Faktor apa saja yang menyebabkan keluarga broken home?

Broken home

Broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat.

Faktor apa saja yang menyebabkan keluarga broken home ?

Berikut merupakan faktor-faktor penyebab dari kondisi keluarga broken home :

1. Faktor internal

  • Orang tua yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri

    Keadaan dimana orang tua baik itu ayah atau ibu sama-sama bekerja, sama-sama sibuk dengan pekerjaan setiap harinya dapat memicu terjadi broken home apabila tidak diimbangi dengan komunikasi antar anggota keluarga.

  • Orang tua tidak dewasa dalam berpikir

    Selalu mengedepankan ego masing-masing dan selalu menganggap pendapatnyalah yang paling benar. Hal ini akan menjadi penyebab suami istri sering bertengkar dalam rumah tangga.

  • Rumah tangga dengan landasan keimanan yang tidak kuat

    Permasalahan yang muncul dalam rumah tangga sejatinya adalah cobaan dalam hidup. Tidak sedikit orang yang depresi lalu melakukan hal-hal diluar dugaan karena tidak punya iman yang kuat.

  • Wawasan pikiran yang kurang luas

    Bisa disebabkan juga karena faktor pendidikan yang kurang. Wawasan yang kurang luas bisa mempengaruhi cara berpikir dan mengambil sikap terhadap masalah yang sedang dihadapi.

  • Masalah keuangan dalam keluarga

    Tidak bisa kita pungkiri keuangan dalam rumah tangga menjadi hal yang sangat vital. Satu keluarga bisa bercerai berai hanya karena system keuangan yang buruk, misal suami bekerja keras untuk nafkah keluarga sementara istri boros dalam penggunaan, penghasilan istri yang lebih tinggi dari suami, atau tidak bisa menerapkan tips mengatur keuangan rumah tangga agar tidak boros.

2. Faktor Eksternal

  • Hadirnya orang ketiga dalam pernikahan

    Godaan pasangan yang sudah menikah biasanya adalah orang ketiga yang hadir diantara mereka, bila tidak bisa menghindari masalah ini bisa berakibat hilangnya kepercayaan karena ketidak setiaan pasangan.

  • Ada campur tangan orang lain dalam pernikahan

    Misal ada kasus orang tua yang ikut ambil bagian dalam kehidupan rumah tangga anaknya, setiap masalah yang ada bukannya mencari cara mendamaikan keluarga yang bertengkar tetapi bertambah runyam karena ada pihak yang terpojokkan.

Broken home bukan hanya terjadi pada keluarga yang bercerai saja tapi juga bisa terjadi pada keluarga utuh tapi tidak bisa menemukan kecocokan satu sama lain sehingga berujung pertengkaran. Imbas dari masalah ini pasti anak.

Anak yang berasal dari keluarga broken biasanya rentan terjerumus kedalam hal-hal yang tidak baik seperti pergaulan bebas, narkotika, miras, dan lainnya. Semua dilakukan karena ingin mencari hiburan atau tempat bagi mereka yang tidak menemukan kenyamanan dirumah juga menjadi penyebab anak melawan orang tua. Anak-anak yang masih labil ini terkadang belum mengetahui ciri-ciri teman yang baik dan tulus untuk mereka, dikhawatirkan mereka malah terbawa arus pergaulan bebas anak-anak jaman sekarang.

Banyaknya permasalahan yang terjadi di dalam suatu keluarga tentunya diakibatkan oleh beberapa faktor yang cukup membawa dampak tidak baik dalam keluarga itu sendiri. Menurut Willis (2008) penyebab timbulnya keluarga broken home dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

  • Masalah Kesibukan

    Kesibukan yang dimaksud adalah terfokusnya suami istri dalam pencarian materi yaitu harta dan uang. Setiap pasangan mulai mempunyai kesibukan masing-masing, berupa pekerjaan yang seakan-akan tidak ada habisnya.

  • Orangtua yang Bercerai

    Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menopang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.

  • Sikap egosentrisme

    Sikap egosentrisme masing-masing suami istri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengakaran yang terus menerus. Egoism adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan diri sendiri. Ynag lebih berbahaya lagi adalah sifat egoisentrisme, yaitu sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan seseorang dengan segala cara. Bagi tipe orang seperti ini, orang lain dianggap tidak penting. Dia hanya ingin mementingkan diri sendiri, dan hanya memikirkan bagaimana orang lain mau mengikuti apa yang dikehendakinya.

  • Kebudayaan Bisu dalam Keluarga

    Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya hubungan dan dialog antar anggota keluarga. Masalah yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diiikat oleh tali batin. Masalah tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang saling mengenal dalam situasi perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Sifat kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting.

  • Perang Dingin dalam Keluarga

    Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat daripada kebudayaan bisu, sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

  • Jauh dari Tuhan

    Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat kepada Tuhan dan kedua orang tuanya.

  • Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak

    Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, sholat berjamaah di rumah dimana ayah menjadi imam, sedang anggota keluarga menjadi jamaah.

  • Masalah Pendidikan

    Masalah pendidikan merupakan penyebab terjadinya kritis dalam keluatga. Jika kedua belah pihak memiliki pendidikan yang memadai, maka wawasan kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami dan mengatasi liku- liku keluarga, karena itu yang sering terjadi adalah saling menyalahkan bila terjadi persoalan dalam keluarga. Terkadang konflik akan sulit diselesaikan apabila masing-masing dari komponen keluarga memiliki pengetahuan yang minim mengenai cara bagaimana menjaga hubungan dengan baik dalam sebuah keluarga.

  • Masalah Ekonomi

    Rumah tangga akan berjalan stabil dan harmonis bila didukung oleh kecukupan dan kebutuhan hidup, segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga dapat stabil bila telah terpenuhi keperluan hidup (ekonomi). Membina dan mengayuh bahtera rumah tangga tidak sebatas memodalkan cinta dan kasih sayang namun faktor ekonomi mempunyai pengaruh.

    Faktor dominan masalah rumah tangga adalah masalah ekonomi, di mana pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, padahal pemenuhan biaya hidup merupakan hal yang prinsip. Dalam hal ini ada dua penyebab masalah ekonomi, yaitu:

    1. Kemiskinan
      Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kondisi keluarga broken home. Hal ini timbul karena kondisi emosional keluarga yang tidak dewasa dalam menghadapi masalah, di karenakan bagian dari keluarga tersebut menuntut hal-hal di luar kebutuhan rumah tangga mereka sedangkan suami tidak dapat memenuhi tuntutan istri dan anak-ankanya sehingga pertengkaran suami istri terjadi dan timbullah konflik yang mengganggu keharmonisan di dalam keluarga tersebut.

    2. Gaya Hidup
      Berbeda dengan keluarga miskin, maka keluarga kaya lebih mengedepankan gaya hidup internasional, serba mewah dan mengikuti mode dunia. Namun, gaya hidup tersebut tidak selalu disukai oleh kedua belah pihak. Terkadang tidak semua suami menyukai gaya hidup glamor ataupun sebaliknya. Di sinilah awal pertentangan suami istri dan pada akhirnya pertengkaran tersebut dapat menimbulkan krisis dalam keluarga.