACC/SCN, 2000 & Pojda dan Kelley, 2000).

Sementara itu, determinan utama BBLR pada negara maju didominasi oleh prematuritas. Pada banyak kasus prematur, penyebab pasti dari prematur belum menemui titik temu. Namun diperkirakan bahwa prematuritas mencakup tekanan darah tinggi pada ibu, infeksi akut, kerja fisik yang berat, kelahiran multipel, stres, kecemasan dan faktor psikologis lainnya (Pojda & Kelley, 2000).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba et al ., 2007; Damanik, 2008). Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).

Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain :

  1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir 1500 – 2499 gram.

2.Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.

  1. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2005).

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

  1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
    Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang,.

  2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
    Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (Surasmi et al., 2003; Syafrudin & Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).

Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ibu dan faktor janin. Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum hamil rendah, penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan, malnutrisi, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah, remaja, tubuh pendek, sudah sering hamil, dan anemia (Hanum et al ., 2014). Infeksi pada ibu selama kehamilan, sosial ekonomi rendah, dan stres maternal, juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR (Santoso et al ., 2009). Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain kehamilan ganda, hidroamnion, dan cacat bawaan (Surasmi, Handayani, Kusuma, 2003). Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR (Sistiarani, 2008).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi hal-hal berikut :

  1. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.

  2. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.

  3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.

  4. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Syafrudin & Hamidah, 2009).