Elon Musk – Sang Iron Man Sesungguhnya

Film Iron Man mengisahkan tentang seorang laki-laki yang jenius, inovatif, milyader dan kocak dalam menghadapi musuh-musuhnya. Dengan senjata utama yang berupa “baju besi”, sang Iron Man yang bernama Tony Stark memiliki kerajaan bisnis yang bernama Stark Industry. Stark Industry merupakan perusahaan yang memakai teknologi canggih dan mutakhir dalam pertahanan dan persenjataan.

Saat ini telah muncul seseorang dan bisnisnya yang menyerupai Iron Man dan Stark Industry. Dia adalah Elon Musk dan kerajaan bisnisnya. Berbeda dengan Stark Industry yang merupakan perusahaan induk, Elon Musk tidak menghimpun perusahaan-perusahaannya dalam satu nama, mereka berdiri sendiri-sendiri. SpaceX, PayPal, Tesla Motors,Hyperloop, Solar City adalah perusahannya yang telah banyak merubah dunia. PayPal misalnya, telah merubah cara dunia bertransaksi dalam internet. Berikut adalah perbandingan Elon Musk dan Tony Stark yang dikutip dari Mashable.

Pria kelahiran Afrika Selatan pada 28 Juni 1971 dan penyandang 100 orang paling berpengaruh didunia pada tahun 2010 versi majalah time tersebut memiliki cara unik dan istimewa dalam berbisnis. Beberapa cara out of the box-nya diantaranya:

  1. Tidak pernah mengeluarkan dana perusahaan untuk advertising, alih-alih fokus pada research and development serta bagaimana menjadikan produk sebaik mungkin.

  2. Jika orang lain bekerja di suatu perusahaan untuk mendapatkan uang, Elon Musk bergabung dengan suatu perusahaan untuk memberikan uangnya dan mengembangkan perusahaan. Tentu perusahaan yang sesuai dengan passion dan cita-cita hidupnya seperti Tesla Motor.

  3. Bekerja sangat-sangat keras (work like hell) hingga secara rutin menghabiskan 100 jam per minggu untuk mengurus industri-industrinya.

Saat ini Indonesia membutuhkan banyak Elon Musk, membutuhkan banyak Insinyur. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjelaskan bahwa ratio jumlah insinyur Indonesia masih tergolong sangat rendah. Indonesia memiliki 2.671 insinyur per 1 juta penduduk, tertinggal dibandingkan Malaysia yang memiliki ratio jumlah insinyur 3.333 per 1 juta penduduk dan Korea yang memiliki 25.309 insinyur per 1 juta penduduk. Bahkan Kepala Badan Pembinaan Konstruksi PUPR. Hediyanto Husaini. mengatakan “Negara ini maju kalau ratio jumlah insinyurnya besar. Kalau jumlahnya kecil, yang bangun infrastruktur tidak ada, yang bangun negara tidak ada. Padahal kita negara besar”. Tidak hanya dari kemetrian PUPR, M. Nasir selaku Menteri Riset dan Teknologi juga menyatakan bahwa Indonesia butuh banyak insinyur.

Sumber: